Semua Bab Terlahir Kembali Menjadi Dewa Perang: Bab 31 - Bab 40
64 Bab
31. Rumah Kaca
Aron tidak percaya dengan kejadian apa yang sudah dilewatinya. Berteman dengan anak musuhnya. Ide bagus jika ia menyandera Monica untuk pertahanan Orlando. Namun, hal itu tidak akan ia lakukan sebab Orlando tidak terlalu memperlakukan baik sebagaimana anak perempuannya. Kalau butuh tes mungkin ia akan bekerja sama dengan gadis itu, tetapi hal itu akan sulit karena ia tahu Monica selalu dalam pengawasan Orlando.Sepanjang jalan, ia menghela pernapasannya. Ia penasaran bagaimana reaksi ayahnya kalau tahu Aron sudah berkenalan dengan anak musuhnya. Mungkin Leo akan mengomelinya habis-habisan."Aku bosan menatap gedung-gedung tinggi ini. Bagaimana kalau kita berkeliling di area perkampungan?" "Baik, Tuan. Sesuai yang anda mau." Sembari mengarahkan setir mobil ke arah kanan yang menuju wilayah perkampungan kebun teh. Aron mengawasi setiap sudut wilayah itu. Ia juga memperhatikan detail tulisan yang tercoret di papan. Tertulis 'Wings Tea' di pembuka desa. Aron mencari informasi mengenai k
Baca selengkapnya
32. Uji Nyali
Aron penasaran siapakah bos mereka. Ia mengikuti langkah pria itu. Kini Aron semakin jauh dari pengawasan para bodyguard. Ia mengangguk mengerti dari pernyataan petani teh itu. Namun, siapa sangka ia malah menjadi target para petarung.Mereka mengelilingi Aron. Semua mata tertuju kepadanya petani itu menyunggingkan senyum. Ia tidak bergerak apalagi menunjukkan kemampuannya untuk melawan dengan satu serangan. Aron bersikap biasa saja dan mengikuti sebagaimana alur. "A–ada apa ini?"Orang-orang itu tak menjawab hanya petani yang membalas pertanyaan itu. "Kau pikir kami tidak tahu siapa dirimu?"Aron melangkah mundur, ia berpura-pura tidak punya tenaga untuk melawan. "Sa–saya hanya reporter honorer, pak," jawab Aron gelagapan yang menambah aktingnya semakin terlihat nyata."B*doh! Bos Orlando sudah menutup media berita untuk tidak meliput wilayah ini. Beliau membayar mahal kepada kalian. Dan kau pasti bukan reporter sungguhan. Sebutkan identitasmu sekarang juga, pecundang," dengusnya pen
Baca selengkapnya
33. Menguji Kepercayaan
Orlando bergerak menuju ke rumah kaca. Firasatnya mengatakan kalau Aron akan menyerang wilayah prioritasnya. Dengan mengendap-endap Orlando mengintai pergerakan Aron. Namun, sebelum mencapai tempat itu para pasukannya sudah habis terbantai. Ia menghentikan langkah kakinya sejenak.Dorr! Dorr!!Sepasang matanya menyaksikan betapa kejamnya Aron menghabisi seluruh pasukannya yang berjaga di wilayah itu. Dari awal ia sudah meremehkan keluarga Smith. Tetapi usahanya tidak bisa gagal begitu saja. Ia harus menunggu putrinya menduduki tahta sebagai presiden di negara Atlantik. Tangannya mengepal. Aron sudah berhasil mengobrak-abrik wilayah prioritas lalu Orlando berjalan ke arah berlawanan. Ia membiarkan Aron semakin merusak wilayah tersebut. Perlahan suara tembakan mulai berhenti."Apa yang sedang dilakukan b*jingan itu?" Aron melirik dari kejauhan. Tak lama ponselnya berdering. Di saat yang tidak tepat Leo meneleponnya. "Masih ada penting. Sampai jumpa lagi, ayah," ucapnya mengawali sekali
Baca selengkapnya
34. Mengulur Rencana
"Ayo pulang ke mansionku," perintah Aron. Pandangannya lurus ke depan. Ia membuka kaca jendela mobil tangannya melambai seraya menatap ke arah spion. "Cepat ikuti aku!"Mereka pun membuntuti mobil milik Aron. Kedua bodyguardnya hanya terdiam mengikuti arahan Aron. Tak ada percakapan sepanjang jalan. Untung saja bisnis properti yang sedang digandrunginya banyak diminati para turis, itu sebabnya Aron bisa membayar tinggi para pekerjanya.Untuk menguasai Atlantik ia harus menjadi penggerak utama perekonomian yang ada di negara tersebut. Sayangnya keteledoran terjadi. Ia tidak mengetahui keberadaan bisnis haram Orlando. Pandangannya menatap ke arah jalanan kota. Otaknya mulai bekerja untuk mencari sebuah solusi.Kepercayaan yang ada di masyarakat mulai terbentuk. Di lihat dari perkembangan mereka yang setuju Monica menjadi presiden Atlantik semakin meningkat, hal itu menjadi problem serius kalau dibiarkan. Aron tidak memiliki firasat bahwasanya menikah setusuk Orlando. Entahlah ia menjadi
Baca selengkapnya
35. Pilihan yang Sulit
Leo tak mengerti jalan pikiran Aron. Ia bisa merasakan kalau Aron menyembunyikan sesuatu darinya. Ia menyoroti Aron yang merasa tak bersalah. Jika terus terusan seperti ini maka tidak ada penyelesaiannya."Apa kau yakin dengan rencanamu itu? Kalau kau terus menunda bukankah semakin banyak kesempatan Orlando bertindak?" tanyanya tanpa ekspresi."Tentu saja kita bisa melihat semua tindakannya lebih jelas. Terlebih kemungkinan terbesarnya Monica akan terpilih menjadi presiden. Bukankah dia sudah melakukan tindakan yang lebih cepat daripada kita?" tanyanya balik. Bibirnya tersenyum smirk. "Bagaimana pun juga kita harus membiarkannya sampai kejahatannya diketahui oleh publik."Emily belum tidak percaya apa yang disampaikan oleh putranya. Ia mendengar kalau calon pemimpin begitu ramah dan baik hati melainkan anak dari musuh utama yang bersarang di negara Atlantik. "A–apa yang kau maksud, Sayang? Kau sedang tidak bercanda bukan?""Kita sedang berbincang serius untuk apa bercanda, Ibu," selan
Baca selengkapnya
36. Malapetaka
"Apa kau akan melepas musuh tadi?" Sora memalingkan wajahnya. "Aku menyesal tidak bisa melenyapkan pria itu. Dia tidak bisa dianggap remeh. Bahkan mengalahkan kemampuanku—"Orlando memberi tanda di bibir Sora. "Apa hanya karena musuh tadi yang membuat bisa pesimis seperti ini?" Kepala Sora mengangguk pelan. "Ya begitulah." Ia bangkit dari kasur. "Sudahlah, kurasa aku perlu banyak berlatih mulai saat ini." Sora menampakkan senyumannya yang indah."Jangan terlalu memaksakan diri. Tunggu saja sampai kemenangan pemilihan presiden nanti." Orlando memeluknya dari belakang sembari menggerayangi Sora. "Mereka tidak ada apa-apanya ketimbang diriku.""Aku suka dengan sikap percaya dirimu, Sayang," erangnya menikmati setiap sentuhan.Tiba-tiba ponselnya berdering. Orlando tak memperdulikannya, ia dibutakan asmara. Begitu juga dengan Sora yang terus menggodanya. Tak lama pintu kamarnya terbuka. Para bodyguard yang menyaksikan adegan tersebut langsung menundukkan kepala. Hal itu membuat kesabaran
Baca selengkapnya
37. Waspada
Paginya Aron berada di tempat yang sudah dinantikan. Ia menyukai aroma perdebatan yang akan dimulai. Semua orang terlihat mengisi kursi mereka masing-masing. Bibirnya tersenyum smirk. Tak jarang dari mereka saling menatap tajam. Terutama pegawai lama dan juga pegawai baru.Ia membuka perundingan hari itu dengan apa adanya, tidak selayaknya resmi. Aron langsung mengarahkan ke topik utama tanpa basa-basi. Ia memberikan sebuah tepuk tangan atas hadirnya para pegawainya. Semua orang terdiam tidak ada yang melawan ataupun memberontak."Terima kasih kalian semua sudah hadir." Aron memperhatikan setiap wajah pegawai barunya. "Jangan sampai ada pertengkaran di antara kalian. Terutama pegawai baru aku memberikan formulir lagi untuk kalian jawab jujur."Mereka yang disebutkan langsung menunduk. Jika mereka melanggar mereka tidak akan dibiarkan hidup-hidup seperti yang tertulis di formulir sebelumnya. Mereka hanya menginginkan gaji yang tinggi. Tetapi mereka harus ingat kalau tidak bisa mengkhia
Baca selengkapnya
38. Mencoba Memulihkan Keadaan
"Aku akan membuat sebuah gundam untuk melindungi mansion ini. Aku akan menyelesaikan dalam waktu sebulan ini jadi pastikan ruangan bawah tanah sudah kosong," desisnya di telinga Davis.Pria itu tak berkedip mendengar apa yang baru saja dikatakan Aron. Ia mengangguk mengerti lalu memberikan perintah melalui earphone miliknya. "Anda pasti memiliki alasan mempersiapkan rencana anda ini," gumamnya."Benar. Kita tidak boleh menampakkan seberapa kekuatan kita di hadapan mereka. Aku perencanaan untuk membuat tameng pelindung yang menutupi mansion ini. Sayang sekali itu terdengar seperti pecundang karena tak berani melawan." Aron bangkit dari kursinya. "Sebaiknya kita bicarakan permasalahan ini di kamarku. Jangan sampai ada orang yang mendengar pembicaraan kita.""Baik, Tuan." Davis membuntuti Aron. Ia tidak percaya dengan ide menarik itu bisa melawan serangan dari musuh. Tetapi, ia percaya kalau Aron melakukan yang terbaik untuk menegakkan keadilan.Perbincangannya tadi yang membahas kematia
Baca selengkapnya
39. Gundam Pemusnah
Seminggu kemudian....Aron terlalu sibuk dengan urusan bisnisnya sampai tidak melihat sebagaimana proyek yang dijalankannya saat itu. Ia menuju ke ruangan bawah tanah. Seperti yang diinginkan Aron, ruangan itu hampir selesai. Pembangunan tempat untuk pembuatan gundam lebih cepat dari perkiraannya. Davis membungkuk memberikan salam ketika melihat Aron muncul di lokasi. "Kerjamu semakin baik saja, Pak." Bibir Aron tersenyum sendiri melihat kemegahan ruang penyimpanan gundamnya."Saya berusaha melakukan yang terbaik untuk mewujudkan impian anda. Saya senang kalau anda menyukainya." Tangannya memberikan data pengeluaran untuk pembuatan ruangan itu. "Kami mengerahkan banyak pekerja untuk menyelesaikan proyek anda dengan cepat. Pengeluaran ini sebanding penghasilan saat ini," sambungnya."Selama gaji para pekerja terbayar, aku tidak masalah seberapa pengeluaran untuk mega proyek ini. Kita harus mempersiapkan diri sebelum perang besar akan terjadi." Usai membaca catatan tersebut Aron mengem
Baca selengkapnya
40. Betabot
Untuk menghasilkan karya yang luar biasa, ia membutuhkan banyak tenaga terlebih untuk melawan parav musuhnya. Aron menghabiskan seluruh hidangan yang ada di atas meja. Perutnya sampai buncit, untungnya ia tidak memuntahkan isi perutnya. Kakinya beranjak keluar dari ruangan.Seluruh pelayannya berdiri menunduk seraya berbaris ketika Aron selesai menyantap hidangan tersebut. Mereka tidak banyak berkomentar. Kakinya bergegas menuju ruangan proyek besar. Aron mengunci rapat-rapat lalu kembali duduk di kursi bundar. Tubuhnya memposisikan bersemedi. Ia memusatkan pikirannya untuk membuat senjata impian tersebut. Kelopak mata Aron tertutup rapat, namun semua hal yang dilakukannya disaksikan oleh dewa langit. Perlahan tapi pasti, dalam waktu setengah jam Aron bisa menyelesaikan ciptaannya. Bibirnya mengembangkan senyum ketika senjata besar di hadapannya sesuai ekspektasi."Apa rencanamu?" tanyanya mengejutkan Aron. "Lihat dirimu kau terlihat serius," ledeknya."Itu kalimat yang cocok untuk
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1234567
DMCA.com Protection Status