All Chapters of Terpaksa Menjadi Madu: Chapter 51 - Chapter 60
120 Chapters
Bujuk Rayu Izhar
“Ay, buka pintunya, dong! Iya, Aa salah, Aa minta maaf. Aa tadi cuman nanya, cuman mau memastikan juga. Aa percaya sama kamu, kamu enggak mungkin ladenin laki-laki lain.” Nasi sudah menjadi bubur. Apa boleh buat, Ayesha sekarang marah karena ucapan Izhar yang menyakiti hatinya. Dia tak membukakan pintu kamarnya untuk Izhar dan membiarkan Izhar di luar. Izhar sendiri berusaha membujuk Ayesha sampai lelah dan akhirnya memutuskan menunggu Ayesha tak lagi marah padanya dan keluar. Dia menunggunya di sofa sambil berbaring. Sementara Ayesha membuka handphonenya dan melihat pesan dari Argi. Argi melakukan spam, pantas saja membuat suara bising yang pastinya menarik perhatian Izhar. Dia jadi kesal pada Argi karena ini. Namun, melihat ini membuatnya berpikir, kenapa dia harus marah atas ucapan Izhar yang benar? Tidak, itu tidak benar. Dia tidak mendekati pria yang memiliki pasangan. Argi tak memiliki pasangan, dan Argi yang mendekatinya lebih dulu. Benar adanya jika dia meladeni Argi. Itu k
Read more
Ultrasonografi
“Ayesha!” Ayesha membuka pintu ruangan dengan gugup. Sebelumnya dia baik-baik saja dan makan makanan ringan dengan tenang sampai dia tahu bahwa gilirannya masuk ke ruangan dokter akan tiba. Izhar yang akan menemaninya masuk ke ruangan dokter berada di belakangnya. Ayesha menutup lagi pintu ruangan setelah mengintip dari luar dan membuat Izhar mengernyitkan dahinya melihat tingkah Ayesha. Ayesha bahkan hendak putar balik jika saja Izhar tak menahannya dan langsung membuka pintu kemudian mendorongnya dengan halus untuk masuk. “Hish!” Ayesha menggerutu pelan. “Halo, ada yang bisa dibantu? Ada keluhan apa?” Dokter pria yang duduk di belakang meja menyambut mereka dengan ramah. “Enggak ada apa-apa,” jawab Ayesha cepat. Jawaban Ayesha berhasil membuat dokter yang semula tengah membaca rekam medik Ayesha langsung mengangkat kepalanya dan menatap Ayesha. Kemudian matanya menyipit membentuk bukan sabit, beliau tampaknya terhibur sedikit. “Kalau keluhan kayaknya enggak ada, mau kontrol a
Read more
Tak Ada Izhar, Ada Argi
“Ayesha mana, sih? Tumben, enggak balas chat.” Argi mengeluh pelan saat menatapi handphonenya. Dia menunggu balasan dari Ayesha namun Ayesha tak kunjung membalas pesannya sejak semalam. Argi lalu menaruh handphonenya di saku dan kemudian memesan minuman di sebuah toko minuman. Setelah dari sana, Argi keluar dan sepintas dia menatapi seseorang yang mirip dengan Ayesha dari belakang. Argi memandangi gadis berambut panjang itu, perawakannya seperti Ayesha. Benar jika itu Ayesha yang sedang bersama Izhar. Namun Argi tentunya tak mengenali pria jangkung yang bersamanya. “Ay?” Argi masih ragu itu Ayesha, karena tak bisa mengidentifikasi pria yang bersamanya. Ayesha memasuki mobil, dan saat posisinya menghadap samping, itu jelas jika Ayesha. Argi hendak menyusulnya namun Ayesha sudah masuk ke dalam mobil. Dan pria itu tak seperti Devan. *** “Aa pulang, ya?” pamit Izhar. “Mm.” Ayesha menganggukkan kepalanya dan tersenyum simpul padanya. “Jaga diri selama Aa enggak ada! Jangan keluyura
Read more
Ketahuan Bersama Pria Lain
“Kamu mau beli apa emang?” Izhar memarkirkan mobilnya di lahan parkir. “Aku pengen beli yang berkuah. Niatnya mau cari pangsit kuah, kalau enggak ada juga paling yang menurut aku menarik. Sama tadi kayanya ibu titip kue pasar, bebas apa aja,” jawab Nirmala. Keduanya menuruni mobil dan menatap ke sekitar. Izhar menggandeng tangan Nirmala menuju ke sebuah tempat dagang kaki lima. Yang bisa diketahui jika Izhar berada di tempat yang sama dengan Ayesha pagi itu. Izhar berjalan bersama Nirmala untuk membeli sarapan ke sana. “Aa mau sarapan apa?” tanya Nirmala. “Aa mau ketoprak aja,” jawab Izhar. “Tapi kayaknya aku juga mau ketoprak. Kita makan ketoprak aja dulu, habis itu baru hunting ke jajanan yang lain.” Nirmala berjalan lebih dulu, dia tahu tempat ketoprak yang enak di sana. Izhar hanya mengikutinya, dengan tangan keduanya yang saling berpegangan erat. Lihat bagaimana Izhar bisa memperlakukan kedua istrinya dengan baik. Namu
Read more
Marah
Ayesha tiba di rumah dan mendapati Izhar meneleponnya. Tumben sekali Izhar meneleponnya, padahal biasanya Izhar jarang menghubunginya. Dan Ayesha akhirnya menelepon balik Izhar, barang kali ada sesuatu yang terjadi. Sambil menunggu Izhar mengangkat telepon, Ayesha menaruh makanan yang dia bawa dari pedagang kaki lima itu. [“Ayesha!”] “Iya, A? Kenapa?” Ayesha sangat santai, dia tak curiga sama sekali Izhar mungkin melihatnya tadi. [“Kamu dari mana? Kenapa baru telepon balik?”] Izhar kelihatannya hanya berusaha memancingnya. “Tadi Ay lagi di kamar mandi. Kenapa emangnya?” Ayesha mengernyitkan dahinya. [“Kamu di rumah sekarang?”] “Iya, Ay enggak ke mana-mana, kok.” Ayesha malah terdengar berusaha menutupi kebohongannya. [“Aa ke sana, sekarang.”] Ayesha mengernyitkan dahinya semakin dalam, dia mulai curiga ada yang tak beres sekarang. Karena dati nada bicara Izhar yang lebih dingin dan terdengar marah. Namun
Read more
Tanpa Sengaja Memberi Luka
“Apa karena Aa kurang perhatian sama kamu? Kurang waktu sama kamu? Tapi kamu berlagak enggak butuh Aa, dan malah nyari perhatian di luar sana. Biar apa, sih?” Ayesha mengulum bibirnya. Ternyata hubungannya dengan Argi tak bisa dipertahankan lama. Mereka bahkan memulai, sebenarnya. Argi belum benar-benar memulainya. “Tadi cuman temen,” jawab Ayesha, dia jujur kali ini, tentang siapa Argi. “Kenapa enggak bilang kalau pergi sama temen? Karena temennya cowok? Kalian cuman berduaan di sana, iya, kan? Kamu tahu itu salah, makanya enggak berani jujur sama Aa.” Izhar memohonkannya, dia tak ingin ini terulang lagi ke depannya. Izhar menatapi Ayesha lagi, nafasnya agar memburu, menunggu Ayesha menjawab. Namun, Ayesha menahan kalimatnya. Kelihatannya Ayesha tak bisa lagi menjawab pertanyaan Izhar. “Apa susahnya bilang kalau kamu mau sesuatu sama Aa? Aa suami kamu, lebih halal buat kamu berduaan sama Aa, ketimbang orang lain. Tapi giliran berdua
Read more
Kata Maaf
“Maaf.” Izhar tak akan pulang sampai Ayesha memaafkannya. Walau dia sebenarnya masih ingin menuntut kejelasan dari Ayesha tentang apa hubungannya dengan Argi dan kenapa Ayesha bersikap mencurigakan belakangan ini. Meski belum mendapatkan apa yang dia mau, Izhar bersikap baik lagi padanya. Tak mungkin rasanya harus mendiami Ayesha yang baru saja tak sengaja dia lukai. Meski tak terlihat ada bekas luka di wajahnya. Kelihatannya kejadian tadi cukup untuk melukai hati Ayesha. Terlihat dari bagaimana Ayesha diam tak berkutik dengan wajahnya yang tak menunjukkan ekspresi apa pun. Sebelumnya, jika dia marah, dia akan terlihat kesal. Ini seperti saat Ayesha ingin menggugurkan kandungannya. Persis. Dia terlihat tak bergairah untuk hidup lagi. Izhar mengambil sapu tangan yang sudah dibasahi air hangat dan menyisipkan rambut Ayesha ke belakang telinganya. Lalu menaruh sapu tangannya ke tulang pipi Ayesha yang tadi terbentur. “Aa enggak sengaja untuk ini.” Izhar menghaluskan suaranya, dia me
Read more
Ayesha Berubah?
Setelah kejadian itu, niatnya Ayesha tak akan lagi berhubungan dengan Argi sama sekali. Namun, jika hanya sekedar berbalas pesan mungkin tak masalah. Dengan catatan dia harus menghapus pesan dan menyembunyikan kotak pesan dari Argi agar barang kali Izhar akan mengecek handphonenya, dia tak akan kena masalah. Izhar sendiri niatnya bertanya langsung pada Devan. Bagaimana hubungan Argi dan Ayesha di masa lalu, berapa lama mereka bersama, untuk mendapatkan lebih banyak informasi yang menjadi tolak ukur seberapa erat hubungan Ayesha dan Argi sekarang. Izhar menemui Devan di sebuah GOR khusus badminton yang disediakan salah satu orang tua anak yang Devan latih. Orang tua yang menitipkan anaknya pada Devan, mereka semua orang berada. Jelas, Devan tak akan menyia-nyiakan kesempatan ini untuk membuka relasi yang lebih besar lagi. “Kenapa, A?” Devan berlari pelan keluar GOR dan menemui Izhar. “Kamu sama Ayesha waktu SMA juga satu sekolah, kan?” Izhar berusaha memulainya. “Iya, tapi beda ke
Read more
Ketahuan Argi
“Kamu sakit?” Pertanyaan yang sebelumnya dilontarkan Devan juga dilontarkan Izhar. Ayesha menggelengkan kepalanya lagi sebagai jawaban. Dia hanya merasa lelah, lebih lelah dari biasanya. Mungkin faktor kehamilannya, yang membuatnya tampak tak bersemangat sama sekali. “Kamu masih marah sama Aa, Ay?” tanya Izhar lagi. “Enggak, kok.” Ayesha menghela nafasnya panjang, yang justru membuat Izhar berpikir dia kesal. “Terus kamu kenapa? Muka kamu suram kayak gitu itu kenapa?” tanya Izhar masih baik-baik. “Enggak ada. Cuman capek aja,” jawab Ayesha. Izhar tak mengerti maksudnya. Namun, karena Ayesha mengatakan dirinya lelah, yang bisa dia lakukan hanya diam, tak bertanya lagi. Ayesha mungkin butuh sedikit waktu untuk tak diganggu sekarang. Padahal mereka jarang bertemu, dan sekalinya bertemu Izhar harus memaklumi keadaan Ayesha yang mungkin sedang tak mendukung untuk melakukan hal yang menyenangkan bersama. Izhar ingin bertanya, mungkin Ayesha mau bermain ke luar. Sayangnya, saat ingin
Read more
Perhatian Argi
“Gue enggak peduli lo mandang gue serendah apa, gue juga enggak peduli kalau lo semisal dendam karena mungkin sempat merasa gue manfaatkan waktu kita deket lagi dan lo mau nyebarin fakta ini ke Apollo, silakan! Gue juga lebih baik left kalau kelamaan hiatus.”Ayesha menghela nafasnya, sedikit lega karena mengutarakan isi hatinya walau gelisah juga dengan pandangan orang lain mengenai dirinya. Meski Argi berusaha membuat suasana senyaman mungkin dengan Ayesha, duduk dan memesan minuman untuknya juga, Ayesha masih tak nyaman. Argi pribadi merasa bersalah karena harus mengetahui hal yang menjadi privasi Ayesha. Toh, sebenarnya Ayesha sudah menjauhinya lebih dulu, dan mereka memang tidak ada hubungan apa-apa yang menyebabkan dirinya perlu ikut campur urusan Ayesha. Namun, dia terlanjur tahu. “Maaf kalau mungkin bikin lo enggak nyaman karena tahu tentang hal yang udah lo sembunyiin serapi mungkin. Gue pribadi juga mikir, emang gue siapa lo, berhak tahu tentang ini. But ... jujur, gue tad
Read more
PREV
1
...
45678
...
12
DMCA.com Protection Status