Semua Bab Kebangkitan Pewaris Seribu Pedang: Bab 41 - Bab 50
156 Bab
Hasil Pelatihan Awal
Para calon pewaris dan beberapa murid yang sampai lebih dulu, duduk di bawah sesuai barisan sebelumnya sembari melakukan semedi untuk mengembalikan energi mereka yang cukup terkuras. Agha menatap mereka dari atas dengan senyuman tipis dengan suara tawa sarkas yang lirih. Dia menghitung jumlah murid yang berhasil menyelesaikan pelatihan tahap awal, dan hanya delapan murid yang saat ini bisa dikatakan berhasil tanpa kesalahan."Ternyata tebakannya tidak meleset! Tapi, tidak terlalu buruk jika dibandingkan tahun-tahun sebelumnya," ucap Agha lirih.Agha dan semua guru pendamping sangat yakin, jika murid yang sampai setelah mereka akan melakukan kesalahan dan harus mendapat hukuman. Karena dengan tenaga yang mereka habiskan sejak awal, membuat tenaga dalam dan aliran energi milik mereka tidak beraturan. Walaupun, mereka sudah mengisi perut dengan makanan—tidak akan ada yang berpengaruh jika harus langsung menggunakan tenaga dalam kembali untuk berusaha menutup kedua tampungan air sambil me
Baca selengkapnya
Mendapatkan Pil Cakra
Suara napas yang terengah-engah saling bersahutan di halaman utama akademi. Setelah tadi sempat beristirahat untuk makan malam, akhirnya semua murid berhasil menyelesaikan hukuman mereka. Dan saat ini mereka kembali berbaris sesuai urutan—masih mencoba untuk menetralkan napas.Semua hukuman hanya dipimpin oleh para guru pendamping, tanpa terlihat sosok Agha yang biasanya berada di aula atas tangga. Hingga saat ini, mereka masih belum mengetahui alasan mereka masih dikumpulkan seperti saat ini. Padahal murid yang baru saja selesai menjalani hukumannya sudah sangat mendambakan waktu istirahat.PAAATS!BUUUKK!Agha tiba-tiba terlihat sudah berdiri di atas aula tanpa seorang murid pun yang menyadari kehadirannya. Semua tampak terkejut dan menduga-duga dari mana dia datang tadi. Sedangkan Agha yang menjadi tokoh utama saat ini, hanya menatap kearah para murid dengan postur tubuh penuh percaya diri.Tidak lama kemudian datang Akandra dari arah belakang Agha yang membawa sebuah kotak kayu ke
Baca selengkapnya
Penyerapan Pil Cakra
"Bukalah!" perintah Akandra dengan wajah seriusnya.Pandya langsung menuruti perintah dan membuka kotak itu. Dan saat melihat isinya, keningnya langsung berkerut. Dia tidak mengerti kenapa sang guru memberikan hal itu kepadanya."Kue kering?" tanya Pandya heran."Hahahaha..." Akandra malah tertawa keras tanpa menjawab pertanyaan Pandya.Akandra memang sengaja untuk mempermainkan Pandya sebelum benar-benar memberikan Pil Cakra kepadanya. Sedangkan Pandya yang sudah sangat sering mendapat keisengan dari sang guru hanya bisa menunggu hingga Akandra selesai dengan tawanya. Dia sudah hapal dengan tingkah pamannya, dan dia tidak berencana mengusik kesenangan Akandra yang sederhana itu.Pandya tahu seberapa berat kesulitan yang selama ini pamannya hadapi, dan disaat seperti inilah Akandra dapat tertawa dengan puas. Pandya cukup senang jika bisa melihat sang paman bahagia walau harus mendapat keisengannya. Dan dia juga tahu jika sang paman membuat lelucon seperti itu, tandanya ada suatu hal y
Baca selengkapnya
Mendapat Tenaga Dalam
SYUUK!SYUUK!Pandya mencoba menggerakkan tubuhnya yang terasa sangat berbeda. Dia cukup takjub dengan kondisi tubuhnya saat ini, bahkan otot perutnya terbentuk dengan sempurna. Tubuhnya juga terasa ringan dan jauh lebih bertenaga dari sebelumnya."Bagaimana? Bisa merasakan tenaga dalamnya yang meluap bukan?" tanya Akandra setelah meminum ramuan untuk mengembalikan energinya yang cukup terkuras.Pandya hanya mendengarkan dan masih fokus untuk merasakan tubuhnya yang membuat takjub. Kini dia benar-benar bisa merasakan tenaga dalam miliknya sendiri di dalam tubuhnya. Dia tidak bisa menghentikan bibirnya yang terus tersenyum lebar saking senangnya."Kau sudah bekerja keras! Kini kau sudah memiliki tenaga dalam setara 20 tahun." Akandra mengatakan dengan senyum bangga."Apa? Dua puluh tahun?!" teriak Pandya tidak percaya."Itu hanya perkiraanku. Murid lain yang menyerap Pil Cakra sendiri mungkin hanya bisa menyerap setengahnya," ucap Akandra sambil memperlihatkan deretan giginya.Pandya ya
Baca selengkapnya
Rencana Jahat
"Tenanglah! Aku tahu jika kau akan segera pulih. Setelah ini aku berjanji akan membantu mendanai kelompokmu setelah rencana kita berhasil!" Catra mencoba membujuk murid itu.Melihat situasi sudah sesuai, murid bernomor 20 keluar dari ruangan untuk menemui guru pendamping yang sedang berjaga. Dia menjelaskan keadaan yang sedang terjadi sesuai karangannya, agar rencana mereka bisa berjalan lancar. Mendengar hal itu, sang guru penjaga langsung bergegas masuk ke dalam asrama untuk melihat kondisinya.Saat sang guru masuk ke dalam, dia tampak terkejut melihat pedang yang masih tertancap di punggung salah satu murid. Murid itu sudah terlihat sangat pucat dan mulai merintih kesakitan, dengan keringat yang sudah bercucuran karena menahan sakit. Tanpa menunggu lama guru penjaga langsung menggendong si murid dipunggungnya dan berlari dengan ilmu meringankan tubuh.***TOK TOK TOKUntuk kesekian kalinya di tahun ajaran ini—pintu ruang pengobatan diketuk setelah bertahun-tahun tidak ada yang pern
Baca selengkapnya
Murid Yang Malang
"Organ dalamnya bisa rusak separah ini. Untung saja murid ini memiliki tenaga dalam, jadi tidak butuh waktu lama untuk dapat memulihkannya," ucap tabib Arsa sambil melirik ke arah Pandya yang sedang tidur di pembaringan sebelahnya.Tabib Arsa tahu jika hal itu ada hubungannya dengan Pandya karena hanya dia yang berada di ruangan, tapi dia sendiri tidak yakin jika murid yang tidak memiliki tenaga dalam bisa melakukan hal itu. Walaupun, kini Pandya memiliki tenaga dalam setelah menyerap Pil Cakra yang sudah dibagikan—tidak akan mungkin memiliki tenaga sebesar itu untuk membuat organ dalam murid ini hancur.Setelah menemukan titik yang tepat, tabib Arsa mulai memainkan jarumnya untuk dapat membantu proses penyembuhan murid bernomor 30. Untunglah setelah beberapa jam melakukan teknik akupuntur, murid itu akhirnya tersadar dengan wajahnya yang masih sangat pucat melebihi saat pertama dia masuk ke ruang pengobatan. Dia terlihat cukup ketakutan saat melihat Pandya, yang membuat sang tabib se
Baca selengkapnya
Kemarahan Catra
Di dalam ruangan salah satu asrama, murid bernomor 30 itu tampak sudah kembali pulih seperti sedia kala. Namun, wajahnya tidak kalah pucat dari sebelumnya. Bahkan, keringat dingin mulai bercucuran di dahi karena ketakutan yang terlihat jelas dari sorot matanya.Saat ini dia sedang bersimpuh di hadapan sang pangeran dari Ajaran Pengintai yang sebelumnya memberikan misi kepadanya. Rasa takutnya kini karena amarah di wajah sang pangeran saat mendengar jika dirinya gagal melakukan misi itu. Namun, dia tidak menceritakan kejadian yang sebenarnya kepada Catra karena dia merasa memiliki informasi yang akan cukup menggemparkan.BUUUUAKK!Suara tendangan yang mengenai tubuh murid itu terdengar sangat jelas, di iringi suara pekikan si murid. Catra benar-benar melampiaskan kemarahannya kepada murid itu, padahal sang murid sudah mencoba memberikan alasan yang masuk akal. Tapi usahanya itu tidak berarti apa-apa, karena Catra tidak pernah memikirkan cara dia melampiaskan kemarahannya akan berpengaru
Baca selengkapnya
Sekutu Baru
(Malam sebelumnya)KRIEEETT!TAP TAP TAPSuara langkah kaki yang semakin mendekat, membuat seorang murid terbangun dari tidurnya. Namun, dia berusaha untuk berpura-pura tidur dan tetap menutup matanya dengan rapat—berharap langkah kaki itu tidak berhenti di sampingnya. Tapi, sayangnya langkah kaki yang terdengar tadi tiba-tiba menghilang saat suaranya sudah semakin dekat.Setelahnya dia tidak mendengar ada suara apapun, dan suasana terasa hening yang sedikit membuatnya penasaran. Dia sudah menduga jika suara langkah kaki itu bukanlah tabib yang mengobati sebelumnya. Dan dia merasa jika sesuatu akan terjadi setelah dia mengetahui langkah kaki siapa yang baru saja di dengarnya.Setelah beberapa waktu tetap tidak ada satupun suara yang terdengar, rasa penasaran murid itu menjadi semakin bertambah. Dia ingin tahu siapa orang yang berjalan kearahnya tadi, dan kenapa tidak ada suara setelahnya jika memang ada seseorang yang menghampirinya. Pikirannya semakin berkecamuk untuk memilih tetap be
Baca selengkapnya
Mata-mata
"Kau masih harus berpura-pura dihadapan orang yang ingin mencelakaiku!" tambah Pandya tegas."Ma-maksud Pangeran?" tanya Dipta mengerutkan dahinya."Kau harus berpura-pura berpihak padanya, dan bilang jika kau gagal melakukan tugas. Terserah kau mau beralasan seperti apa, tapi aku ingin kau menjadi mata dan telingaku saat ini!" tatapan Pandya semakin tajam sambil tangannya mengepal hingga urat-uratnya terlihat.Dipta menelan salivanya dengan susah payah, dia tahu jika melakukan hal itu sama saja nyawanya tidak akan selamat di hadapan pangeran Ajaran Pengintai. Dia tidak tahu harus beralasan seperti apa agar membuat nyawanya tetap selamat. Apalagi, setelahnya dia juga harus menjadi mata-mata yang resikonya jauh lebih besar.Pandya bisa melihat tubuh pengikutnya itu jauh lebih bergetar dari sebelumnya. Dia tahu jika permintaannya itu akan sangat beresiko untuk murid itu, tapi menurutnya itu satu-satunya jalan agar orang yang ingin mencelakainya tidak curiga. Jika salah satu dari 5 calon
Baca selengkapnya
Pendekar Cadar Putih
Pagi hari sekembalinya Dipta ke asrama, dia kembali mendapatkan perlakuan buruk dari teman-temannya yang lain. Walaupun dia tahu jika itu atas suruhan dari Catra, tapi dia cukup kesal dengan perlakuan itu. Sebenarnya bisa saja dia melawan murid lain yang merindingnya, tapi dia masih teringat akan janji pada Pandya.BUUUKK!PRAAAK!BHUUUM!Sura pukulan dan tendangan terdengar saling bersahutan, sedangkan Dipta hanya bisa diam dan menahan semua rasa sakit itu. Entah dia harus bertahan sampai kapan, tapi jika dia harus berdiam diri seperti itu—dia tidak yakin bisa tetap sadarkan diri dan selamat. Dia sudah menduga jika Catra tidak hanya meminta mereka untuk hanya sekedar melukaiku, tapi dia pasti sudah ingin menyingkirkanku karena kau sudah tidak berguna baginya.Cukup lama pukulan dan tendangan dari beberapa murid itu belum juga berhenti. Kini Dipta sudah tidak sanggup lagi untuk menjaga dirinya tetap sadar. Bahkan, seluruh tubuhnya kini sudah mati rasa dan tidak bisa merasakan seluruh
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
34567
...
16
DMCA.com Protection Status