Semua Bab Pewaris CEO yang Terbuang: Bab 41 - Bab 50
71 Bab
Pengawal Pribadi (Part 2)
Rose turun ke lantai bawah dengan wajah masam. Esme dan Benjamin sampai keheranan melihat ekspresi kesal Rose di pagi hari."Ben, tolong turunkan lukisanku dari lantai tiga. Aku akan membawanya ke mobil," kata Rose duduk di meja makan. Mau tidak mau ia harus membawa lukisannya daripada datang ke kampus dengan tangan hampa."Baik, Nona."Esme membuatkan sandwich sayuran untuk Rose sambil menatap lamat wajah gadis itu."Nona Rose, Tuan Muda mempekerjakan supir baru. Katanya dia bertugas mengantar jemput Nona setiap hari. Badannya sangat besar, lebih mirip mafia daripada supir," terang Esme."Dimana supir itu?""Di halaman depan, Nona.""Esme, terima kasih atas sandwichnya. Aku akan berangkat ke kampus sekarang.""Tapi Nona baru makan sedikit sekali.""Lain kali aku akan makan lebih banyak," jawab Rose melambaikan tangannya.Benar saja saat menuju ke mobil, supir bernama Noah itu telah siap menunggunya. Dengan tangannya yang besar, Noah membantu Ben memasukkan lukisan ke dalam mobil.Sep
Baca selengkapnya
Ratusan Mawar di Hari Pernikahan
Setelah dinobatkan sebagai pemenang, Anneth tak henti mengumbar senyuman. Ia juga tak segan menempel pada Luke hingga kelas melukis selesai. "Aku yakin sebentar lagi Anneth akan meminta nomor ponsel Luke Brown. Lalu dia akan merayu dan menggoda pria tampan itu supaya naik ke atas ranjangnya," bisik Gwen sebal. Rose tidak menanggapi tapi telinganya memanas. Jika dilihat dari kelakuan Anneth, apa yang dikatakan Gwen bisa menjadi kenyataan. "Tuan Luke, terima kasih telah meluangkan waktunya untuk berbagi ilmu dengan kami. Semoga Anda tidak bosan datang ke kampus ini jika kami mengundang Anda lagi. Mari kita makan siang bersama," ajak Mr. Zack. "Maaf, hari ini saya ada urusan keluarga. Lain kali saya pasti akan memenuhi undangan Anda, Mr. Zack." Luke meninggalkan kelas bersama Mr. Zack. Ia tidak melihat ke arah Rose sama sekali bahkan ketika melewati gadis itu. Tampaknya Luke memenuhi permintaan Rose agar mereka berdua bersikap sebagai orang asing. Tapi anehnya Rose justru merasa ters
Baca selengkapnya
Bayar Lunas Kesalahanmu
Pendeta memandu kedua mempelai untuk mengucapkan janji suci pernikahan. Luke terlebih dahulu mengatakannya dengan lancar, mantap dan tanpa beban. Sedangkan ketika tiba giliran Rose, gadis itu mengucapkannya dengan terbata-bata meskipun akhirnya berhasil juga.Luke menatap Rose sekilas. Ia tahu gadis ini sekarang menikah dengannya karena keterpaksaan. Tapi setelah pernikahan ini dia akan membuat Rose jatuh cinta padanya. Bahkan bila perlu ia akan membuat wanita ini tidak bisa lepas dari genggamannya."Mulai hari ini kalian berdua adalah pasangan suami istri yang sah di hadapan Tuhan. Apa yang dipersatukan Tuhan tidak bisa diceraikan oleh manusia," ucap sang Pendeta sebagai tanda resminya pernikahan Luke dan Rose.Berikutnya, Luke membuka kotak cincin. Di dalamnya ada sepasang cincin pernikahan bertahtakan diamond putih. Luke meraih tangan kanan Rose lalu memasangkan cincin indah itu di jari manis istrinya. Rose tidak bereaksi. Seindah apapun cincin yang melingkar di jarinya sama sekali
Baca selengkapnya
Malam Pengantin yang Membara
Terima kasih," ucap Luke kepada karyawan cottage yang membantunya. Masih menggendong Rose, Luke menutup pintu kamar dengan kakinya."Aku bukan orang lumpuh, Luke. Tolong turunkan aku," pinta Rose merasa risih.Luke menurunkan Rose di tepi tempat tidur dengan posisi duduk. Ia berjalan ke pintu lalu menguncinya dari dalam. Darah Rose berdesir cepat. Berduaan dengan Luke setelah mereka menjadi suami istri membuatnya sangat canggung.Luke membuka tuxedo dan rompinya lalu menyampirkannya di atas kursi. Ia menatap dalam Rose yang masih duduk tak bergerak."Katamu tadi kerepotan memakai gaun itu? Kenapa tidak melepasnya?" tanya Luke mendekat."Aku akan melepasnya tapi tolong kamu keluar dulu dari kamar ini.""Lepas saja di hadapanku. Kita sekarang suami istri, tidak ada yang perlu kamu sembunyikan. Lagipula kamu tidak akan bisa membuka gaun itu tanpa bantuanku," tunjuk Luke ke bagian belakang gaun pengantin yang dipakai Rose.Rose berdiri dan menghadap ke cermin. Apa yang dikatakan Luke mem
Baca selengkapnya
Takut Jatuh Cinta
Rose tidak sanggup untuk menjawab karena rasa sakit sekaligus nikmat yang bercampur menjadi satu. Hanya lelehan air mata yang keluar dari sudut matanya. Ia merasa dipermainkan oleh Luke tapi anehnya dia juga menginginkan hal ini. "Jangan menangis, Baby. Sakitnya hanya sebentar setelah itu kamu akan terbiasa." Senyum mengembang di wajah tampan Luke. Ia merasa bangga sekaligus bahagia karena menjadi pria pertama bagi Rose. Rose bukanlah wanita murahan yang sembara menjual diri seperti ibu kandungnya. Kecurigaannya selama ini mengenai hubungan asmara Rose dan Denzel tidak terbukti. Gadis cantik ini bisa menjaga diri dengan baik. Tidak, dia bukan gadis lagi melainkan sudah menjadi seorang wanita. Luke menggerakkan pinggulnya perlahan hingga milik Rose lebih siap menerimanya. Setelah Rose tenang, Luke mulai menggerakkan pinggulnya lebih kencang. "Sudah merasakan nikmatnya?" tanya Luke sensual. Rose menatap sayu Luke tanpa bisa berkata-kata. Tindakan Luke telah membuatnya terbuai hingg
Baca selengkapnya
Kamu adalah Wanitaku (Part 1)
Rose enggan menjawab pertanyaan yang diajukan Luke. Entah mengapa jauh di lubuk hatinya terbersit keinginan untuk terus bersama pria ini. Namun Rose tahu harapannya mustahil untuk terlaksana. Pasti rasa yang tak wajar ini muncul akibat malam pengantin yang baru mereka lalui bersama. Lagipula pantang bagi Rose untuk menyerahkan hatinya pada Luke. Jika dia sampai melakukan hal bodoh tersebut maka dia akan hancur berkeping-keping saat pria itu meninggalkannya."Sudah selesai," ucap Rose. Dia berusaha keluar dari bathtub lebih dulu namun Luke menahan tangannya."Kamu masih lemas, jangan keras kepala. Sudah kubilang aku akan menjadi pelayanmu hari ini," ucap Luke.Luke berdiri lalu mendudukkan Rose di atas bangku panjang yang terbuat dari keramik. Ia mengambil bathrobe dan memakaikannya ke tubuh Rose. Setelah itu dia mengelap rambut basah Rose dan mengeringkannya perlahan dengan hair dryer. Semua tindakan manis Luke membuat Rose semakin tersiksa. Pria ini sangat berbakat untuk membintangi
Baca selengkapnya
Kamu adalah Wanitaku (Part 2)
"Jangan membicarakan soal Denzel. Mulai sekarang aku melarangmu untuk berhubungan dengan orang itu. Dia pria yang berbahaya. Untuk masalah perusahaan biar aku yang menanganinya.""Kenapa kamu sangat membenci Denzel, bahkan menuduhnya terlibat dengan kasus kematian Daddy? Padahal kalian tidak terlalu mengenal satu sama lain," tanya Rose keheranan."Kamu tahu siapa nama asli Denzel?""Denzel Miller," jawab Rose spontan."Salah. Miller adalah nama keluarga ibunya. Denzel sengaja menggunakan nama itu untuk menutupi identitasnya. Nama belakangnya adalah Adams. Aku mengetahui ini dari detektif yang aku sewa untuk menyelidikinya."Luke melanjutkan ucapannya."Aku ingat Daddy pernah berseteru dengan seorang pengusaha bernama Peter Adams. Aku tidak tahu apa masalah mereka karena saat itu aku masih remaja. Tapi aku melihat Daddy sangat gusar. Dia menyewa banyak pengawal pribadi dan terlihat gelisah selama beberapa minggu. Aku curiga Denzel ada hubungannya dengan Peter Adams.""I...ini mustahil,
Baca selengkapnya
Rencana Berbahaya Denzel
Denzel meraih ponselnya sambil mendengus kasar. Terpaksa ia meminta bantuan dari seseorang yang selama ini sangat dihindarinya. "Selamat malam, Tuan Hendrick, ini aku Denzel." Terdengar suara tawa pria itu dari seberang telpon. "Akhirnya kamu membutuhkan bantuanku juga, Tuan Denzel. Pasti ini sesuatu yang sangat penting karena kamu menelponku malam-malam," ujar Hendrick merasa di atas angin. "Aku tidak akan meminta bantuanmu secara gratis. Jika kamu berhasil aku akan memberikan apa yang kamu inginkan selama ini. Dua puluh persen saham di Brown Group," cetus Denzel mengungkapkan tawarannya. Hendrick kembali terkekeh mendengar kata-kata Denzel. "Dua puluh persen, sedikit sekali. Tuan Denzel, aku bukan anak remaja yang membutuhkan uang hanya untuk membeli rokok atau minuman keras. Aku memiliki istri yang harus aku penuhi kebutuhannya." Denzel berdecih di dalam hati. Pria serakah ini masih meminta lebih di saat ia memberikan penawaran yang sangat menguntungkan. "Hanya itu yang bisa
Baca selengkapnya
Jadilah Model Lukisanku
Sinar matahari yang menembus lewat celah tirai membangunkan Rose. Jajaran bulu mata lentiknya bergerak ke kiri dan ke kanan sebelum ia mengerjapkan mata. Rose menggeliat perlahan, merasakan pegal di seluruh tubuhnya. Ketika kesadarannya sudah terkumpul, Rose baru menyadari bahwa Luke tidak ada di sampingnya. Entah dimana keberadaan pria itu. Yang jelas Rose hanya berharap dia tidak ditinggalkan begitu saja di tempat asing ini. Rose pun membuka selimutnya lalu menjejakkan kaki satu per satu ke atas ubin yang dingin. Dengan perlahan, ia menuju ke kamar mandi. Memutar keran ke kanan lalu membiarkan dirinya menikmati kucuran air shower yang hangat. Dalam kesendiriannya, Rose mengamati jejak berwarna merah keunguan yang ditinggalkan Luke. Tanda bahwa dirinya telah dimiliki pria itu. Rose menggosoknya, berusaha menghilangkan semua jejak dengan usapan air sabun meskipun usahanya ini akan berakhir sia-sia. Haruskah dia menangis atau merasa bahagia dengan keadaannya sekarang? Dengan sadar
Baca selengkapnya
Pengumuman Pernikahan
"Tuan, Anda tidak ingin bertemu Tuan Muda?" tanya salah seorang pria yang berkaca mata.Pria paruh baya itu menghela napas dalam."Belum saatnya. Kalau aku memaksakan diri mengaku sebagai ayahnya, dia justru akan membenciku. Sepertinya dia sudah cukup bahagia menjadi seorang Brown.""Tapi Tuan, mungkin putra Anda ada dalam bahaya.""Aku tahu. Utus beberapa orang kita untuk melindunginya secara diam-diam.""Baik, Tuan," jawab pria itu patuh.Sementara Rose dan Luke sudah selesai berdoa di atas pusara Louis Brown. Kini mereka bersiap untuk pergi ke makam Karen Black."Luke, aku mau ke apotek sebentar sebelum ke makam Mommy," kata Rose saat mereka sudah ada di dalam mobil.Luke menoleh sebentar dari kursi kemudi untuk mengamati wajah Rose."Apotek? Apa kamu sakit?""Tidak, aku ingin membeli obat pencegah kehamilan."Alis Luke bertaut mendengar penuturan Rose yang terang-terangan. Ia tidak mengerti mengapa Rose begitu khawatir akan mengandung anaknya."Kenapa harus meminum obat? Tidak mas
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
345678
DMCA.com Protection Status