46. Pasrah.
"Tidak, Mas. Demi Allah, tidak. Saya merasa sangat bersalah pada Mas apalagi Pak Jaya. Tadinya saja ingin sekali mengakui semuanya. Masalahnya mental saya tidak cukup kuat. Ditambah kenyataan kalau saya sedang hamil, nyali saya makin ciut. Saya takut kalau saya harus melahirkan anak ini dibalik jeruji besi." Lara memutuskan untuk mengungkapkan semua isi hatinya. Nasi telah menjadi bubur. Ia tidak bisa berkelit lagi."Karena ketahuannya sekarang, harapanmu saya tidak akan memenjarakanmu, begitu?" pancing Bagas sinis."Saya tidak berharap apapun lagi sekarang. Kalau Mas ingin memenjarakan saya, saya sudah siap. Sudah dua bulan ini saya hidup dalam ketakutan, menunggu hari penghakiman ini. Ternyata menunggu hukuman, lebih menakutkan dibandingkan dengan menjalani hukuman itu sendiri.""Kamu menantang saya, Lara?" desis Bagas geram. "Bukan menantang, Mas." Lara menggeleng. "Saya menyatakan kalau saya bersedia mempertanggungjawabkan semua perbuatan saya. Dulu saya setuju pada permintaan S
Baca selengkapnya