All Chapters of Terjebak Obsesi Cinta Mafia Kejam: Chapter 31 - Chapter 40
221 Chapters
Diculik
“Untuk saat ini jangan dulu. Sebentar lagi Presiden baru akan dilantik. Kita tidak tahu peraturan apa yang akan ditetapkan. Bisa jadi peraturan itu memberatkan Blackton,” balas Garvin.“Suruh Vander mempelajari peraturan baru. Setelah itu suruh membuat strategi agar penjualan tanaman terlarang bisa semakin luas.”“Baik, Sir.” Christ mengangguk.“Sewa satu klub. Nanti malam aku ingin merayakan keberhasilan kita,” perintah Garvin. Memang sesekali ia senang mentraktir bawahannya saat berkontribusi dalam peningkatan kemajuan bisnisnya.~~Garvin berada di gudang senjata. Di sana ada beberapa karyawan yang bertugas membuat senjata. Garvin bisa saja membuat pabrik pembuatan senjata menjadi legal. Dengan mengurus surat ijin usaha dan pengurusan pajak. Namun Garvin tidak ingin repot-repot menyumbang pemerintah dari hasil usahanya. Lagipula dengan melibatkan pemerintah pasti ada pengawasan yang lebih ketat. Garvin tidak akan mau memikirkan hal yang merumitkan seperti itu.Ada puluhan karyawan
Read more
Kakek Dengan Tongkat Saktinya
Seorang pria baru saja terbangun. Kepalanya begitu pusing. Ia melihat jam dinding sudah menunjukkan pukul 12 siang. Ia bangkit—begitu kakinya mencapai lantai kepalanya terasa sangat berdenyut. Efek alkohol, entah berapa botol yang ia habiskan tadi malam.Mengenai tadi malam—Garvin mengadakan pesta sederhana bersama anak buahnya di sebuah klub. Garvin juga sempat bermain sebentar dengan wanita penghibur yang ada di sana.Ia berjalan ke kamar mandi. Sekedar mencuci muka dan membersihkan mulutnya. Tak lama Garvin keluar. Ia memandang ponselnya yang tergeletak di atas sofa. Ia membiarkannya saja. Ia lebih mementingkan mengambil air putih dan meminumnya.TOK TOK“Siapa pagi-pagi yang mengangguku,” lirih Garvin menatap tajam pada pintu.TOK TOK“Sir, ini saya. Maaf mengganggu waktu anda yang berharga. Saya hanya ingin menyampaikan pesan kakek anda.”Garvin terpaksa membuka pintu kamarnya. “Akan kubunuh kau jika tidak penting.”Christ menelan ludahnya kasar. Ia mengangguk. “Saya mendapat pes
Read more
Potong Jari
Garvin membalikkan badan. Tapi kemudian berhenti. “Tapi meskipun aku tidak peduli lagi dengannya. Aku akan mencarinya, kemungkinan orang yang menculiknya adalah Wiliam. Pasti dia takut karena hanya Alesha satu-satunya petunjuk untuk menemukan informasi apa yang didapat oleh Aldrich.”~~BYUURAir disiram kasar ke arah seorang perempuan yang tengah terikat di kursi. Alesha terperanjat dari tidurnya. Bukannya tidak mau bangun—tubuhnya masih lemas. Efek dari obat bius yang berdosis tinggi. Bahkan matanya sangat berat untuk membuka. Alesha berusaha memaksa dirinya bangun dan melihat dengan jelas apa yang sebenarnya terjadi dengannya.“Sudah bangun Princess Alesha?” tanya seorang pria di hadapan Alesha.“Wiliam…” lirih Alesha. Ia menatap wajah pria yang membunuh kekasihnya. Wiliam dengan santainya duduk di depan Alesha dengan sesekali menyesap rokoknya.“Kau mengenaliku, sayang.” Wiliam tersenyum menjijikkan. Hembusan rokoknya sengaja di arahkan pada wajah Alesha.Alesha yang tidak terbias
Read more
Kehancuran Dark Blood di depan mata
“Kau sudah mendapatkan lokasinya?” tanya Garvin pada Vander.Vander tidak henti-hentinya mengotak-atik komputer di depannya. Pencarian Alesha kali ini memakan waktu yang lebih lama dari dugaannya. Sudah 6 jam mereka berkutat dengan peretasan sistem untuk mencari keberadaan Alesha.“Di sini.” Vander menunjuk satu titik lokasi. “80 % Alesha berada di sini. Dari rekaman CCTV yang saya retas, mobil Wiliam memasuki hutan sejak kemarin.”“Kumpulkan pasukan. Aku akan menghabisinya.” Garvin mengepalkan tangannya.Puluhan anak buah Garvin berkumpul. Mereka adalah anggota Blackton yang terlatih. Ditangan mereka sudah ada senjata masing-masing.“Aku tidak ingin misi kali ini gagal. Tugas kalian yang pertama adalah masuk tanpa membuat keributan. Runtuhkan penjagaan di luar dengan hati-hati. Setelah itu kepung gedung itu.”“Siap!” serentak mereka.~~Alesha berjalan tertatih mengikuti tarikan Wiliam. Kedua kakinya dirantai dengan besi berat. Kedua pergelangan tangannya diborgol. Dua lapis lakban m
Read more
Bahu Pengganti
Wiliam menarik rambut Alesha dari belakang. “Jangan berbicara atau aku akan menghabisimu.”“Akh,” Alesha meringis saat Wiliam menarik kuat rambutnya. Ia menatap Wiliam. “Habisi saja aku. Kenapa dari tadi kau sangat bertele-tele? Tinggal menembakku dan semuanya beres. Kau malah mengumpulkan orang-orang yang tidak berhubungan denganku. Kau memanfaatkan mereka untuk kepentinganmu. Bunuh saja aku, Kadal!”Wiliam melepaskan tarikan tangannya di rambut Alesha. Namun tangan pria itu beralih mencengkram leher belakang Alesha. “Kau pilih aku menghabisinya atau menyerahkan pabrikmu?” tanyanya pada Garvin.“Lepaskan tanganmu!” Perintah Garvin dengan tatapan mata yang menajam. Ia menatap Christ yang tidak jauh darinya. “Ubah nama kepemilikan pabrik menjadi namanya.”“Tapi—Sir.”“Cepat lakukan!” teriak Garvin.Chris mengangguk. Ia menghubungi seseorang dari teleponnya.Wiliam melepaskan cengkramannya. Beralih menyergap leher Alesha dari depan. Saat itulah Alesha mengumpulkan seluruh tenaganya deng
Read more
Salah Pintu
Alesha menatap sekitar. Ia sudah bangun sejak 5 menit lalu. Melamun dulu untuk mencerna semua yang terjadi padanya. Ia menggerakkan tangannya. Melihat jarinya yang hampir saja dipotong. Kini jarinya diperban, cincin yang dulunya ada sekarang entah ke mana. Nantilah Alesha akan menanyakannya pada Garvin.Mengenai Garvin—yang diingat Alesha terakhir kali adalah pria itu memutar posisinya. Hingga bukan dirinya yang tertembak.“Apa dia baik-baik saja?” tanya Alesha pelan. Ia bangkit. Tubuhnya terasa ringan, meskipun luka-lukanya belum sepenuhnya sembuh.Alesha keluar kamar. Bertepatan dengan dirinya yang keluar—ada Xavier yang mencegatnya.“Kau akan ke mana? Kau harus meminum obat.” Xavier merentangkan kedua tangannya di depan Alesha.“Aku—aku ingin bertemu dengan Garvin,” jawab Alesha sedikit ragu. “Boleh aku bertemu dengannya sebentar saja?”“Boleh.” Xavier mengangguk. “Aku akan menaruh obatmu di kamar. Kau harus meminumnya sesuai apa yang sudah aku tulis.” Xavier hendak berjalan jika A
Read more
Manusia Bukan Monster
“Apa punggungmu sudah membaik?” tanya Xavier. “Aku akan memberikan obat jika masih terasa sakit.”“Aku sudah biasa mendapat luka seperti ini,” jawab sombong Garvin.Xavier mengangguk. “Terserah.” Ia mencangklong tasnya. “Sesekali kau harus mengganti perbannya. Kau bisa meminta bantuan Alesha.”“Ide yang cemerlang.” Garvin sedikit tersenyum. “Tidak kusangkan otakmu pintar juga.”“Aku merinding, sungguh.” Xavier menggeleng pelan. “Aku pergi.”Garvin menatap pintu kamar Alesha yang tertutup. Ia berbalik—berjalan ke kamarnya. Setelah mengambil kaos dan memakainya. Barulah Garvin pergi ke kamar Alesha. Seperti biasa—tanpa permisi ataupun ijin. Ia langsung membukanya.“Apa yang ingin kau bicarakan?”Pertanyaan Garvin menyentak kesadaran Alesha yang tengah duduk di tepi ranjang. Sebenarnya Alesha tidak sedang melakukan apapun. Ia hanya terdiam, lagi-lagi melamun. Entah kenapa akhir-akhir ini ia sering melamun.“Aku ingin tahu alasan kenapa kau menyelamatkanku.” Alesha mendongak.Garvin menge
Read more
Memilih kakek
BRAAKPintu dibuka dengan paksa. Alesha terperanjat dan langsung bangun dari pangkuan Garvin. Ia berdiri dengan canggung.“Gimana keadaan cucu kakek?” tanya Abraham mendekati Alesha. Mengamati Alesha dari bawah hingga atas. “Astaga kamu mendapat banyak luka.”Alesha tersenyum. “Alesha baik-baik saja, kek.” Memutar badannya agar kakek bisa melihatnya.“Baguslah.” Abraham mengangguk lega.“Aku yang terluka. Aku mendapat tembakan,” sahut Garvin berdiri. “Kenapa kakek hanya menghawatirkan cucu perempuan kakek ini? Aku juga cucu kakek.”“Mau kakek pukul lagi?” Abraham menunjukkan tongkatnya.Garvin ingin mengumpat. Tongkat itu harus dimusnahkan. Jika tidak, dirinya akan terus menderita mendapatkan pukulan dari tongkat itu. Ia harus menyusun rencana untuk mengambil dan memusnahkan selamanya tongkat itu dari bumi.“Alesha, kamu harus memutuskan dari sekarang. Kamu pilih tinggal dengan kakek atau dengan Garvin?”Alesha tersenyum canggung. “Alesha mau kembali ke Panti.”“Tidak.” Sahut bersama
Read more
Sisi Lain Garvin
Garvin tersenyum. Alesha malah bingung. Sejak kapan pria itu bisa tersenyum? Biasanya hanya diam dan datar. Apalagi kalau sudah marah—seramnya melebihi setan yang ada di Indonesia.“Jangan tersenyum.”“Kenapa? Aku semakin tampan bukan?” Garvin percaya diri.Alesha menggeleng. “Kau menakutkan. Jangan tersenyum.”Garvin merubah ekspresinya dari tersenyum menjadi datar kembali. Tanpa bisa menunggu waktu yang lama lagi. Ia menarik tengkuk Alesha kemudian menciumnya. Garvin memeluk pinggang Alesha—tidak membiarkan wanita itu pergi darinya.Alesha berusaha mendorong dada Garvin. Namun Garvin semakin mengukung tubuh Alesha. Mengusap pinggang Alesha perlahan. Menekan kepala belakang Alesha untuk semakin memperdalam permainan mereka.Perlahan tapi pasti. Garvin berhasil membuat Alesha menyerah. Sekarang Alesha tanpa perlawanan membuat Garvin tersenyum. Tangannya semakin berani—kini beralih ke belakang. Mencari di mana letak resleting. Bergerak menurunkan resleting dress yang digunakan Alesha.
Read more
Berlatih Menembak
“Non Alesha bangun.”Alesha mengerjap perlahan. Ia mengamati sekitar. Rasanya baru tidur beberapa jam. Ia mengucek matanya perlahan. Bi Rosa menyingkap tirai jendela kamarnya. Hingga sinar matahari masuk sempurna di kamar.“Bi, Aku masih ngantuk.” Alesha hendak kembali tidur. Tapi Bibi lebih dulu menahan lengannya.“Hari ini jadwalnya Nona berlatih.”Alesha buru-buru bangkit. “Berlatih?”“Berlatih bela diri dan menembak. Tuan Abraham menyuruh Zack untuk melatih Nona hari ini.”Alesha semakin lemas. “Latihan fisik yang pasti akan sangat melelahkan. Aku mau tidur lagi.”“Tidak boleh.” Bi Rosa menyeret Alesha turun dari ranjang. Mendorongnya masuk ke dalam kamar mandi.~~Alesha sudah berada di halaman belakang. Ia hanya menggunakan kaos dan celana pendek agar lebih nyaman saat latihan. Untuk yang pertama Zack menyuruhnya pemanasan kemudian berlari berkeliling rumah sebanyak 5 kali.“Sudah cukup?” tanya Alesha kelelahan bertopang pada lututnya.Zack mengangguk. “Aku akan menunjukkan gera
Read more
PREV
123456
...
23
DMCA.com Protection Status