All Chapters of The Curse Of A Vampire Prince: Chapter 21 - Chapter 30
44 Chapters
Dua Puluh Satu
Samuel menerjang dan terus melancarkan serangan. Inilah hal pertama yang ia takutkan terjadi menimpa Druf. Ia berjuang mati-matian melindungi anak itu bagaimanapun caranya. Ia tak segan melenyapkan siapapun yang membahayakan tuannya. Bahkan ia harus menipu Druf demi kebaikannya. “Apa yang kau dapat dengan menentang ku Samuel!” Victoria berteriak berang. Bagaimanapun juga, bagi bangsa vampir kedudukan Victoria lebih tinggi daripada Samuel.“Aku tidak menentangmu. Aku hanya melindungi tuanku. Dan kau adalah bahaya terbesar yang paling mengancam tuan Druf,” Ucap Samuel. “Sudah berkali-kali ku katakan. Aku tak mungkin menyakitinya.” “Cuih. Sekarang saja kau sudah menyakitinya. Menyakiti mentalnya. Pergi menjauh atau kau ku bunuh.” Balas Samuel tak kalah sengit. Ia sadar salah satu kebusukan Victoria adalah pandai bersilat lidah. Tidak ada gunanya meladeni wanita itu. Lagipula Victoria tidak lagi diakui sebagai ratu. ia telah mengkhianati bangsa vampir dengan membahayakan Druf dan juga
Read more
Dua Puluh Dua
Suara derap kuda mendekat. Samar-samar terdengar suara wanita berteriak. Dicabutnya batang yang menembus dada. Dengan agak terseret-seret tubuh berat ini dibawanya entah kemana. Kemudian.......... GELAP. *** Ia mengelap dahi dan tubuh pemuda seusianya yang kini terbaring lemah di kasurnya. Ia masih mengingat ucapan kakaknya Dior, jika ingin pemuda itu hidup ia harus menjaganya dengan baik. Terutama luka di dadanya agar tidak terinfeksi. Pemuda itu beruntung karena kayu yang merobek dadanya luput dari semua organ dalam tubuhnya. Untung ia menemukannya lebih cepat, jika tidak pemuda itu tidak akan memiliki harapan hidup sama sekali. Tapi ia dan kakaknya sama-sama tak mengerti, kenapa infus tidak bisa memasuki tubuhnya. Bahkan jarum saja sulit untuk menembus kulitnya. Beruntung lagi mereka berdua bisa ilmu pengobatan tradisional di samping kedokteran. Sehingga untuk sementara. Ia hanya di obati secara tradisional. Pemuda itu tampan. Tubuhnya berotot. Ia pasti digilai banyak wanita.
Read more
Dua Puluh Tiga
William pulang dengan lesu. Ia kehilangan jejak Druf. Anak buah yang lain juga sama. Tak ada seorang-pun masyarakat melihat pemuda terluka maupun kuda yang mencurigakan. Bahkan jejak kaki kuda hilang karena setelah jalan setapak yang dilewatinya kuda tersebut melewati jalan raya sehingga tak meninggalkan jejak apapun. Meski begitu pencarian tetap di lakukan. Sementara itu di tempat yang lain, Brian memijat kepalanya yang pusing. Ia terlihat tidak bersemangat. “Silahkan,” ucap Dilara. Gadis itu tersenyum sambil menyodorkan teh kehadapan Brian. Entah bagaimana caranya gadis itu jadi terlihat manis bagi Brian. Ia meraih cangkir teh yang disodorkan dan meminumnya selagi hangat. Nikmat. Itu kesan pertama yang didapatnya. “Apa belum ada kabar?” tanyanya. Brian menggeleng. Dilihatnya Dilara mendesah. Bibir mungilnya yang basah terlihat... Astaga. Apa yang dipikirkan Brian. Tapi jujur ia merasa Dilara sangat cantik hari ini. “Hari ini aku ada undangan ke kota London mewakili tuan Druf
Read more
Dua Puluh Empat
Frans terduduk dengan lesu. Ia masih kalut dengan pikirannya sendiri. Brian yang baru datang langsung menggodanya. “Cie, yang baru ketemuan sama cewek, nih ya!” ucapnya seraya menyenggol-nyenggol siku frans. Sementara yang digoda hanya mematung. “Hello..... , kesambet apa nih, anak. Apa kamu ditolak, atau malah jadian nih?” Frans menatap Brian dengan serius. Mereka berdua bertatapan. Brian menunggu kata demi kata dari mulut Frans. Meski kedua kakinya pegal menunggu sambil jongkok, ia tahan sekuat tenaga. “Kau tahu? Saat pertama melihat gadis itu. Aku sampai berpikir bahwa gadis itu imut banget, niat dari awal untuk menolak ungkapan cintanya, sudah hilang entah kemana. Aku ingin menerima cintanya dan dalam waktu tidak lama akan melamarnya.” “La, terus?” Brian membetulkan posisi duduknya. Jika ia terus berjongkok, kedua kakinya bisa mati rasa. Brian duduk dengan nyaman lalu siap mendengarkan curhat sang sahabat. “Ketika aku pegang tangannya. Seorang cowok datang merusak suasana rom
Read more
Dua Puluh Lima
Druf duduk di depan Frans dengan pura-pura jengah. Ia menunjukkan aura marah pada cowok di hadapannya itu. Walau bagaimanapun ia ingin tahu reaksi Frans jika dirinya pura-pura tidak suka jika Eve dekat-dekat dengannya. Apapun alasannya Frans dekat dengan seorang wanita adalah hal baru baginya. Dan Eve adalah hal bagus untuk mengetahui bagaimana reaksi Frans jika sedang jatuh cinta. Druf lupa, bisa saja perlakuannya ini justru membuat Evelyn jatuh cinta kepadanya. Ia lupa memprediksikan hal itu dan hanya fokus pada keinginannya untuk mengetahui reaksi Frans.Di sisi lain Brian menahan nafas. Dia tidak tahu apa yang akan terjadi berikutnya. Apakah rencana mereka akan berhasil atau tidak. Ia terlalu takut akan satu hal. Amukan tuannya. Hanya dia yang tahu seberapa besar kekuatan tuannya. Hanya dia yang tahu kekejaman apa yang bisa tuannya lakukan jika ia sudah dibutakan amarah. Dan hanya dia yang tahu tuannya juga sangat naif. Vampir yang terlalu baik dan juga bisa kejam. “Kau siap?”
Read more
Dua Puluh Enam
Dalam gelap Druf menggeliat. Ia mulai tersadar dan mengerjapkan matanya. Perlahan disadarinya gerak tubuhnya yang sempit. Terkadang berayun, seolah akan terjatuh. Getaran kasar pun ia rasakan. Namun telinganya mendengar helaan nafas lain di sisinya. Spontan kepalanya menoleh dan langsung bersitubruk dengan kening seseorang. Hangat. Wangi darah langsung menyerbu rongga hidungnya. Memaksa Druf menelan salivanya. Eve. Ya dia yakin itu Eve. Wanita yang selama ini merawatnya dan memberikan darahnya. Mengapa ia juga di sini. Ruangan yang didiaminya tiba-tiba berguncang hebat. Terdengar suara teriakan dan hantaman diluar. Apa sebenarnya yang terjadi. Kenapa otaknya jadi buntu di saat seperti ini. Argh. Druf jadi kesal sendiri. Gadis disampingnya tiba-tiba bergerak. “Jangan bergerak. Tapi kalau mau memelukku tidak apa-apa.” Druf mengingatkan Eve dengan nada datar. “Ish.” Gadis disampingnya memukul dadanya pelan. Druf tersenyum di kegelapan. Akhir-akhir ini ia suka menggoda Evelyn dan Fr
Read more
Dua Puluh Tujuh
Evelyn telah diistirahatkan di kamar yang sama dengan Dilara. Druf dan keempat vampir lainnya menuju aula rapat. Dilara yang melihat keberadaan Druf tersenyum senang. Entah seberapa besar kerinduannya. Melihatnya saja ia merasa tenang. Namun di sisi lain ia sedih karena Druf datang tidak sendiri. Seorang gadis bersamanya. Ya, gadis yang tengah tak sadarkan diri di kamarnya. Di aula suasana sedang tegang. Druf menunggu cerita Daesuke. Sementara Frans, Brian dan William harap-harap cemas. “Sekarang, tak ada waktu lagi mengulur-ngulur waktu. Jadi, bicara yang sebenarnya,” ucap Druf berdiri di depan kursi kebesarannya. “Perkenalkan dulu tuan. Saya ksatria pedang, Daisuke.” Ia merunduk. Memberi hormat khas negara Jepang. Frans mengernyit. Bukankah ia ksatria pembasmi vampir. Kenapa dia malah berubah jadi vampir. Frans memperhatikan segala tindak tanduknya dengan seksama. Sedangkan Druf mengangkat tangannya kemudian duduk. “Tuan, saya sengaja mencari anda kemari. Pertama, saya ma
Read more
Dua Puluh Delapan
Frans, Brian, William, dan Daesuke. Mereka berempat berdiri mengelilingi ranjang Druf. Panutan mereka. Pangeran mereka. Pimpinan mereka yang agung. Yang sekarang istirahat. Terpejam dalam diam. Dengan luka hati yang semua orang tahu. Bahkan manusia biasa sekalipun tidak akan sanggup menanggung luka yang di tanggungnya. Karena tidak ada luka yang lebih perih dari menanggung luka yang ditorehkan oleh ibunya sendiri. “Apa kita akan menghapus ingatannya lagi Frans. Seperti dulu kita lakukan bertiga dengan Samuel.” Ucapnya sedih. “Tidak. Aku tak setuju," ucap Daesuke.”Kalian mungkin tidak tahu. Jauh sebelum itu Samuel telah menghapus ingatannya terlebih dulu. Jangan lakukan lagi. Jika kalian melakukannya lebih dari tiga kali. Fungsi memori otaknya akan rusak.” “Apa maksudmu, hah? Kami melakukannya baru satu kali.” Frans tak terima. Karna setahunya mereka melakukannya hanya satu kali. “Heh. Kalian polos sekali. Sebelum itu Samuel sudah menghapus ingatannya dua kali. Pertama ia menghap
Read more
Dua Puluh Sembilan
Druf langsung tenar di sekolah barunya. Namun, hal tersebut malah membuatnya uring-uringan. Tak henti-hentinya ia mengumpat dalam hati dan berjanji akan mencekik Brian nanti sampai di rumah. Bukan ketenangan yang di perolehnya. Tapi malah kerepotan dengan ulah gadis-gadis gila di sekolahnya. Bayangkan saja, tiap kali ia lewat. Para gadis langsung meneriakinya dengan teriakan gak jelas. Tiap dia diam. Berjalan bahkan ke kamar kecil. Selalu saja ada cewek yang membuntutinya. Druf menghela nafas. “Ke kantin yuk.” Sapa teman kelasnya Andi. Druf mengangguk. Ia mengekor di belakang Andi. Namun baru saja kakinya sampai di kantin. Cewek-cewek tiba saja meneriakinya. Saking terkejutnya ia menarik Andi keluar dari kantin. “Dimana tempat sepi yang gak berisik di sekolah ini. Gue capek. Mereka berisik.” Ucap Druf dengan logat yang meniru cara remaja itu bicara, yang langsung di balas cengiran Andi. “Salah lu sih, cakep.” Ia tertawa. Lesung pipit di kedua pipinya langsung nampak.”lu tun
Read more
Tiga Puluh
Druf pulang dengan lesu. Tas punggungnya ia panggul dengan sebelah tangannya. Para mahasiswa Blue Sky yang melihatnya terpukau. Sebagian merasa shock dan sebagian lagi menatap dengan kagum. Baru kali ini mereka melihat Druf dengan setelan tanpa jas. Bahkan meski tak mengerti mengapa Druf memakai seragam SMA mereka tetap saja memujanya. Sampai di ruang makan Druf melempar tasnya sembarangan. Pelayan yang melihat itu langsung tergopoh-gopoh mengambil tas punggungnya. Setelah mencuci tangan ia menyingsikan lengan seragam sekolahnya. Kemudian makan dengan lahap. Frans yang melihat hal itu langsung menggodanya. “Aihhhh... , anda sedang makan tuan?” Tanya Frans. “Gue lagi konser.” Sahutnya yang membuat Frans menggaruk kepalanya yang tidak gatal sambil nyengir. “Gue ada perlu nanti sama kamu dan Brian. Kalian harus ke ruang kerjaku nanti setelah rapat para raja.” Ucap Druf. Frans mengiyakan. Rapat para raja memang di jadwalkan kembali. Dan baru kali ini dilaksanakan. Setelah selesa
Read more
PREV
12345
DMCA.com Protection Status