All Chapters of Bersama Tanpa Terpaksa: Chapter 21 - Chapter 30
92 Chapters
Bab 21
Biasanya saat di rumah di jam sepuluh pagi, Devan masih asik tidur atau sekadar rebahan di kamar sembari bermain game. Namun, entah mengapa, pagi ini di saat matahari baru terlihat, Devan sudah sibuk seorang diri di teras belakang. Tangannya dengan gesit memarut singkong yang tadi ia cabut sendiri. Semuanya ia lakukan seorang diri, tanpa ekspresi, seperti tanpa semangat tapi semua beres dengan cepat. Setelah selesai, Devan membawa masuk parutan singkong itu. Masih ada beberapa potong singkong di baskom berbeda Devan masuk bertepatan dengan Azalea yang baru keluar dari kamar mandi. "Ini, terserah mau diapakan," ucap Devan lalu merebahkan diri tempat tidur yang ada di pojokan. Azalea dan Gabriella melihatnya aneh. Tidak biasanya adik ipar mereka seperti itu. Azalea kemudian berbisik, "Kayaknya dia lagi galau." Gabriella tertawa kecil dan mengangguk. Sudah empat hari berlalu sejak kepulangan Eleanora. Dan Devan berubah jadi pemurung dan tidak banyak bicara. "Kayak suami-sua
Read more
Bab 22
Apakah di dunia ini ada perempuan yang bucin keterlaluan sampai goblok pada laki-laki? Ya, pasti ada. Dan Eleanora menjadi salah satunya.Eleanora tidak tahu apa yang membuatnya sampai seperti itu pada Devan. Awalnya ia hanya penasaran, lalu iseng mencari. Kemudian berakhir seperti penguntit. Tak puas mengamati dari jauh, Eleanora membuat keberadaannya terlihat. Bahkan sampai berlebihan. Sudah cukup banyak yang Eleanora ketahui dari Devan dan keluarganya. Dan keharmonisan keluarga Devan bikin Eleanora ingin menjadi bagiannya. Membuat Eleanora melakukan kebodohan dengan melamar laki-laki itu.Eleanora yakin Devan sudah tahu kalau ia telah melamar laki-laki itu pada orang tuanya. Namun, sikap laki-laki itu yang tampak tak peduli padanya cukup menyakitkan. Eleanora tidak menyesal, ia hanya kesal."Makanya, kan sa sudah bilang, jangan bodoh keterlaluan."Eleanora langsung menoleh cepat. Menatap Keenan tajam. "Apa kamu bilang?""Bodoh!" Keenan menekan ucapannya tanpa sungkan. Ia mengapit
Read more
Bab 23
"E, El, ayo nikah dulu!"Sesaat Devan terdiam, ia kaku, sadar akan ucapannya. "Hah? Apa?""A, anu." Devan tergagap, ia juga terkejut dengan ucapannya sendiri. Tak lama Eleanora tertawa lagi. Malam ini gadis itu banyak tertawa. Eleanora menjauhi Devan, ia duduk di atas tempat tidur. "Pintunya sudah dibuka, kamu bisa keluar sendiri. Jangan lupa tutup lagi." Eleanora tidak memedulikan Devan lagi dan memilih merebahkan diri. Sudah malam, lebih baik dia tidur daripada meladeni Devan yang berpotensi bikin sakit hati. Namun, satu jam Eleanora menutup mata, ia belum juga bisa tertidur. Dan lebih mencengangkan, Devan masih di tempatnya, tidak bergerak sedikitpun. Akhirnya Eleanora bangun, duduk menghadap Devan. "Aku hitung sampai tiga, aku nggak akan lepasin kamu. Dan akan aku pastikan kamu menyesal kalau kamu bilang menyesal sudah ajak nikah." Eleanora berdiri, sementara tatapan Devan tidak lepas darinya. "Satu … dua," Eleanora turun dari tempat tidur, duduk di depan Devan. Mereka tatap
Read more
Bab 24
Lama mereka terdiam, sama-sama berperang dengan pikiran masing-masing. Eleanora diam menunduk, tidak berani mengangkat kepala untuk bertemu pandang dengan orang tua Devan. Ia bingung harus bagaimana.    "Ini, Diego Lim, tertulis jelas nama ayah Eleanora di situ." Devan memberikan Bapak selembar kertas berupa fotocopy kartu keluarga Eleanora dari dalam tasnya. "Itu berarti Eleanora lahir dari perkawinan yang sah, kan, Pak?'   Bapak mengangguk, sebenarnya agak ragu juga. Zaman sekarang banyak orang yang secara agama nasab anaknya tidak jelas, atau anak itu hadir karena persetubuhan di luar nikah, tetapi dibuat jelas dalam akta kelahiran.    "Akta lahir ada?" Bapak bertanya pada Eleanora.    Eleanora yang sejak tadi menunduk akhirnya mengangkat kepalanya. Ia memeriksa tasnya, mengambil akta lahir, KTP, kartu keluarga asli, juga buku nikah orang tuanya.    Bapak m
Read more
Bab 25
"Tapi El, Ibu mau tanya lagi, Ibu penasaran soal ini dari awal kamu datang ke sini." Raut wajah Ibu tiba-tiba berubah, buat Eleanora agak cemas. "Kenapa kamu panggil Devan langsung dengan nama? Padahal perbedaan usia kalian lumayan." Mampus, Eleanora mati kutu, secara memaksa bibir untuk tersenyum, kepala Eleanora berputar membuat jawaban. "Eee, itu karena Eleanora nggak ingin Devan merasa kalau Eleanora masih muda, Bu?" Ibu mengerutkan keningnya, kurang paham dengan ucapan blunder Eleanora.  "Eleanora ingin membuat seolah kami tidak berjarak, Bu. Eleanora tidak Devan memikirkan jarak usia kami, Bu. Apalagi Eleanora masih di bawah dua puluh tahun."  Walaupun penjelasan Eleanora terkesan berbelit, Ibu mencoba memaklumi. Ia juga hanya penasaran kenapa Eleanora hanya pakai nama tanpa embel-embel yang lain.  Setelah mengajukan beberapa pertanyaan lagi, Eleanora akhirny
Read more
Bab 26
Devan tidak menyangka kalau persiapan nikah itu lumayan banyak. Apalagi harus ada dispensasi dari pengadilan karena Eleanora belum berusia 19 tahun dan surat surat lainnya.  Beruntung Devan punya kakak-kakak yang baik yang senantiasa dengan senang hati membantunya. Mereka mempersiapkan dengan cepat karena waktu yang mepet.  Namun, ditengah kebahagiaan Eleanora menanti pernikahannya dengan Devan yang tinggal menghitung hari, yang akan dilaksanakan di rumah orang tua Devan, ada tetangga tetangga yang nyinyir, menggosipkan mereka. Eleanora disangka hamil duluan sebab pernikahan mereka yang terkesan buru-buru. Ibu sampe kesal dan menyuruh Eleanora tes kehamilan. Tak hanya pakai testpack secara mandiri, Eleanora juga diajak ke dokter. Bukan karena Ibu tidak percaya dengan Devan dan Eleanora, tapi hal itu dia lakukan untuk memberi bukti pada orang-orang yang bergunjing tentang anak-anaknya.  
Read more
Bab 27
"Devan sini!" "Kenapa, Bibi?” Devan berteriak, kaki kecilnya berlari menghampiri.  "Kamu mau permen yang kayak kemarin nggak?" Devan dengan polos mengangguk senang. "Mau, Bibi." "Bibi akan kasih lagi, tapi yang ini tidak gratis ya, ada syaratnya." Devan sontak mencium pipi bibinya, karena itulah yang biasa bibinya minta sebagai balasan saat akan memberikan sesuatu. "Sudah, Bibi," ucapnya sembari menadahkan tangan.  Namun kali ini bibinya menggelang. "Nggak cukup, Devan." Devan mencium lagi, pipi kiri, bibir lalu pipi kanan.  "Bukan begitu." Bibi membantah lagi. Ia langsung menarik Devan masuk ke dalam rumahnya, lalu masuk lebih dalam lagi ke kamarnya. "Sekarang Devan buka baju." Hv VVIP hot menggeleng. "Nggak mau, Bibi. Devan sudah besar, malu." Anak yang usianya belum cukup t
Read more
Bab 28
Sabtu pagi Devan sibuk mengajak Eleanora keliling pasar. Mereka berencana belanja beberapa macam sayuran daun dan lain-lainnya, dengan niat akan bersama-sama membuat urap sayur dan ayam goreng. Lalu dibagikan ke tetangga sebagai salam perkenalan.  "Ini yakin mau buat sendiri?" Eleanora mengekor di belakang Devan, terlihat sangat tidak semangat. "Capek loh itu, weekend ini mending istirahat, tidur." Devan menoleh, melihat jarak satu meter di antara mereka membuatnya langsung menarik Eleanora mendekat. Pagi itu pasar cukup ramai, jika dibiarkan bisa-bisa mereka akan semakin berjarak.  "Kamu pengangguran, apanya yang istirahat."  Eleanora melirik, tampak tak setuju. "Kamu kerja, aku juga kerja tahu."  Devan tidak membalas, ia sibuk melihat-lihat sayur-mayur yang ingin dibeli. Sementara tangan kanannya memilah-milah, tangan kirinya tetap menggandeng tangan Eleanor
Read more
Bab 29
Hiruk pikuk kota di pagi hari bisa dibilang tidak menyenangkan. Jalanan di pagi hari selalu sibuk dan padat.  Dan biasanya Eleanora mengakalinya dengan pergi lebih pagi. Seperti pagi ini, Eleanora keluar rumah tepat pukul lima. Tak peduli dengan hujan kecil yang membuat udara semakin dingin.  Eleanora mengeratkan jaketnya, sembari mengambil napas dalam-dalam. Menikmati udara bersih yang masih tersisa. Matanya mengitari sekitar, kakinya berjalan mundur. Masih sepi, dan mungkin selalu sepi di senin pagi.  Alun-alun kota menjadi tujuannya sejak beberapa hari lalu untuk mengenal kota kelahiran Devan. Berjarak sekitar dua kilometer dari rumah mereka dan Eleanora tempu dengan berlari. Eleanora menghela napas, tiba-tiba ia teringat akan ucapan Devan semalam. Tentang masa lalu laki-laki itu. Terlihat berat untuk mengingat, tetapi Devan berusaha menceritakannya.  Elean
Read more
Bab 30
Devan pernah lihat beberapa berita tentang pasangan suami istri baru di internet dengan masalah berbeda-beda. Pembunuhan diantara pasangan suami istri baru lumayan banyak diberitakan. Yang paling ngeri menurut Devan saat ini tentang istri dibunuh di hari pernikahan karena menolak berhubungan badan. Itu berita belasan tahun silam. Devan pernah diceritakan kakaknya. Dan ternyata banyak kasus serupa yang terjadi. Devan takut kalau istrinya tiba-tiba khilaf karena sudah terlalu kesal. Meski di banyak kasus yang terjadi suami-lah yang menjadi pelaku. Devan menggelengkan kepala. Eleanora cinta padanya, jadi tidak mungkin akan setega itu. Devan berusaha keras menghilangkan pikirannya itu. Sekarang masih jam kerja, dan sebagai pegawai baru, harusnya ia fokus dan giat, agar tidak dicap berkinerja buruk sejak awal. Biar bagaimanapun Devan harus profesional, masalah rumah pikirkan di rumah, jangan dibawa ke tempat kerja. “Nggak mau makan siang?” “Oh, ya?” Devan yang masih dalam lamunan terke
Read more
PREV
123456
...
10
DMCA.com Protection Status