Pewaris CEO yang Terbuang

Pewaris CEO yang Terbuang

Oleh:  Risca Amelia  Tamat
Bahasa: Bahasa_indonesia
goodnovel18goodnovel
Belum ada penilaian
71Bab
4.3KDibaca
Baca
Tambahkan

Share:  

Lapor
Ringkasan
Katalog
Tinggalkan ulasan Anda di APP

Setelah sang ibu meninggal, Rose diasuh oleh paman dan bibinya dan diperlakukan sebagai pembantu. Sebutan anak haram juga melekat pada diri Rose karena tidak ada yang mengetahui siapa ayah kandungnya. Namun, itu semua berubah setelah Rose berusia empat belas tahun. Seorang pengacara bernama Denzel datang dan mengatakan bahwa Rose adalah pewaris CEO Brown Group yang terbunuh secara misterius. Namun demi keselamatan dirinya, Rose harus tetap menyembunyikan identitas aslinya. Sampai beranjak dewasa, tidak ada yang mengetahui bahwa Rose adalah pemilik perusahaan Brown Group. Hanya saja, identitasnya hampir terbongkar ketika Luke--anak angkat Louis Brown--datang untuk menuntut haknya. Lantas, akankah Rose dan Luke terlibat persaingan atau hubungan mereka justru berubah menjadi cinta? Lalu, siapa sebenarnya pembunuh sang ayah?

Lihat lebih banyak
Pewaris CEO yang Terbuang Novel Online Unduh PDF Gratis Untuk Pembaca

Bab terbaru

Buku bagus disaat bersamaan

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Komen
Tidak ada komentar
71 Bab
Identitas Tersembunyi (Part 1)
"Rose, cepat ganti bajumu lalu memasak makan siang. Aku sudah kelaparan!" Setelah berteriak, gadis manja bertubuh tambun itu kembali bertumpu pada satu tangan sambil menyandarkan kepalanya di sofa. Ia pun meraih bungkus potato chips dari meja lalu merobeknya sembarangan. "Sebentar lagi, Chloe. Aku mau ganti baju," jawab Rose hendak berlalu ke kamarnya.Seragam sekolahnya basah kuyup karena siang itu, hujan turun dengan deras di luar. Rose yang selalu pulang sekolah dengan berjalan kaki terpaksa menerobos hujan, hingga payung usang yang dibawanya tidak dapat menahan terjangan air. Mendengar jawaban Rose, Lili--sang tante--tiba-tiba keluar dari dapur. Dengan cepat, perempuan itulangsung mencengkeram tangan Rose. "Jangan membantah! Lakukan apa yang Chloe perintahkan. Jika tidak, aku tidak akan memberimu makan hari ini," kata Lily melotot. "Tapi, aku basah, Auntie. Aku perlu menjemur sepatu dan mengganti baju sebelum memasak. Jika tidak, aku akan mengotori dapur." Lily memandangi k
Baca selengkapnya
Identitas Tersembunyi (Part 2)
Jam pelajaran sudah selesai. Rose menyilangkan tas sekolahnya yang kumal lalu meninggalkan ruang kelas. Ia berjalan lurus melintasi pekarangan sekolah. Seperti biasa tidak ada yang menghiraukan keberadaannya. Teman-teman sekelasnya juga bersikap sama. Mereka menjauhi Rose karena enggan berteman dengan gadis yatim piatu yang miskin. Rose pun melanjutkan langkah kakinya menuju gerbang sekolah. Sambil menundukkan kepala, ia meneruskan perjalanan pulang. Angin berhembus begitu kencang. Rose memeluk dirinya sendiri untuk menghilangkan rasa dingin, tapi tetap saja tubuhnya gemetaran. Awan kelabu yang berarak menutupi sang surya, menandakan bahwa hujan akan segera turun mengguyur bumi. Rose gelisah. Pagi ini ia bangun dalam keadaan kurang sehat. Jika hari ini kehujanan, mungkin ia akan benar-benar jatuh sakit. Rose berhenti sejenak. Ia melihat sekumpulan remaja yang mengantri di depan food truck untuk membeli burger dan kopi. Rose baru menyadari jika perutnya berbunyi sejak tadi. Ingin s
Baca selengkapnya
Aku Sang Pewaris
"Sekarang saya akan mengantarkan Nona pulang ke rumah," kata Denzel menenangkan Rose.Mendengar itu, Rose menarik nafas lega. Pikiran negatifnya terhadap Denzel ternyata tidak terbukti. Ayahnya juga pasti memiliki pertimbangan khusus mengapa memilih pria ini sebagai walinya. Namun sejujurnya Rose masih belum percaya dengan kenyataan yang dihadapinya saat ini.****Sementara itu, Josh izin pulang lebih cepat dari kantor karena ditelpon oleh istrinya. Entah apa yang terjadi di rumah sehingga suara Lily terdengar panik. Wanita itu hanya mengatakan bahwa ada seorang pria tak dikenal yang datang ke rumah mereka bersama Rose. Dengan tergesa-gesa, Josh memarkirkan mobilnya. Perasaannya makin cemas ketika melihat sebuah mobil porsche terparkir di halaman rumahnya yang sederhana. Ketika masuk di ruang tamu, Josh mendapati seorang pria muda duduk bersama Rose dan Lily. Pria itu langsung berdiri saat mendengar langkah Josh yang mendekatinya. "Siapa Anda?" tanya Josh tanpa basa-basi. "Saya D
Baca selengkapnya
Dendam Masa Lalu
Gwen kembali memperlihatkan video Miss Black kepada Rose."Miss Black tidak pernah memperlihatkan wajahnya di video. Yang terlihat hanya bagian pundak ke bawah. Tapi justru sisi misteriusnya ini yang membuat orang-orang semakin penasaran.""Sepertinya kamu salah satu penggemar Miss Black, Gwen.""Iya. Aku berharap suatu hari bisa menguak identitas Miss Black yang sebenarnya."Dering ponsel Rose menghentikan obrolan mereka. Gwen melirik sebentar dan melihat nama "Daddy" muncul di layar ponsel Rose."Itu dari ayahmu, Rose?" tanya Gwen penuh selidik."Aku pulang duluan Gwen. Nanti aku akan menelponmu," kata Rose melambaikan tangannya.Gwen mengerutkan kening melihat sikap aneh.Rose. Setiap kali ada panggilan dari "si Daddy", Rose selalu buru-buru pergi. Ia penasaran apakah ayahnya Rose seorang pria yang sangat galak sehingga putrinya sampai ketakutan.Sembari memastikan tidak ada orang yang mengikutinya, Rose berjalan menuju ke parkiran. Ia membuka pintu mobil lalu menerima panggilan ter
Baca selengkapnya
Rose, Sang Violinis
Ruang audisi sudah dipenuhi oleh para peserta. Rose memandang ke kiri dan ke kanan, mencari tempat duduk yang masih kosong."Rose sebelah sini," teriak seseorang memanggilnya.Rose berpaling dan melihat gurunya, Mr. Robert, duduk di deretan bangku nomor tiga dari belakang. Di sebelah Mr. Robert ada seorang gadis berbaju merah. Gadis itu tak lain adalah Anneth. Entah mengapa Anneth muncul di acara audisi. Yang jelas kehadirannya pasti memiliki tujuan tertentu."Maaf, Mr. Robert, saya terjebak kemacetan," kata Rose meletakkan tas biolanya di bawah kursi."Aku kira kamu tidak akan datang, Rose," sindir Anneth."Audisinya baru dimulai sekitar lima menit lagi. Apa kamu sudah mempersiapkan diri, Rose? Aku yakin lagu Vivaldi tidak sulit untukmu.""Iya, saya sudah berlatih semalam. Semoga penampilan saya tidak mengecewakan."Tak berselang lama, dewan juri duduk di kursi masing-masing. Pembawa acara mulai memanggil peserta audisi untuk bersiap di belakang panggung. Anneth bisa menangkap bias k
Baca selengkapnya
Are You Miss Black
Rose mendengarkan musik klasik dengan earphone sepanjang perjalanan menuju kantor. Ia tidak ingin mengatakan sesuatu yang akan menyinggung Denzel. Rose ingin hubungannya dengan pria itu tetap hangat layaknya kakak dan adik.Sementara Denzel lebih memilih fokus pada kemudinya. Ia berusaha mempercepat laju mobil agar segera tiba di tempat tujuan. Sungguh baru kali ini suasana terasa sangat canggung bagi mereka berdua."Nona kita sudah sampai," kata Denzel masuk ke area parkir.Rose mengangguk kecil sambil melepas earphone dari telinganya. Ia menunggu Denzel selesai memarkirkan mobil lalu mereka keluar bersama."Daddy, nanti tolong bawakan laporan perkembangan proyek apartemen Raffles Tower. Aku ingin memeriksanya.""Baik, Nona."Sebenarnya Rose ingin sesekali mengunjungi lokasi proyek untuk melakukan peninjauan secara langsung, namun Denzel melarangnya. Ia tidak ingin kehadiran Rose terlalu mencolok dan mengundang kecurigaan di kalangan pekerja.Rose memakai kaca mata minusnya lalu meng
Baca selengkapnya
Mata-mata (Part 1)
Di dalam hati Rose panik, namun ia tidak memperlihatkannya secara terang-terangan. Rose sudah berlatih sekian tahun untuk menyamar. Dan mengatasi Luke seharusnya bukan hal yang sulit. Ini adalah ujian pertama yang harus dilaluinya sebagai calon pemimpin perusahaan."Tuan, saya minta maaf. Saya membuatkan teh itu untuk Tuan Denzel tapi saya meminumnya karena Tuan Denzel pergi meeting. Maafkan kelancangan saya," jawab Rose dengan kepala tertunduk.Luke maju mendekat sambil memicingkan mata."Lain kali jangan coba berbohong padaku. Itu tidak akan berhasil.""Sekali lagi saya minta maaf, Tuan," jawab Rose tanpa memandang Luke."Kenapa Denzel mempekerjakan gadis muda yang suka berbohong sepertimu? Atau mungkin dia memilihmu karena kamu dan Miss Black punya sifat yang sama. Sama-sama pintar berbohong," tukas Luke.Perkataan pedas Luke membuat panas telinga Rose. Entah mengapa lelaki ini membenci Miss Black dan berani menuduhnya sebagai pembohong padahal mereka tidak saling kenal. Apakah mun
Baca selengkapnya
Mata-mata (Part 2)
"Daddy, saat aku bertemu Luke, aku merasa dia sangat membenci Miss Black. Apa Daddy tahu kenapa dia tidak suka padaku?"Denzel mengedikkan bahunya."Saya tidak tahu banyak tentang masa lalu Tuan Louis dan Tuan Luke. Tuan Louis hanya bercerita kalau dia memiliki seorang anak angkat. Tapi putranya itu pergi bersama istrinya ketika mereka bercerai.""Mungkinkah dia membenciku karena aku anak haram?" pikir Rose sedih.Sudah lama Rose menduga bahwa ibunya adalah orang ketiga dalam pernikahan Louis dan Jessica Brown. Inilah yang menyebabkan ayahnya tidak bisa mengakuinya sebagai anak di hadapan publik. Ia adalah anak yang terlahir dari hasil perselingkuhan, bukan dari pernikahan yang sah."Jangan terlalu dipikirkan. Itu hanya bagian dari masa lalu," ucap Denzel menghibur Rose."Daddy, apa perlu aku mengaku pada Luke dan meminta maaf atas nama ibuku? Aku ingin menghapus kesalahpahaman dan luka yang pernah ditorehkan ibuku terhadap Nyonya Jessica."Raut wajah Denzel berubah tidak senang saat
Baca selengkapnya
Tamu Penting di Kelas Melukis
Wajah Denzel mengetat. Salah satu tangannya mengepal hingga buku-buku jarinya memutih. "Jangan ikut campur urusanku! Aku tidak akan membiarkan Papa merusak pondasi yang sudah aku bangun dengan susah payah. Tinggal selangkah lagi dan aku aku akan berhasil," sembur Denzel dengan mata memerah. Terdengar suara tawa membahana Tuan X dari seberang sana. "Ini yang kusuka, mendengarmu meluapkan semua amarahmu. Penerusku harus garang dan penuh ambisi. Tidak ada tempat untuk pria lemah lembut yang mengutamakan perasaan," ujar Tuan X bersemangat. Berikutnya dia sengaja mencela sepak terjang Denzel. "Aku kira kamu sudah melupakan rencana besar kita karena jatuh cinta pada gadis ingusan itu." Denzel mendengus kasar sebelum memberikan responnya. "Aku sudah bersumpah di hadapan Papa, tentu saja aku tidak akan mengingkarinya. Cinta tidak masuk dalam prioritasku. Lihat saja bagaimana aku menguasai semua yang dimiliki Louis Brown, terutama putri tunggalnya." "Hmmmmm, aku tidak sabar menunggu sa
Baca selengkapnya
Melukis Taj Mahal
Luke tersenyum secerah mentari kepada para mahasiswa di dalam kelas. Sikapnya ini sungguh berbanding terbalik dengan keangkuhan yang ditunjukkannya saat berada di kantor Brown Group. Bahkan ia tampil santai dengan kemeja hitam yang lengannya digulung setengah, dipadu celana jeans berwarna biru tua.Rose segera menyembunyikan wajahnya. Ia berharap Luke tidak akan mengenalinya di antara dua puluh mahasiswa di ruangan tersebut."Selamat pagi. Suatu kehormatan tersendiri bagi saya diundang ke kelas melukis oleh Mr. Zack. Jujur saya masih pemula dalam bidang seni lukis. Saya tidak menyangka akan diberi kehormatan sebesar ini," ucap Luke merendah.Rose berdecih di dalam hati. Ia menganggap Luke sebagai manusia munafik yang berakting rendah hati agar menerima banyak pujian."Anda tidak bisa dikatakan sebagai pemula. Lukisan Anda yang bertajuk Woman In The Rain sangat terkenal. Begitu juga dengan lukisan kedua Anda The Snowy Mansion yang menjadi trend baru di kalangan anak muda. Lukisan itu a
Baca selengkapnya
DMCA.com Protection Status