Semua Bab KUSINGKIRKAN MADUKU DENGAN ELEGAN: Bab 21 - Bab 30
61 Bab
Bab 21
Pov : MayaSejak perceraian ayah dan ibu belasan tahun lalu, tepatnya saat aku menginjak bangku kelas enam sekolah dasar, aku memang tumbuh menjadi anak yang lumayan susah diatur. Begitu kata ibu. Begitu juga kata nenekku.Tanpa pernah mereka tahu atau mungkin sedikit mencari tahu, kenapa aku bisa berubah sedrastis itu? Aku yang sebelumnya selalu menjadi kebanggaan orangtuaku, aku yang sebelumnya selalu patuh, hormat dan tak pernah membantah. Berubah menjadi seorang pembangkang. Bukan maksudku untuk itu, hanya saja aku butuh perhatian dan kasih sayang. Sejak ayah dan ibu berpisah, ayah sudah jarang menjenguk. Hanya Mbak Dewi sesekali datang. Membawakan aneka makanan ataupun peralatan sekolah. Dia bilang, kado dari ayah. Entah. Sedangkan ibu, sibuk dengan urusan pekerjaannya sebagai buruh jahit di konveksi rumahan, tak terlalu jauh dari tempat tinggal kami. Dia jarang memperhatikan keseharianku, mungkin merasa sudah ada nenek yang tiap hari mengurus dan mengawasi. Ibu hanya berpikir,
Baca selengkapnya
Bab 22
Pov : Adam "Tahu nggak sih, Dam? Si Lina, mau-maunya dimadu. Dia itu benar-benar nggak berkutik sama suaminya. Apa iya karena terlalu cinta sampai rela berbagi suami begitu? Mbak mau kasihan sebenarnya, cuma kadang kesal juga kenapa dia sebucin itu sama suaminya. Apa sih yang membuat Lina sampai sebegitu cinta?!" Ceita panjang Mbak Isma seminggu yang lalu membuatku tersedak saat menyeruput kopi. Aku shock dan tak menyangkaendapatkan kabar mengejutkan seperti itu. Lina? Dimadu?! Pikiranku mendadak kacau setelah mendengar cerita Mbak Isma dari ponsel pintar. Kerja pun tak lagi fokus. Bertahun-tahun aku berusaha mengubur cinta itu, berusaha melupakan kenangan-kenangan manis bersamanya, berusaha sepertinya yang hanya menganggap hubunganku dan dia sebatas kakak beradik, berusaha untuk menata masa depan tanpanya, namun nyatanya aku nggak bisa! Tiap kali mencoba untuk melupakan, justru hatiku seolah berontak tak ingin meninggalkan. Tiap kali berusaha mencari pengganti, justru dalam hati
Baca selengkapnya
Bab 23
Kuseduh secangkir teh untuk menghangatkan badan. Pagi ini lumayan dingin. Mentari seolah malu-malu keluar dari balik awan. Padahal, waktu sudah beranjak dhuha. Jam delapan. Namun, sinarnya belum terlihat menerangi bumi yang mulai berisik dengan lalu lalang kendaraan. Kudengar deru mobil Mas Gilang di halaman. Akhirnya dia ingat jalan pulang. Tak menyambutnya dengan senyum semringah, aku justru memilih diam. Tak beranjak dari tempat dudukku. Kubiarkan diri ini tenang dan santai sembari menikmati sepotong kue bolu dengan menyruput teh hangat, di gazebo belakang. "Lin ...." Panggilan itu kembali kudengar, setelah tiga harian ini menghilang.Aku menoleh, seolah terkejut akan hadirnya yang tiba-tiba meski beberapa detik lalu sudah kudengar kedatangannya. Detik ini, kembali kutatap lekat kedua bola matanya. Masih tetap sama seperti sebelumnya yang begitu teduh dan menenangkan jiwa."Lin, kedua mobilnya ke mana? Kok nggak ada di garasi?" Mas Gilang terlihat kaget saat melihat pemandangan y
Baca selengkapnya
Bab 24
Sekian tahun berpisah akhirnya detik ini, kami dipertemukan. Aku, Mas Gilang dan Mas Adam kembali dipertemukan dalam ruangan yang sama. Inilah pertemuan perdana kedua lelaki itu, setelah sekian tahun tak berjumpa. Entah kenapa, suasana terasa agak berbeda. Bahkan Mas Adam yang biasanya penuh canda, kini terasa sedikit kaku. Mas Adam berdehem pelan, memecah keheningan. "Maaf ya, Lang. Nggak bermaksud lancang. Beberapa hari yang lalu Lina memintaku untuk menjualkan mobilnya. Ini hasil penjualan dan notanya." Mas Adam menyerahkan amplop tebal di atas meja tamu. Mas Gilang mengangguk pelan, mengucapkan terima kasih lalu mencoba untuk tersenyum meski kulihat begitu datar. Aku lihat ekspresi keduanya begitu tak nyaman. Mungkin karena sudah terlalu lama tak bertemu, jadi sekaku itu. Tapi ... nggak juga sih. Memang dari dulu, ekspresi mereka kurang bersahabat. Apa gara-gara aku? Entah! "Aku bikinkan minum dulu, ya, Mas," pamitku, beranjak dari ruang tamu. Berharap saat aku tak ada di san
Baca selengkapnya
Bab 25
"Maya hamil.""Maya hamil.""Maya hamil." Kalimat itu selalu memenuhi otakku. Mungkinkah Maya benar-benar hamil? Secepat itu? Kenapa? Kenapa dia bisa secepat itu hamil sedangkan aku harus menunggu sekian lama? Bahkan hingga sebelas tahun berumah tangga belum juga bergaris dua?!Kenapa, Ya Allah? Apakah salah dan dosaku terlampau banyak, hingga Kau belum juga mempercayaiku untuk hamil dan merasakan makhlukMu di rahimku? Mengapa sampai sebelas tahun ini aku belum juga memiliki keturunan? Apa sebenarnya yang terjadi? Kenapa aku bisa selama itu, sementara dia bisa secepat ini berbadan dua? Apa salah dan dosaku, Ya Allah? Air mata ini kembali deras bercucuran. Kulipat kedua lutut di pojok kamar. Entah mengapa rasanya sakit sekali tiap mengingat soal keturunan. Mendadak, rasanya bumi ini berhenti berputar. Suara-suara sumbang itu seolah mengejekku di berbagai sudut. Kututup telinga rapat agar tak mendengar apapun, tapi rasanya percuma. Aku masih begitu jelas mendengarnya."Kamu kalah Lin
Baca selengkapnya
Bab 26
"Maaf kalau aku lancang, Lin. Tadi aku sudah ucap salam berulang kali, tapi tak ada balasan. Gerbang terbuka lebar. Pintu depan juga terbuka. Saat itu aku dengar suara isakmu, jadi aku masuk saja. Aku cuma takut kalau kamu kenapa-kenapa," ucap Mas Adam sedikit gugup. Aku paham perasaannya saat ini. Pastilah merasa tak enak hati.Aku memang lupa menutup pintu gerbang saat Mas Gilang dan Ibu pergi ke kontrakan Maya. Aku juga lupa menutup pintu. Aku lari ke kamar begitu saja saat kudengar deru mobil Mas Gilang mulai menghilang.Lamunanku terjaga saat tiba-tiba si kembar cantik Alana dan Aluna berhamburan ke arahku."Tanteeeeeeee ... ayo ke rumah Oma. Sudah banyak yang nunggu loh. Kenapa tante lama sekali?" tanya Alana begitu manja di pangkuanku. Gadis itu mencium pipi kiriku, kemudian Aluna pun mengikutinya. Aku kembali tersenyum kecil melihat kepolosan mereka berdua. "Tante Lina habis nangis ya?" tanya mereka hampir bersamaan. Keduanya meneliti raut wajahku dengan seksama. "Ah nggak.
Baca selengkapnya
Bab 27
Hari ini rencananya mau cek ruko yang kusewa. Kemarin sudah minta tukang untuk cat ulang dengan warna favorit, ungu muda. Semoga saja sudah selesai dan siap pakai. Ruko itu ada di jalan utama, lumayan ramai karena tak terlalu jauh dari alun-alun kota. Aku berharap usaha ini bisa maju dan memiliki cabang-cabang di lain kota. Perjalanan ke ruko membutuhkan waktu tak sampai setengah jam jika lalu lintas normal. Hanya saja jika macet bisa lebih dari satu jam. Toko ini aku fokuskan menjual gamis, sarimbit dan beberapa hijab saja. Untuk tahap awal aku sengaja belum belanja terlalu banyak. Cukup 200 pasang untuk sarimbit couple dan 300 potong untuk gamis set hijabnya."Sibuk amat, Lin," ucap Mas Gilang yang tiba-tiba sudah berdiri di sebelahku. Dia datang dengan membawa dua cangkir minuman di atas nampan. Satu untuknya dan satu lagi untukku. Begitulah dia, saat melihatku cukup sibuk, Mas Gilang seringkali membuatkanku teh atau jahe hangat. Selalu memintaku untuk tak terlalu terforsir dalam
Baca selengkapnya
Bab 28
Siang begitu terik. Sepulang mengajar, aku langsung menuju ruko. Ruko ini ada dua lantai. Lantai bawah aku khususkan untuk display sarimbit couple dan gamis, kutambah dengan aneka model hijab. Lantai atas sebagian untuk ruangan santai, hanya ada satu sofa panjang dan satu meja kecil di sudut ruangan, dekat dengan jendela. Bagian lain ada rak-rak tempat stok dagangan dan sebuah kamar mandi. Mungkin tempat ini bisa untuk menenangkan diri, jika pikiran buruk mulai merajai hati. [Kamu di mana, Lin?] Kubuka pesan yang masuk ke handphone. Dari Mas Adam. Tumben sekali dia chat, biasanya telepon saja. [Di ruko, Mas. Masih cek barang-barang yang datang, sekalian mau kutata sebagian] Aku membalas pesan darinya. Ceklis biru. [Kebetulan aku juga baru dari rumah, sekalian mau pulang ke rumah mama. Nanti lewat rukomu, aku bantu boleh?]Perumahan elit Mas Adam memang tak terlalu jauh dari ruko ini. Jadi tiap kali dia akan ke rumahnya yang baru itu, jalan depan ruko ini yang paling dekat. Bisa
Baca selengkapnya
Bab 29
"Balik, Lin!" perintah Mas Gilang dengan muka merah padam.Kudengar giginya bergemeletuk menahan amarah yang mungkin mencapai ubun-ubun. Mas Adam sudah berusaha menjelaskan apa yang sebenarnya terjadi, tapi Mas Gilang benar-benar tak peduli. Dia tetap menarik pergelangan tanganku begitu saja, lalu menggamit lenganku menuruni anak tangga."Pak, tolong kalau sudah selesai, kunci rukonya. Motor ini saya tinggal di sini. Sudah saya kunci," ucapnya pada Pak Sarju yang masih sibuk memasang display di dinding. Dia pun mengangguk pelan. Sampai di halaman ruko, Mas Gilang membukakan pintu mobil untukku. Masih tanpa bicara, dia melajukan mobil meninggalkan ruko begitu saja. Seperti itulah dia saat sedang marah. Tak banyak kata, tak harus banyak debat pula. Cukup diam dengan tatapan tajam sudah membuat suasana terasa begitu dingin dan mencekam."Maaf, Mas. Tadi Mas Adam cuma bantuin beberes di toko karena dia tahu aku belum makan siang, makanya dia beli bakso itu buat makan. Kalau nggak percaya
Baca selengkapnya
Bab 30
Aku menanti Mas Gilang dengan gelisah. Sudah hampir jam sebelas malam, tapi belum tampak batang hidungnya. Sampai selarut ini dia belum juga datang. Padahal dia janji akan pulang setelah membuatkan nasi goreng untuk Maya, karena ini jatah hariku bersamanya.Ya Allah, apa Mas Gilang ingkar janji? Apa dia tak mengingatku saat asyik bersama perempuan itu? Aku semakin gelisah. Kubuka handphone lagi dan lagi barangkali Mas Gilang mengirimkan pesan. Namun, tak ada pesan darinya. Sepi. Hanya ada satu pesan dari Mas Adam.[Lin, maafkan aku. Kalian nggak berantem kan? Aku nggak sengaja bertemu Gilang di jalan. Apa dia akan ke rumah istri barunya?] Kulihat Mas Adam masih online. Kulihat pesan itu terkirim dua jam yang lalu. Jangankan membalas, bahkan aku baru sempat membacanya detik ini. [Dia memang pergi ke sana, tapi kami nggak berantem kok, Mas. Nanti juga pulang] Aku membalas pesannya. Pulang? Benarkah dia akan pulang malam ini? Atau jangan-jangan dia menginap di sana lagi? Entah. Aku ak
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1234567
DMCA.com Protection Status