Terpaksa Menjadi Madu

Terpaksa Menjadi Madu

By:  sherina vellyn  Completed
Language: Bahasa_indonesia
goodnovel16goodnovel
10
3 ratings
120Chapters
15.3Kviews
Read
Add to library

Share:  

Report
Overview
Catalog
Leave your review on App

Ayesha, gadis berusia 19 tahun yang dipinang oleh sosok pria beristri. Dia Izhar (32 tahun), yang sudah lama menantikan seorang anak dari pernikahan pertamanya yang telah berlangsung 10 tahun. Ketika Izhar meminta Ayesha melahirkan anak untuknya, Ayesha menolaknya. Merasa pernikahan itu akan sia-sia, istri pertama Izhar yang sudah terlanjur cemburu dan panas akan kedatangan Ayesha meminta Izhar untuk segera bercerai. Izhar semula menolak untuk bercerai dengan Ayesha. Namun, jika Nirmala hamil, apakah dia bersedia menceraikan Ayesha karena pernikahannya yang sia-sia? Ig @caelfjri_

View More
Terpaksa Menjadi Madu Novels Online Free PDF Download

Latest chapter

Interesting books of the same period

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Comments
user avatar
Icha Dias
ga da kelanjutan x lg kah kk ??
2023-08-27 10:49:47
0
default avatar
Banana cake
Hi thor... sudah lama tdk up date... semoga sehat2 ya thor..
2023-06-25 21:45:20
0
user avatar
sherina vellyn
hai, ini author! untuk bab Kedatangan Keluarga Nirmala mending jangan dulu dibuka ya, guys! karena itu salah, sebelumnya ada bab lagi, dan karena kesalahan saya sendiri, yang awalnya mau disave malah dirilis
2023-06-17 19:25:35
1
120 Chapters
Hendak Dicerai?
“Punya anak? Enggak, enggak. Ay masih terlalu muda buat itu dan Ay yakin enggak sanggup. Andai kata Kakek tahu kalau Aa nikahin Ay buat punya anak, Ay yakin Kakek enggak mau menyetujuinya sekalipun Aa orang baik! Andai Kakek masih hidup, Ay bakal aduin ini ke Kakek!” Seorang gadis menentang suaminya dengan lantang. Siapa lagi jika bukan Ayesha yang kini menolak suaminya yang baru saja bicara baik-baik padanya jika dirinya ingin memiliki seorang putra. “Ay, Aa butuh waktu untuk menyampaikan ini sama kamu, karena tahu ini reaksi kamu. Aa enggak bisa ngasih tahu kamu sebelum kita menikah.” Izhar, pria itu bicara dengan tenang. “Dan sekarang setelah menikah, bilang pengen punya bayi dengan santainya. Pengen bayinya apa pengen enaknya aja?!” balasnya sinis. Izhar menghela nafasnya berat. Bukan nafsu semata yang membuatnya ingin menyentuh Ayesha malam itu. Dibalik itu, ada seorang wanita yang tengah menguping pembicaraan pribadi di dalam kamar itu dari luar. Wanita yang mendecak dengan m
Read more
Kedatangan Mertua
“Ay, enggak gitu maksud Aa. Bukan kamu yang milih, tapi Aa,” tanggap Izhar cepat. Ayesha menatap Izhar lekat sambil menggeleng cukup kuat. “Selama Ay enggak ngizinin Aa nyentuh Ay, Aa juga enggak bisa nyentuh Ay gitu aja.” Sayangnya, niat mengancam Ayesha malah berbalik. Izhar terlalu lemah lembut pada perempuan apa lagi gadis muda seperti Ayesha. Dia tak bisa mengancam Ayesha dengan keras, sekeras apa pun sifat bawaan gadis ini. *** Nirmala tengah menyiapkan sarapan pagi itu. Dan Izhar duduk menikmati pelayanan dari Nirmala yang senantiasa melayaninya dengan baik. “Nanti aku mau belanja mingguan. Aa mau titip apa?” tanya Nirmala sambil menyajikan makanan. “Selain kebutuhan, enggak ada. Uangnya masih cukup, apa perlu ditambahin?” Izhar tersenyum menatap istri pertamanya yang sudah sibuk melayaninya. “Kayaknya kurang, soalnya ada beberapa lebih banyak yang harus aku beli,” jawab Nirmala. “Iya, nanti habis makan Aa transfer lagi ke rekening kamu,” balas Izhar. “Ngomong-ngomong,
Read more
Ada Maunya
“Iya, soalnya kucing berhenti ngeong juga kalau udah dikasih makan,” balas Ayesha pedas. Sementara Izhar hanya bisa menghela nafasnya pelan. Pria itu berusaha untuk tak marah dan senantiasa sabar. Yang dihadapi hanya gadis muda yang belum bisa memfilter ucapannya. Kedatangan keluarga Izhar pagi itu selain mengejutkan juga berhasil memaksa Ayesha untuk tak mengurung diri di kamar seperti biasa. Gadis itu keluar kamar setelah mandi dan disambut oleh ibu mertuanya yang sudah menyiapkan makanan untuknya.“Ay, sini makan dulu! Kamu belum sarapan, kan?” Mayang buru-buru menghampiri Ayesha. “Ah, Ayesha biasanya enggak sarapan. Kalau sarapan biasanya perut Ay sakit nanti, terus biasanya malah langsung keluar lagi.” Ayesha menolak dengan perasaan canggung. “Kamu enggak boleh terbiasa enggak sarapan, dong! Lama-lama juga nanti kalau terbiasa, enggak kayak gitu. Justru harus dibiasakan sarapan. Kalau sakit perut terus nanti keluar lagi juga enggak apa-apa, itu tandanya sisa-sisa kemarin udah
Read more
Ayesha Mulai Luluh
“Ay, cara bicara kamu tadi enggak sopan, kamu tahu itu, kan?!” Izhar berusaha menasihati Ayesha yang sekarang duduk di sisi kasur dengan perasaan yang tak nyaman. Dia paling benci saat Izhar menasihati seperti ini. “Enggak sopan apanya? Ay udah cukup sopan segitu, tuh. Ay enggak ngomong kasar, kan?” sahutnya agak sinis. “Kalau keluarga Aa kesinggung atas ucapan kamu tadi, gimana? Kamu tahu memutuskan tali silaturahmi itu enggak baik dan akan menimbulkan banyak masalah baru nantinya?” “Ya, seenggaknya untuk sekarang permasalahan soal keluarga Aa yang doyan membahas tentang anak selesai. Mereka enggak akan datang lagi, dan pastinya mereka enggak bisa membahas tentang anak. Ya, kan?” Ayesha mengangkat kedua alisnya dengan santai. “Ay!” Izhar menatapi istrinya itu, agak kaget dengan apa yang dia katakan tadi. Karena merasa dirinya mulai marah dengan apa yang dikatakan Ayesha, Izhar buru-buru duduk untuk meredam rasa marahnya. Dia duduk tak jauh dari Ayesha dan menghela nafasnya. Perl
Read more
Menyerahkan Diri
Karena rasa bersalah yang membuat hatinya gelisah, Ayesha jadi terus terpikirkan tentang apa yang terjadi hari ini dan memikirkan setiap apa yang dia katakan sebelumnya. Hal itu juga menjadi dorongan untuk Ayesha mengambil sebuah lingerie dari lemarinya. Untuk pertama kalinya, Ayesha menggunakan salah satu hadiah pernikahannya yang dia tahu persis untuk apa itu. Sebuah potongan kain yang digunakan untuk menarik perhatian pria. Pikirannya agak sedikit kacau karena memikirkan Izhar yang sempat tampak putus asa tadi. Dengan pakaiannya yang baru, Ayesha duduk di atas kasur sambil menggigiti jarinya. Dia gelisah sambil menantikan sosok Izhar yang akan tidur bersamanya malam ini. Pintu terbuka perlahan dan Ayesha bisa melihat bagaimana Izhar memasuki kamarnya. Gadis itu seketika mematung sesaat saat melihat Izhar masuk, sebagaimana Izhar yang langsung mematung juga begitu melihat pemandangan yang dia sangka bisa dilihatnya malam itu. “Ay, kamu ... ngapain?” Izhar tercengang setengah mati
Read more
Dibalik Suara Ayesha Semalam
“Kamu dengar suara Ayesha tadi malam?” Izhar ingin memastikannya lagi. Dia kini terlihat kikuk, terdiam menatapi Nirmala yang tampak masam. Dia tahu, istri pertamanya pasti akan sangat cemburu mengetahui apa yang terjadi. Nirmala sendiri tak menjawab. Dia tak ingin memperjelasnya, dan rasanya tak perlu. Dia hanya mendesah pelan seraya duduk di kasurnya dan merapikan segala barang di kasurnya. “Ayesha bersedia. Kamu tahu maksudnya, bukan?” Izhar menghela nafasnya pelan. “Aku tahu. Ke depannya cuman ada Ayesha di mata kamu. Ke depannya kamu bakal punya anak sama Ayesha, sementara aku kesepian di sini, sendirian.” Nirmala terdengar jengkel. “Enggak, kok. Aa enggak terus sama Ayesha, tapi Aa juga terus sama kamu. Komitmennya memaksa Aa untuk bersikap adil. Aa enggak akan membeda-bedakan,” ucap Izhar. “Bukan Aa, tapi ibu. Keluarga Aa,” tekan Nirmala tanpa menatap ke arah Izhar sama sekali. Izhar tak membalasnya lagi. Rasanya lelah untuk meyakinkan dua pihak dengan masing-masing argu
Read more
Tidak Adil
“Kamu haid?” Izhar mendekati Ayesha sambil membawakan keresek berisikan pesanan gadis itu. Yang ditanya duduk di sisi kasur sambil memegangi pinggangnya dan mendengus seraya mengangguk. Ayesha menerima keresek yang diberikan Izhar untuknya, berisikan pembalut yang dia pesan pada Izhar saat pria itu dalam perjalanan pulang. “Makasih,” ucap Ayesha seraya membuka kereseknya dan melihat ada camilan juga di sana. “Ay enggak nitip yang lainnya,” ucap Ayesha pelan. “Inisiatif Aa, Ay. Barang kali kamu moody lagi, kalau datang bulan. Enggak datang bulan aja, kerjaan kamu kesel, jengkel, sebel, marah-marah.” Izhar terkekeh pelan seraya duduk di sisinya. Ayesha mendecak sambil menyungging senyum. Ada benar juga. Ayesha mendesis sambil agak mencengkeram perutnya. Dia kadang mengalami ini, kram saat haid dan nyeri. “Kenapa? Sakit?” Izhar mengusap punggung Ayesha halus, untuk membantunya merasa baikan. “Mm,” jawab Ayesha. “Kalau hamil, kamu enggak akan nyeri haid,” ucap Izhar asal. “Ya, iy
Read more
Gengsi
“Assalamualaikum.” Izhar memasuki rumah terlebih dahulu, dia memasukkan barang belanjaannya. Semula dia merasa tak aneh dengan suasana rumah, mendadak terkejut begitu melihat Ayesha yang tidur di sofa ruang tamu saat itu. Izhar seketika menoleh ke arah Nirmala yang ada di belakangnya. “Ay?” Izhar segera mendekati Ayesha yang tidur meringkuk di sofa. Ayesha tampak tersentak saat tangan Izhar menyentuhnya. Gadis itu seketika mendudukkan dirinya, menatap Izhar dengan tatapan bingung. Semalaman dia menunggu Izhar dan Nirmala pulang. “Kamu tidur di sini? Kenapa?” tanya Izhar. Nirmala yang baru memasuki rumah menatap ke arah Ayesha yang tampak masih sedikit linglung. Ayesha membalas tatapannya sejenak. Ayesha masih sibuk mengumpulkan nyawanya. “Oh, iya. Kamu telepon Aa berkali-kali semalam, ada apa?” Izhar teringat akan hal tersebut. “Kita nginep di hotel semalam,” ucap Nirmala secara tiba-tiba. Izhar menatap Nirmala singkat dan melirik Ayesha yang menggaruk wajahnya. Wajahnya dipenu
Read more
Hamil?
“Huek!” Wanita itu mendekap mulutnya dengan tangan kirinya. Dan kemudian mendesah pelan seraya meraup sebuah testpack yang ada di laci. Terlihat ada beberapa, dia selalu menyimpannya untuk jaga-jaga. Kebiasaan yang sampai sekarang belum kunjung membuahkan hasil. Membawa benda yang baru saja diambilnya ke kamar mandi, dia hendak menggunakannya. Nirmala menatapi alat itu dengan tidak sabar sesaat setelah menggunakannya. Menunggu alat itu bekerja sambil menatapinya lekat. Dia tak pernah bosan dikecewakan oleh alat sekali pakai tersebut. “Hah?!” Wanita itu tercengang melihat bagaimana satu garis muncul dan diikuti dengan garis lainnya. Dua garis melintang pendek di dalam kotak yang menjadi penanda jika dirinya hamil. Ya, hamil. Sebuah kata yang telah lama dinantikannya bersama Izhar. Dia hamil, sebuah kabar besar. Izhar. Izhar harus tahu tentang ini, pikirnya. Nirmala buru-buru keluar dari kamar mandi, menyerbu handphonenya dan memotret alat tes kehamilan itu. Dikirimnya pada Izhar. T
Read more
Angkat Kaki
“Lagian, siapa yang ganggu? Teteh playing victim, deh. Teteh pikir jadi Ay juga mudah?” Ayesha terdengar balik marah karena tuduhan Nirmala padanya. Meski begitu, Ayesha berusaha mengendalikan dirinya sendiri, karena tahu jika Nirmala sedang mengandung. “Bukannya mau kamu sendiri buat pergi, Ay? Teteh ngizinin kamu pergi, jadi pergi sekarang! Bukannya kamu juga lebih milih cerai sama A Izhar ketimbang harus melahirkan anaknya A Izhar? Tepati pilihan kamu itu! Kenapa? Sekarang kamu berubah pikiran karena mulai ngerasa dicintai sama A Izhar?” Ayesha mengerjapkan matanya. Jika ditanya apa dia merasa dicintai oleh Izhar, bohong jika dia jawab tidak. Dia ingat bagaimana Izhar sedia menemaninya makan jika dirinya kelaparan di tengah malam, perhatian Izhar akan hal kecil, semua detail sekecil apa pun tentang dirinya yang diingat Izhar. Belum lagi cara bagaimana Izhar memeluk dan mengecupnya saat tidur. “Atau kamu yang sekarang punya perasaan sama A Izhar?” Nirmala menatap Ayesha yang tak
Read more
DMCA.com Protection Status