All Chapters of Gadis Peliharaan Sugar Daddy: Chapter 51 - Chapter 60
73 Chapters
Aneh
Tak terasa dua bulan telah berlalu. Entah mengapa hari terasa lebih cepat berganti. Namun, setiap detiknya sama sekali tak bisa kunikmati. Semua waktu terasa kosong, meski aku berada dalam lingkungan yang ramai, menyenangkan, dengan ikatan kekeluargaan yang begitu kental. Sudah dua bulan pula aku dan Kevin tinggal di kediaman Mbak Amira. Beberapa kali kami nyaris terpergoki dan dipaksa untuk kembali. Namun, berkat kecekatan Tim Mbak Amira semuanya begitu mudah diatasi, walaupun ruang gerak kami amat sangat dibatasi. Hampir tiap minggu bahkan kami harus berganti ponsel dan kartu sim agar tak terlacak komplotan Pak Wira. Akhirnya kerja keras selama dua bulan penuh membuahkan hasil yang cukup memuaskan. Kami berhasil menempatkan FaTV sebagai stasiun TV dengan rating terendah di Tanah Air. Bahkan semua project garapan PH Fahlevi's Entertainment terancam gagal dan merugi besar-besaran, setelah kami berhasil meyakinkan Arden's Group untuk membatalkan kerja samanya yang sudah terjalin sel
Read more
Lelah Bersandiwara
"Vin, aku mau jalan-jalan keluar!" pintaku pada Kevin saat dia tengah menyuapiku makan. Dua hari sudah aku dirawat inap. Sekarang aku tahu alasan dari kebungkaman Tante Sarah dan Kevin dua hari lalu. Mereka mencemaskanku. Terkadang beberapa hal yang tak terduga sering kali terjadi di waktu yang tidak tepat. Begitu pun kondisi tubuhku kini. Meskipun begitu aku tetap harus menjalani waktu yang tersisa, bukan? Lelah? Sudah pasti. Muak? Bisa jadi. Tapi, mau bagaimana lagi? "Ta-tapi kata dokter.""Please, Vin ...." Aku mulai memelas yang membuat Kevin akhirnya menghela napas gusar. "Oke. Aku hubungin Mbak Amira dan minta izin ke dokter dulu, sekalian bawa baju ganti buat kamu!" Kevin beranjak setelah meletakkan mangkok berisi setengah bubur yang tersisa. "Makasih." Aku tersenyum sembari mencubit pipi Kevin."Iya, sama-sama. Apa, sih yang engga buat kamu. Nyawa pun akan kuberi.""Halah. Lebay."Kevin pun berlalu dengan suara tawa yang berusaha dia redam. ***"Jadi, hari ini kita mau
Read more
Kevin : Anak Haram
"Kamu dan Lea itu bersaudara ... kalian satu Ayah!"What the fuck!Aku mengumpat keras sembari menendang botol bekas di hadapan, ketika kalimat itu kembali terngiang-ngiang di telinga. Entah sudah berapa lama waktu berlalu sejak Om Lian menurunkanku tadi. Saudara?Satu Ayah?Jadi, si Papa kampret sudah selingkuh dari dulu? Semuanya mulai masuk akal kini, sekarang aku tahu alasan kenapa Lea bersikeras ingin masuk dalam keluargaku. Dia korbankan diri menjadi Sugar Baby Kakek, Papa, dan Om Lian ternyata tujuannya untuk balas dendam. Padahal sebelumnya aku mengenal Lea sebagai gadis yang amat pendiam. Dia sulit sekali didekati makanya aku penasaran. Sejak satu kelompok saat MOS aku sudah mulai terpikat dengannya, karena selain cantik dan body goal, gadis itu juga cuek dan dingin pada setiap lelaki yang mendekatinya. Satu tahun penuh kutunjukkan perhatian, terang-terangan mengungkapkan perasaan meski tahu pacarku saat itu mungkin ada segudang. Mentraktirnya makan, mengajaknya jalan. N
Read more
Kevin : Hanya Pura-Pura
Tanpa sadar kedua tanganku sudah terkepal di sisi tubuh. "Kamu tahu berapa kali aku ingin mati selama sembilan belas tahun ini? Tak terhitung, Lidia! Meski kesenangan dunia terus dicekkoki, tapi aku tak pernah benar-benar bisa menikmati. Sebenarnya aku juga sudah muak dengan semua in--"Prang!Hanya sepersekian detik kemudian, guci yang semula menyembunyikan tubuh ini sudah jatuh berserakan di lantai. Mama dan Pa--ah, setelah semua yang kudengar apa masih pantas aku menyebutnya demikian? Keduanya menoleh bersamaan. Bergegas kupasang hoodie, lalu menyalakan earphones dengan volume kencang untuk meredam berbagai teriakan yang kuyakin sebentar lagi akan mereka lontarkan untuk menuntut jawaban tentang kejadian barusan. Setengah berlari, kutapaki tiap anak tangga hingga sampai di dalam kamar. Tanpa sadar ada yang lolos dari pelupuk mata. Semakin aku berusaha meredamnya semakin tak tertahan rasanya. Sekarang aku merasa perceraian lebih baik bagi mereka, daripada mempertahankan rumah t
Read more
Tak Lagi Sama
"Dah, lupain! Anggap aja aku khilaf tadi." Kevin beranjak dari tempatnya, lalu tersenyum samar sembari mengacak rambutku pelan. Ketika mulut dan hati tak sejalan. Di sana bisa kulihat dia tengah menahan perasaan. Perasaan yang mungkin selama ini hanya bisa dia pendam. Perasaan yang bisa melukainya meski tanpa perlawanan.Dalam situasi seperti aku tak bisa bertindak egois. Berpikir bahwa hanya aku yang tersakiti padahal jelas kita berdua sama-sama korban. Aku tak bisa menyalahkan Kevin akan apa yang baru saja terjadi. Dia hanya frustrasi karena ditempatkan pada situasi yang membingungkan antara mengedepankan hati atau logika di tengah kesempatan yang ada. Kita sama-sama tidak tahu kapan Om Lian kembali. Bahkan saat dokter mengatakan bahwa ada benih yang sudah tumbuh beberapa minggu di rahimku. Aku terus saja berusaha menghibur diri. Berpikir bahwa suatu saat dia kembali dalam penantian panjang ini. Sampai aku menyadari bahwa Kevin mengharapkan sesuatu yang lebih besar dari sekadar
Read more
Lupa Kembali
"Maaf, ya. Karena aku kamu harus ikut cuti juga.""Ney!" Kevin langsung menyela. "Dilarang saling menyalahkan di sini! Ini bukan salah kamu. Tapi salah si kakek peyot. Dia yang buat kita ada di situasi ini. Kalau pun aku masih maksa ngampus, bisa berabe nanti. Kebetulan punya temen-temen kek lambe nyinyir. Entar mereka kepo tentang pemberitaan di TV. Maleslah." Kevin terus menggerutu sembari sesekali memukuli setir. "Lagian aku udah betah di rumah Mbak Amira. Orang-orangnya friendly, mana makan enak plus rame saban ari, kumpul-kumpul. Bedalah sama di rumah yang udah mirip gua. Ramenya cuma pas berantem beda persepsi doang. Macem debat capres," tambah Kevin. Tanpa sadar aku menahan senyum. Mendengar Kevin bercerita adalah salah satu kegiatan yang paling kusuka. Rasanya sama sekali tak membosankan dan asik diikuti. "Eh, ngomong-ngomong tentang biokop aku jadi inget kencan pertama kita." Tatapan Kevin tampak menerawang."Saat itu kita debat masalah film di depan loker tiket, kan?" tim
Read more
Tentang Adrian Mahesa
"Lea ... makan dulu, yuk!"Kubenahi posisi berbaring dan meletakkan novel yang tersisa beberapa lembar untuk dirampungkan, saat melihat Mbak Amira memasuki ruang kamar dengan troli makanan yang dibawanya. Tak terasa lima bulan telah berlalu sejak kepergian Kevin saat itu. Kandunganku bahkan sudah membesar dan berjalan enam bulan. Janji yang hari itu dia ucapkan, rupanya hanya dusta yang dibalut sekelumit harapan. Akhirnya aku kembali merasakan sakitnya kehilangan. Sesaknya rindu yang tiap kali menyelinap dalam dekapan malam, hanya bisa kuredam dengan tangisan.Meskipun kehadiran orang-orang di sekeliling Mbak Amira mampu memberikanku kehangatan. Namun, sosok Kevin dan Om Lian sama sekali tak bisa tergantikan. Di kehamilan yang kedua ini tubuhku bahkan begitu ringkih. Beberapa kali dokter keluarga Mbak Amira datang untuk memberikan resep penguat kandungan dan mengingatkan agar aku membebaskan pikiran, tapi tetap saja hati dan logikaku masih sering kali berjalan bertentangan. Terlal
Read more
Keadaan Sebenarnya
"Andrian Mahesa terlahir dari keluarga sederhana. Dia mendapatkan beasiswa hingga bisa sekolah di universitas yang sama dengan ibumu dan Lidia Fahlevi. Sejak dulu keluarga Adrian terikat kuat dengan keluarga Fahlevi. Sudah puluhan tahun ayahnya mengabdi sebagai sopir pribadi Pak Wira. Perkenalannya dengan ibumu dimulai saat Adrian menjadi bagian dari panitia penyambutan mahasiswa baru saat itu. Mereka menjalin hubungan hanya lima bulan setelahnya. Adrian terkenal sebagai idola kampus, karena selain pintar dia juga memiliki wajah rupawan. Banyak orang salah paham dan berpikir bahwa dia hobi bergonta-ganti perempuan, karena mengenal banyak perempuan dari mulai kakak tingkat sampai juniornya. Padahal dia hanya berusaha bersikap baik pada semua orang untuk mempertahankan reputasinya. Menurut keterangan beberapa sumber terpercaya. Ibumu adalah satu-satu perempuan yang menjalin hubungan serius dengan Adrian sampai mereka memutuskan untuk menikah muda bahkan sebelum ibumu lulus. Sayang L
Read more
Menyerahkan Diri
Di bawah rembulan yang menerangi malam, pikiranku masih saja mengulang kisah-kisah indah yang telah padam. Tentang hati yang dipaksa patah oleh kabut dendam. Tentang luka gores yang mulai melebar dan bernanah karena digerogoti keputusasaan. Juga tentang penantian panjang yang belum bisa ditetapkan sebagai kehilangan. Rindu yang kerap kali membuat jemu, kala situasi kembali memaksa diri untuk bersabar. Bersabar pada keadaan yang entah kapan akan melenakan. Bersabar menunggu harap yang ditentukan takdir kehidupan. Untuk mencapai kebahagiaan yang masih tampak seperti angan-angan. Meski demikian, aku tetap tak akan mengaku kalah pada keadaan. Pada apa-apa yang disebut kenangan. Pahit-manisnya semua hanya bumbu kehidupan. Masih ada asa yang bisa kugenggam. Masih ada tekad untuk dijadikan patokan. Suatu saat keadilan pasti menang. Kuseka cairan hangat yang kembali leleh membasahi tangan yang terkepal. Di atas balkon kamar aku berdiri. Menatap malam yang berganti, membawa perubahan pada d
Read more
Jebakan
Kamar besar dengan berbagai fasilitas yang sudah kutinggali hampir tujuh bulan ini, tak urung membuatku nyaman. Rasa gelisah kerap kali hinggap membuat tidur beralaskan kasur super empuk pun terasa bagai berbaring di hamparan batu dengan permukaan tajam. Diperlakukan bak putri dengan pengawalan ketat tiap kali hendak bepergian malah Membuatku terasa seperti tahanan spesial. Setiap tawa yang menggema di istana ini justru mengantarkan perih tak berkesudahan kala yang kuingat adalah sosok-sosok yang sudah meninggalkan. Bukannya bermaksud untuk tidak bersyukur. Demi Tuhan aku sangat menghormati Mbak Amira dengan segala pribadi baiknya, juga orang-orang di sekeliling malaikat berwujud manusia tersebut. Aku hanya merindukan Kevin, Om Lian, Mama, Tante Sarah, dan sosok-sosok yang pernah berjasa dalam hidupku yang sebelumnya mungkin tak memiliki masa depan. Aku hanya ingin mereka ada di sini, menemani sepiku, menyeka air mataku, dan mendekap tubuhku saat lelah berpura-pura tegar. Kupeluk
Read more
PREV
1
...
345678
DMCA.com Protection Status