Semua Bab Suamiku Adalah Pewaris Yang Tak DiAnggap: Bab 21 - Bab 30
40 Bab
Mulai Bergerak
"Terima kasih, Pak," ucap Bram dengan lembut saat percakapannya di sambungan telepon yang tak lama itu akhirnya dia akhiri.Tangannya segera meletakkan ponselnya dengan wajah penuh kelegaan."Siapa itu?" tanya Enin sekali lagi berharap kali ini cucunya akan memberikannya jawaban."Itu tadi Pak Warsa, Nin!""Dia bilang apa?"Bram membaringkan tubuhnya di lantai sambil tersenyum simpul menambah penasaran wanita paruh baya ini. "Dia cuma minta aku ke kantor besok,""Ada apa?" tanya Enin sekali lagi dan kali ini sambil mendorong bahu Bram yang tak juga bergeming dari tempatnya."Cuma diminta memeriksa berkas, tak banyak yang dia katakan," Enin menghela nafasnya lalu matanya pun segera menyipit. "Tak mungkin hanya bicara begitu. Aku yakin kau tak katakan semuanya,""Ih!" Bram bangkit dari tempatnya berbaring lalu memeluk neneknya yang begitu penasaran dengan apa yang tadi dia perbincangkan. "Pokoknya Enin tahu beres!""Kau yakin tak ada hal penting lain yang dikatakan pria tua itu?'"Ya
Baca selengkapnya
Sekarang Bagaimana?
"Sekarang bagaimana?" tanya Bram bingung. "Kita kumpulkan dulu semua data yang kita butuhkan. Aku yakin Dory masih menyimpan banyak rahasia di data perusahaan," "Dan kita akan menemukan semuanya di sini?" Warsa mengangguk lalu mencari lebih jauh semua dugaannya pada sepupu Widi itu. Selama Warsa mencari data yang dia mau, Bram hanya termenung membayangkan semua kemungkinan buruk jika Dory sampai tertangkap, termasuk soal ibu mertuanya yang semakin jelas hubungannya dengan pria jahat itu. Brak!Sebuah folder berkas terjatuh ke lantai dan Bram terperanjat di buanya. "Apa itu?" tanya Bram mengarahkan lampu meja ke arah suara. "Sepertinya ada tikus," "Hah! Bagaimana mungkin tempat ini ada tikusnya?" "Memang seperti itu adanya?" Bram berdiri lalu mendekati folder itu untuk meyakinkan berkas di dalamnya masih dalam keadaan baik. "Lihat!" tunjuk Bram menyadari berkas itu sudah sebagian dimakan tikus. "Apa?" "Berkasnya! Wah! Kalau begini data di ruangan ini tak aman dari hewan," "
Baca selengkapnya
Semakin Rumit
"Kenapa kau diam saja?" "Andai mertuaku terlibat, apa yang harus aku lakukan?" "Tentu saja kau harus melaporkannya ke polisi!" "Tak akan semudah itu, Pak!" kesal Bram lalu menghembuskan nafasnya. "Kalau aku melaporkan mertuaku sendiri ke polisi, bisa-bisa istriku marah!" "Astaga, Anak muda. Kau benar-benar dalam masalah kalau seperti itu adanya," Bram kembali tak menjawab, dia hanya manggut-manggut mencoba mencari pemecahan atas masalah pelik yang sedang dia hadapi. Kring! Ponsel Bram berdering dan dia segera menjawabnya. "Halo!" ["Kau dimana?"] tanya Widi dengan suara berbisik. "Aku di lantai 5 dengan Pak Warsa," ["Aku kesana!"] Widi langsung menutup panggilan telepon dan tak lama kemudian mengirim pesan jika dia sudah ada di depan lift. "Aku susul Widi dulu. Bapak di sini saja," pinta Bram lalu melangkah keluar ruangan dan tak lama kemudian kembali bersama istrinya yang nampak cantik dengan dress bunga berwarna merah. "Kenapa kalian ada di ruangan ini?" tanya Widi penasar
Baca selengkapnya
Yang Ditunggu Bram
"Selamat!" seru seluruh pegawai yang terus bertepuk tangan seperti perintah Dory. "CEO yang baru, kau hebat, Bram!" "Ini benar-benar terjadi?" tanya Bram masih tak percaya dengan pernyataan Dory yang dia pikir akan selalu menolaknya untuk posisi penting di perusahaan peninggalan ayah mertuanya."Iya, aku rasa dia akhirnya menyetujui pengangkatan mu ini, Bram," bisik Warsa lalu ikut berdiri dan bertepuk tangan seperti pegawai lain yang masih terus menuruti permintaan Dory."Cukup!" Dory mendekati Bram lalu tersenyum sinis pada gitaris kenamaan ini. "Ini awal yang baik untuk perdamaian kita, kan?""Perdamaian! Memangnya siapa yang bertikai," sindir Bram lalu terkekeh.Tentu sindiran itu membuat wajah Dory yang awalnya tersenyum kembali terlihat kesal. Dia lalu meraih ponselnya dan menghubungi Dwi, ibu dari Widi dengan melakukan video call untuk melanjutkan rencananya."Ibu Dwi, aku sedang bersama Bram. Dia akan kita angkat jadi CEO mulai besok. Kamu setuju, kan?"Dalam video call itu D
Baca selengkapnya
Jadi CEO
"Bramasta!" seru Dwi begitu lantang membuat semua orang di ruangan itu bertepuk tangan dengan meriah.Bram tersenyum simpul menatap sekeliling ruangan yang riuh menyambutnya di posisi yang paling ditunggu sejak beberapa hari yang lalu."Aku jadi CEO!" ucapnya bangga dengan tangan menggenggam jemari istrinya yang juga tersenyum menyambut keputusan Dwi yang begitu indah untuk mereka.Sesaat setelah pengumuman semua mata masih menatap Bram hingga dengan dada membusung dan senyum menyeringai Dory masuk ke dalam ruangan mengulurkan tangannya untuk Bramasta yang masih terbuai oleh perayaan malam ini."Selamat!" seru Dory lalu menjabat tangan suami Widi Hartono, sepupunya."Terima kasih!" Bram memeluk Dory mengira jika pria tinggi besar di depannya ini telah mengibarkan bendera putih."Kau layak jadi CEO!" tambah Dwi dengan senyuman ramah."Ibu, terima kasih!""Kau jadi CEO mulai besok!" Dory terkekeh lalu melirik ke arah Dwi penuh makna. "Kita pasti akan menolongnya kan?""Tentu!" sahut Dwi
Baca selengkapnya
Meninggalkan Perusahaan Yang Bangkut
["Aku harus hentikan ibuku!"] kesal Widi lalu menutup sambungan teleponnya dengan Bram.Bram terdiam sesaat mencoba tenang dan tak dapat berkata-kata. Keadaan ini sungguh membuatnya sangat terpukul setelah kemarin dia merasa sangat bahagia dengan keputusan ibu mertuanya yang seolah membuat perayaan kecil namun ternyata hanya sandiwara semata."Lalu aku harus bagaimana?" tanya Bram sambil menghela nafas berat menghadap ke arah Warsa yang sangat iba dengan keadaan ini."Kau harus tenang. Aku yakin ada maksud baik dari semua keadaan ini. Bisa jadi dia,""Apa kau bilang?!" Bram semakin kesal saja. "Kau masih bisa bilang ada maksud baik dari keadaan ini? Kau ngeledek!""Bram! Tenang dulu!" tegas Kholil lalu menghalangi tubuh Bram yang kesal dari Warsa yang kemudian menggaruk-garuk dagunya seperti sedang memikirkan sesuatu."Aku yakin mereka ingin kau melakukan sesuatu yang penting. Mangkanya mereka pergi!" lanjut Warsa berusaha melihat dari sisi berbeda dengan Bram yang sudah terlanjur kes
Baca selengkapnya
Akhirnya Bertemu Enin
"Kau mau aku tinggal di rumah nenekmu?" sambung Widi sambil melonggarkan dekapannya pada putrinya. "Apa aku tak salah dengar?!""I--ya. Memangnya kenapa kalau kita tinggal di sana?""Kau pasti bercanda!" kesal Widi lalu duduk di kursi dekat Warsa. "Dia mulai gila,""Kenapa kau bilang begitu?" bisik Warsa tak mengerti."Neneknya tinggal di pemukiman kumuh yang sempit dan bau. Apa jadinya kalau sampai keluargaku tahu aku tinggal di sana, Pak.""Oh! Jadi itu yang membuatmu tak setuju,""Kalian bicara soal apa? Kenapa bisik-bisik?" potong Bram dengan wajah berubah jadi kesal."Iya, kami membicarakan rencanamu tadi! Aku rasa tak mampu aku tinggal di sana," ketus Widi namun Bram bisa mengendalikan amarahnya."Sayang, dengar dulu. Ini demi ketenanganmu. Aku janji di sana kau akan makan dan tidur dengan tenang. Tak usah pikirkan soal penagih hutang yang akan datang ke rumah lagi. Kau paham kan apa maksudku?"Widi menghela nafasnya panjang sambil terus membayangkan semua kemungkinan buruk yang
Baca selengkapnya
Penagih Hutang
"Dari mana kau tau kalau kami di sini?" tanya Widi lalu sambil mendekat ke arah pria yang bertamu sore itu."Aku mengawasimu, Nyonya! Setelah ibumu kabur, kau pikir aku akan membiarkanmu meninggalkanku!!""Eh!" Bram menghalangi pria penagih hutang itu dari istrinya yang nampak begitu kasar dan tak mau tau keadaan mereka. "Kami tidak kabur. Kami hanya pindah rumah saja!""Tapi ibunya wanita ini sudah kabur. Bisa saja kan anaknya juga kabur?!""Eh! Aku tidak kabur! Buktinya kalian bisa menemuiku, kan?""Tak usah banyak bicara!" teriak pria itu semakin berang. "Sekarang buat surat perjanjian kalau kalian akan membayar hutang-hutang keluarga sok kaya itu agar kami bisa percaya!"Bram menatap mata istrinya yang begitu ketakutan lalu meraih tangan pria tinggi besar itu. "Aku akan lakukan apapun yang kau mau, asal jangan ganggu istriku!""Bagus!" kekeh penagih hutang lalu tersenyum lebar. "Aku mau kalian temui bosku untuk urusan ini!""Sial!" kesal Widi lalu mendekat ke arah Widi. "Harusnya
Baca selengkapnya
Melawan Keluarga Widi
"Jadi kita tak bisa percaya dengan Romi?" tanya Bram sambil terus memperhatikan foto yang ditunjukkan Warsa padanya. "Iya, dia tiba-tiba datang dan memberikan bantuan padamu. tentu tindakannya sangat mencurigakan," Bram menghela nafas lalu sesaat kemudian mengacak-acak rambutnya. Dia benar-benar frustasi setelah kelegaan sempat dia rasakan semalam. "Apa yang harus aku lakukan sekarang!" kesalnya. "Jangan terlalu polos!" tegas Kholil kemudian tersenyum aneh pada Warsa dan Bram. "Apa maksudmu?" Bram menoleh ke arah mantan managernya itu cepat. Sini aku bisikin. Kholil mulai bercerita tentang Romi yang dia kenal selama ini dan membeberkan betapa liciknya paman dari Widi itu. Tapi meski begitu, Kholil tetap merasa pria ini memiliki manfaat yang besar dalam membantunya meski maksud dari kebaikan Romi tak bisa ditebak tujuannya. "Jadi kau mau kita tetap bekerja sama dengan pria jahat itu?" potong Warsa tak setuju. Bram menatap Warsa lalu sesaat kemudian melirik ke arah Kholil. Dia ben
Baca selengkapnya
Keputusan Bram
"Oh! Baiklah!" ucap Bram dengan tegas. "Aku akan memenuhi permintaanmu!""Wow!" Romi terlihat begitu terpesona dengan aura Bram yang begitu menyilaukan matanya. "Aku tak menyangka kau begitu berani, anak muda!""Hahaha!" "Kenapa kau tertawa?" tanya Romi dengan wajah berkerut."Tak apa, Pak! Aku senang akhirnya kita bisa satu pemikiran soal masalah ini!""Bagus!" ucap Romi kemudian memutar badannya. Dia meninggalkan Bram yang penuh tanda tanya namun tetap optimis jika pria yang masih terlalu dia percaya ini kelak akan membantunya keluar dari masalah pelik yang menimpa keluarga istrinya itu.Bram akhirnya memilih pulang untuk menceritakan semua ini pada Enin yang dia rasa paling bisa dia percaya saat ini. Dengan tubuh yang lelah Bram segera masuk rumah kemudian duduk di kursi tamu sambil sesekali memutar matanya ke kamar tidurnya menunggu Widi tidur dulu."Kenapa?" tanya Enin yang tau cucunya ingin bercerita banyak padanya."Nanti saja tunggu Widi tidur," bisik Bram lalu Enin segera me
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1234
DMCA.com Protection Status