Semua Bab Kebangkitan Pewaris Seribu Pedang: Bab 51 - Bab 60
156 Bab
Memancing Emosi
Siang hari di salah satu asrama, Dipta terlihat baru saja memasuki ruangan. Dengan mendapatkan tatapan tajam dari berbagai arah, dia berusaha untuk bersikap seperti biasa walaupun di dalam hati dia sangat gugup. Dibayangannya dia akan bisa menjalankan misi sebaik mungkin, setelah dia mengingat perkataan Pandya berulang-ulang kali di kepalanya.Namun, pada kenyataannya tidak semudah apa yang dia bayangkan. Karena bukan hanya tatapan tajam yang dia terima, tapi lebih tepat seperti tatapan ingin membunuh. Murid-murid yang lain seperti sudah bersiap untuk memangsanya, tapi mereka tahan karena menunggu sang Pangeran Ajaran Pengintai memberikan perintah.Dipta hanya bisa mengikuti apa yang direncanakan oleh tuannya, dan langsung berjalan menuju Catra yang sedang duduk bersila di pembaringan bagian ujung—dengan tenaga dalam yang mengelilingi tubuhnya. Saat sudah berada di hadapan Catra, dia langsung bersimpuh di hadapannya dan memberi hormat."Hormat saya kepada Pangeran! Saya datang dengan
Baca selengkapnya
Pertarungan
Malam ini Akandra sedang ada perkumpulan para guru akademi yang membuatnya harus absen untuk melatih Pandya. Namun, keadaan itu malah sangat menguntungkan bagi Pandya, agar bisa menjalankan rencananya sesuai yang sudah dia buat sebelumnya. Jika sesuai perkiraan, orang yang ingin mencelakainya akan datang karena terpancing dengan tantangan terbuka yang sudah disampaikan oleh Dipta secara tersirat.Pandya kembali mengambil selembar kain berwarna putih—yang dia simpan di laci bawah nakas, dan memakainya sebagai cadar seperti sebelumnya. Kini dengan kemampuan bela dirinya yang cukup berkembang pesat, Pandya sudah mulai terbiasa dengan pergerakan cepat. Dia langsung melesat menuju gunung di belakang akademi secara diam-diam.WHUUUUSH!WHUUUUNG!SSSSRRRRRKK!Suara angin yang cukup kencang karena pergerakan Pandya membuat daun-daun bergemerisik. Suasana yang mencekam di gunung itu, menjadi sedikit tenang saat suara daun bersahutan dengan suara serangga di sekitarnya. Tanpa menghiraukan suara
Baca selengkapnya
Ajaran Pedang dan Pengintai
"Bagaimana? Apa kau terkejut?" tanya Pandya sambil tersenyum memperlihatkan deretan giginya."Ba–bagaimana mungkin orang yang tidak memiliki tenaga dalam sama sekali—bisa melawanku hanya dalam beberapa hari?" Catra balik bertanya namun lebih mengarah bertanya pada diri sendiri."Mungkin keberuntunganku lebih kuat dibandingkan rencanamu untuk membunuhku selama ini. Dan mungkin juga ini cara dewa agar aku bisa membalaskan dendam," jawab Pandya sambil menaikkan alisnya tanpa menghilangkan senyuman di wajahnya.Catra menggertakkan giginya sekuat tenaga untuk menahan emosinya. Dia tidak bisa mengelak setelah perbuatannya tertangkap basah seperti itu. Ditambah kini kondisinya tidak bisa dikatakan baik setelah melawan Pandya dengan kekuatan yang lebih tinggi dibandingkan yang biasa dia keluarkan, walaupun itu juga bukan kekuatan penuhnya.Catra berusaha mencari celah untuknya dapat melarikan diri dikondisi itu. Walaupun, itu hal yang memalukan baginya, tapi setidaknya kini dia memiliki rahasi
Baca selengkapnya
Keuntungan Ketiga
Sudah hampir dua minggu berlalu, dan sebentar lagi Pandya akan bisa keluar dari ruang pengobatan. Dan dengan keluarnya dia dari ruang pengobatan itu, juga berarti Ujian tahap kedua juga akan segera dimulai.Setelah seminggu lebih dia berlatih secara bergantian dengan gurunya dan juga pengikutnya, kini dia memiliki kemampuan yang sudah berkembang dengan sangat pesat. Bahkan kemampuannya kini sudah setingkat empu di tahap awal menurut Akandra. Ditambah dengan begitu banyaknya kitab yang dibawakan oleh sang guru, yang berhasil dia serap dengan cepat dengan kemampuan tenaga dalam milik Sakra.Dia benar-benar merasa mendapat banyak keuntungan yang jauh lebih besar, dibandingkan kecurangan yang dia alami selama ini. Bahkan, mungkin kemampuannya tidak akan sebesar saat ini walau dia memiliki tenaga dalam sejak awal. Tapi, kini dia sudah bisa menerima semua cerita Sakra tentang leluhurnya yang merupakan pendekar nomor satu, walaupun dia masih ragu dengan kemampuannya sendiri yang bisa mengiku
Baca selengkapnya
Masuk Ke Asrama
Pandya memikirkan perkataan Akandra yang memang masuk akal. Walaupun dia belum pernah melihat perpustakaan yang dimaksud selama di akademi, tapi dia yakin jika tidak mungkin hanya ruangan sempit—padahal harus bisa menampung begitu banyak murid di dalamnya. Apalagi semua kitab yang menjadi incaran itu akan sangat berpengaruh untuk kemampuan para murid selanjutnya."Baiklah, aku akan mencoba mengingat semua kitab ini dan berusaha mencarinya ketika di perpustakaan nanti!" Pandya kembali bersemangat setelah paham dengan alur dan peraturan untuk keuntungan ketiga itu."Tapi ada satu hal yang harus kau lakukan sebelumnya! Jika tidak maka hak mu akan hangus dan kau di anggap gagal ujian tahap 1," ucap Akandra menghilangkan senyuman dari wajah Pandya.Pandya cukup terkejut dengan penjelasan Akandra yang belum pernah didengar olehnya. Dia tidak mengerti hal apa lagi yang harus dia lakukan, padahal dia juga sudah mengikuti ujian dan tidak ada masalah yang terjadi."Tidak perlu khawatir, kau hany
Baca selengkapnya
Peraturan Tambahan
PHUUUUU!Suara terompet terdengar di seluruh penjuru akademi. Semua murid terlihat langsung bergegas menuju halaman utama tanpa menunggu arahan dari guru pendamping. Pandya yang tidak tahu menahu tentang arti dari suara itu, hanya bisa melihat sekeliling dengan tatapan bingung.Dipta yang melihat sang pangeran tidak bergerak dari tempatnya langsung memberi isyarat untuk segera bersiap-siap keluar. Pandya hanya mengikuti arahan Dipta dan ikut bergegas keluar dari asrama bersamanya. Di sepanjang jalan menuju halaman, Pandya memanfaatkan waktu agar Dipta dapat menjelaskan tentang apa yang sedang terjadi."Jadi setiap terompet itu berbunyi kita harus berkumpul di halaman utama selain waktu makan?" tanya Pandya memastikan.Dipta hanya menjawab dengan anggukan kepala, karena mereka harus segera berpisah untuk berbaris sesuai urutan mereka. Pandya lupa untuk menanyakan nomor urut yang di maksud, tapi melihat barisan nomor 6 kosong—dia berpikir jika itu tempatnya dan langsung berdiri di baris
Baca selengkapnya
Kekuatan Baru
Agha mulai memasukkan tangannya ke dalam kotak, yang mendapatkan tatapan penuh harap dari para murid. Suasana hening dengan tatapan tajam dari ratusan pasang mata itu, membuat gerakan tangan Agha sengaja diperlambat. Akandra yang paham dengan kelakuan iseng rekannya, hanya bisa menggelengkan kepalanya perlahan.SEEET!Satu papan nomor sudah berhasil ditarik keluar, namun nomor yang ada di atasnya tertutupi oleh tangan Agha yang memegangnya. Semua murid tampak berharap dan seakan menghipnotis papan itu agar muncul nomor mereka. Namun, nyatanya nomor yang muncul pertama kali adalah nomor 30.Kini semua tatapan beralih dan tertuju pada Dipta, tak terkecuali Pandya yang menatapnya dengan senyuman dan langsung dia balasnya dengan anggukan kepala. Sebelumnya, Pandya sudah memberikan sebuah catatan yang berisi kitab apa saja yang bisa membantu salah satu kekuatan Dipta agar lebih menonjol, sehingga dia bisa memperdalam ilmunya—dibandingkan harus mempelajari ilmu baru yang tidak sesuai dengan
Baca selengkapnya
Perpustakaan Akademi
PAAAAAATS!Pandya merasa tubuhnya dialiri listrik dengan tenaga yang cukup besar, hampir saja dia tidak bisa mengontrol diri karena Sakra melakukannya secara mendadak. Tapi, dia berhasil bertahan dan membuat murid-murid lain maupun pemimpin akademi tidak menyadari apa yang terjadi padanya. Walaupun, dia masih belum benar-benar mengerti kenapa tiba-tiba Sakra melakukan hal itu padanya.Secara perlahan Pandya mulai membuka matanya, setelah sengatan listrik tadi terasa menyatu di tubuhnya dan tidak membuatnya merasa kesakitan lagi. Saat matanya terbuka sepenuhnya, Pandya tampak lebih terkejut dengan apa yang kini dia lihat dan rasakan. Dia tidak menyangka jika kini yang dia lihat maupun dengar jauh lebih akurat dari sebelumnya.Semut yang berjalan di salah satu sudut bisa terlihat dengan jelas, bahkan suara gertakan gigi salah satu murid yang cukup jauh darinya juga terdengar cukup jelas. Tubuhnya jauh terasa lebih ringan dan bertenaga, dengan otot-otot di tubuhnya yang semakin terbentuk
Baca selengkapnya
Persiapan Ujian
Pandya bangun cukup pagi dengan badan yang sudah kembali bugar, setelah semalam dia harus bertahan dengan efek samping yang masih cukup kuat—karena banyaknya kitab yang dia pindai. Sebenarnya Pandya bukan murid pertama yang terbangun, sebab tidak sedikit murid yang begadang semalaman karena khawatir tentang ujian tahap 2 yang akan dilaksanakan dalam beberapa jam lagi. TRAAAK!Pandya meletakkan pedang Sakra yang sudah di asahnya menjadi sangat tajam di atas pembaringan, sambil mulai menyiapkan perlengkapan lainnya. Walau belum ada yang mengetahui ujian apa yang akan para murid hadapi, tapi tidak ada larangan bagi murid untuk membawa perbekalan.Saat ini, semua jurus bela diri yang dipelajari Pandya semalam, sudah melekat dipikiran dan setiap otot tubuhnya. Bahkan otot-otot tidak tubuhnya semakin bertambah, seiring bertambahnya kemampuan bela diri miliknya.'Aku sudah tidak sabar, akan seperti apa ujian tahap ke 2 itu!' ucap Sakra tiba-tiba yang tampak bersemangat sambil melayang di ha
Baca selengkapnya
Pelatihan Mandiri
PHUUUUU!Suara terompet membuat beberapa murid tampak tercekat dan gugup. Padahal, mereka baru mendengar suara pertama—dan berarti itu tanda untuk mereka bisa menikmati sarapan. Walaupun, tidak semua murid bisa menikmati sarapan mereka dengan santai di saat seperti ini.Pandya berjalan keluar dengan santai dengan Dipta yang mengikuti di belakang. Sudah sejak tadi Pandya tahu jika ada sepasang mata yang menatapnya. Bahkan, tatapan itu memang seperti disengaja agar dia bisa mengetahuinya.Tapi, Pandya tidak ambil pusing tentang hal itu. Baginya saat ini ada hal yang lebih penting, dibandingkan hanya gertakan kosong. Ujian tahap ke 2 sudah di depan mata, dia tidak akan peduli dengan saudara-saudara tirinya. Jika memang mereka berencana menjatuhkannya Pandya tidak akan tinggal diam, tapi juga bukan berarti dia yang akan memulai pertarungan.TAAAK!Tibra yang baru saja datang di ruang makan, langsung meletakkan nampan di meja dengan kasar. Semua tatapan mengarah padanya, yang langsung diba
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
45678
...
16
DMCA.com Protection Status