All Chapters of Gadis Kesayangan Sang Mafia: Chapter 21 - Chapter 30
104 Chapters
21. Perpustakaan
"Kalau kau memang ingin bekerja, lakukan yang ringan saja. Tapi jangan pernah merendahkan dirimu." Bella terdiam. Ia menatap lembayung yang menggantung di langit, burung-burung terbang di bawah siraman sinar matahari, kembali ke sarangnya. Bella tidak ingat kapan ia pernah menikmati pemandangan di sore hari, ketika yang ia lakukan hanya mencabut rumpur liar di halaman Tuan Hugo. "Bella?" Panggil Damian, membuyarkan lamunan gadis itu. Bella masih enggan menatap pria itu saat bicara dengan suara pelan, "Aku hanya ... seorang pelayan. Dan kau adalah majikanku." Damian menghela napas untuk kesekian kalinya. "Aku tidak menganggapmu sebagai pelayan. Status tidak penting untukku. Anggap saja aku sebagai teman masa kecilmu yang dulu---tidak ada batasan di antara kita." Damian menjalin tangan mereka dan Bella mau tak mau menatap pria itu. Ekspresinya begitu serius, dia terlihat tidak ingin dibantah. Namun, ada kebimbangan dan permohonan dalam matanya, berharap Bella menyetujui keinginannya
Read more
22. Asumsi
Bella baru mengambil dua buku. Semuanya adalah buku pelajaran. Mereka telah mengelilingi perpustakaan selama 15 menit dan Bella hanya melihat-lihat. Ia menghindari bagian novel romansa, merasa agak lega karena Damian tidak menyadari alasan dari pipinya yang memerah. Bella berjalan kembali ke bagian depan perpustakaan ketika sebuah buku menarik perhatiannya. Label atas tertulis 'Sejarah'. Ia berjinjit dan mengulurkan tangan untuk meraihnya, tetapi Damian mendadak muncul di belakangnya. Posisinya begitu dekat hingga Bella bisa merasakan panas tubuhnya. Ia menahan napas tatkala Damian mencondongkan tubuhnya untuk meraih buku itu. Dagunya tidak sengaja mengenai puncak kepala Bella. Aroma cologne-nya menguar. Ketika Bella mendongak, pria itu tampak menjulang di hadapannya. Damian melangkah mundur dan menyodorkan bukunya pada Bella. Dia mengamati sampulnya sekilas. "Kau tertarik dengan buku ini?" "Sampulnya menarik," jawab Bella, ikut mengamati bukunya. Matanya menyipit ketika berusaha m
Read more
23. Nyonya Beatrix
Pagi ini katanya ada tamu penting yang akan datang.Bella telah membersihkan sayap timur setelah Damian pergi dan menyusul para pelayan yang berkumpul di halaman depan. Mereka sedang menghias jalan masuk dengan bunga mawar dan daun maple.Bella hanya sempat membantu sedikit, ketika Nyonya Mochelle menyuruh mereka semua untuk kembali ke mansion. Katanya, tamunya akan segera datang.Bella berjalan ke dapur, tetapi Erina dan Verona malah mengajaknya ke bagian paling ujung sayap utama yang merupakan sebuah rooftop. Pemandangannya langsung mengarah ke halaman depan. Apa mereka berniat untuk mengintip apa yang terjadi?Gerbang terdengar dibuka, lalu raut Erina dan Verona langsung saja berubah menjadi antusias. Terlihat sebuah mobil Lincoln hitam memasuki halaman."Mereka sudah datang!" Sahut Erina dengan senyum lebar. Verona mengangguk dengan semangat. Keduanya menyatukan tangan dan terlihat akan melompat-lompat di tempat saking senangnya.Bella menatap tidak mengerti. Kemudian, Erina menco
Read more
24. Percakapan dengan Dhruv
Bella pergi ke gerbang depan sesuai dengan apa yang diperintahkan oleh Nyonya Mochelle. Sebuah keranjang hitam yang penuh dengan tanaman daun sendok terlihat di samping pintu masuk gerbang, lantas Bella segera mengangkatnya. Ia memeluk keranjangnya dan melirik dua penjaga bertubuh kekar yang berdiri tidak jauh dari pintu masuk. Sebuah pistol terselip di pinggang mereka.Manik Bella berpaling ke pemandangan di luar gerbang. Pohon-pohon tinggi berjejer memenuhi pandangan, daunnya lebat dan membentuk kanopi. Bella maju beberapa langkah dan memperhatikan lebih jauh. Matanya terpaku pada jalan menurun yang familier—seketika membuatnya teringat dengan jalan di rumah majikan lamanya.Kejadian malam itu menghantamnya. Terutama bayangan pria yang membiusnya dan menjualnya ke tempat pelelangan. Bella melangkah mundur secara otomatis, tidak memperhatikan jalan, sampai-sampai punggungnya menabrak sesuatu—seseorang."Nona Bella?"Suara Dhruv memasuki pendengaran Bella.Gadis itu berbalik badan dan
Read more
25. Mengulang Masa Lalu
Bella pergi ke halaman belakang tempat di mana ia bertemu dengan Damian sebelumnya. Pria itu terlihat di aula utama, sedang berbincang dengan orang tuanya dan Nyonya Beatrix. Duduk di bangku panjang, Bella menatap awan gelap yang bergerak perlahan di langit. Sekarang baru pukul dua siang, tetapi udara begitu dingin setelah hujan deras yang mengguyur. Di waktu luang seperti ini, Bella seharusnya menyelesaikan buku-bukunya. Caranya membaca sudah mulai lancar dan ia tidak lagi terbata-bata ketika mengeja huruf demi huruf. "Nona Bella? Anda di sini lagi?" Dhruv muncul entah dari mana sambil membawa kantong plastik hitam di tangannya. Ia menempatkan diri di samping Bella. Bagian ujung kantongnya terbuka sedikit, memperlihatkan daun-daun kering yang Bella tebak adalah ganja. "Mmm ya, hanya menikmati pemandangan," jawab Bella sekenanya. Ia tidak mau mengakui bahwa ia berharap Damian datang ke sini. "Kau sendiri?" "Aku ingin pergi ke markas." Ia mengangkat kantong plastik di tangannya. "
Read more
26. Percikan di Hatinya
Bella berjalan dengan semangat menuju istal setelah memetik banyak semanggi. Ia terlalu antusias dan berjalan tergesa-gesa sampai tidak melihat kubangan kecil di depannya. Kaki Bella tergelincir dan wajahnya akan mencium tanah jika Damian tidak segera menangkap lengannya.Pria itu membantunya untuk berdiri tegak. "Hati-hati.""Terima kasih," ucap Bella, agak malu.Damian tersenyum menatapnya, kemudian memutuskan untuk berjalan di depan. Bella mengikutinya, kali ini memperhatikan jalan. Namun, sepertinya kesialan tidak menginginkannya lolos begitu saja. Bella tidak tahu apa yang ia injak dibalik rumput, begitu licin hingga ia terpeleset. Refleksnya terlalu lambat dan kali ini tidak ada yang menangkapnya. Tubuhnya terjerembap ke belakang, bokongnya yang paling dulu menghantam tanah.Damian langsung menoleh mendengar pekikan Bella. Ia terdiam menatap si gadis, kemudian tidak bisa menahan tawanya ketika menyadari apa yang terjadi. Ia mengulurkan tangan dan Bella menerimanya dengan wajah
Read more
27. Pertunangan Damian
Nyonya Beatrix kembali datang pagi ini. Kali ini tidak sendiri, melainkan bersama wanita muda yang sangat cantik. Tidak lain adalah putrinya. Rambut wanita itu pirang berkilau, diikat tinggi dan dibuat bergelombang di bagian ujungnya. Tubuhnya semampai, dibalut dress hitam selutut yang memperlihatkan sedikit belahan dadanya. Dia jauh lebih tinggi dari Bella. Garis matanya tampak tajam, dia mengamati mansion seperti yang dilakukan ibunya sebelum melangkah ke dalam. Apakah dia yang bernama Velvet? Perempuan yang dibicarakan oleh Nyonya Mirabesy dan Nyonya Beatrix? Bella mengalihkan pandangannya ketika Nyonya Mochelle muncul. "Bella, ikutlah berkumpul di dapur jam sebelas nanti. Akan ada pembagian hadiah untuk para pelayan." "Ya, Nyonya," sahutnya. Nyonya Mochelle mengangguk dan berlalu pergi. Sang kepala pelayan tampak sangat sibuk sejak matahari terbit. Mungkin untuk menyambut kedatangan Nyonya Beatrix dan putrinya. Bella mengambil beberapa tangkai mawar yang telah ia petik, lalu
Read more
28. Rumit
Damian akan bertunangan. Damian akan bertunangan dengan wanita cantik yang datang pagi tadi. Bella menatap Damian yang berdiri di hadapannya, menatapnya dengan banyak emosi. Tetapi pria itu lebih terlihat bingung dan sedih. Bella terdiam di tempat, tidak tahu harus mengatakan apa. Ia terlalu terkejut dengan informasi itu. Belum lama ia menyadari perasaannya sendiri, dan kenyataan justru menghempasnya seperti debu di jalanan. Ia kira perasaannya tidak seberharga itu. Ia hanya seorang pelayan. Jika Damian akan bertunangan, maka Bella tidak punya hak untuk mempertanyakan hal itu. Ia harusnya memberi ucapan selamat. Tetapi kenapa Damian terlihat kalut? Dia tampak bahagia ketika bicara dengan wanita itu. Apakah memberitahu Bella adalah suatu hal yang membebaninya? Atau mungkin itu hanya efek alkohol, sehingga ekspresinya seperti itu. "Selamat," ucap Bella pada akhirnya, memaksakan suaranya keluar. "Selamat untuk pertunanganmu, Damian." Ekspresi Damian berubah menjadi tidak senang.
Read more
29. Kacau
Katanya Damian pergi ke penjara di pulau Alcatraz untuk mencari seseorang. Dia telah pergi selama dua minggu dan Bella tidak mau mengakui bahwa ia merindukan pria itu.Ia ingin melihatnya, cukup dari kejauhan untuk memastikan kalau pria itu baik-baik saja.Ia berharap mereka tidak bertemu secara langsung.Hubungan keduanya masih belum membaik.Bella berharap bisa menghilangkan perasaannya secepat mungkin, sebelum ia jatuh terlalu dalam. Damian dan Velvet adalah pasangan yang sempurna. Bagaimana mungkin ia menyimpan perasaan ini dan berharap Damian merasakan hal yang sama?Meskipun, segala perhatian manis pria itu masih menjadi tanda tanya baginya. Atau mungkin memang benar apa yang Damian lakukan adalah murni sebagai kasih sayang seorang sahabat, mengingat dia telah memiliki tunangan.Setiap kali Bella mengingat perasaannya sendiri dan statusnya, ia merasa jijik pada dirinya sendiri. Ia merasa rendah dan hina, tetapi tetap saja jantungnya berdegup kencang ketika mengingat Damian. Bahk
Read more
30. Cinta dan Rasa Sakit
Selera Nyonya Mirabesy rupanya mirip dengan selera Nyonya Deborah. Bella telah mempersiapkan segala hal yang diperlukan dan menyelesaikan setengah bagian pekerjaannya. Ia kembali ke dapur ketika Nyonya Mochelle memanggil untuk makan siang. "Tadi aku melihat Nona Velvet pergi bersama Tuan Damian," ucap Erina di sela makan siang bersama yang mereka lakukan. Ia menusuk kentangnya, lalu menatap Bella dan Verona secara bergantian. "Apakah mereka akan pergi ke butik dan melakukan sesuatu yang orang-orang bilang dengan fitting baju pernikahan?" "Pertunangan," koreksi Verona. "Ya, maksudku itu. Apa itu yang akan mereka lakukan?" "Mana aku tahu. Aku belum pernah bertunangan," jawab Verona sambil mengangkat bahunya tak acuh. Dia menampilkan ekspresi menyebalkan yang membuat Erina kontan mendengus keras. Erina lantas berpaling ke arah Bella. "Bagaimana denganmu, Bella? Kau dari Delkins 'kan? Apa kau pernah mendengarnya?" Bella menggeleng. "Aku tidak tahu, maaf." Erina mengangguk dengan ce
Read more
PREV
123456
...
11
DMCA.com Protection Status