Suamiku Bukan Petani Teh Biasa

Suamiku Bukan Petani Teh Biasa

Oleh:  Suzy Wiryanty  Tamat
Bahasa: Bahasa_indonesia
goodnovel12goodnovel
10
8 Peringkat
110Bab
35.6KDibaca
Baca
Tambahkan

Share:  

Lapor
Ringkasan
Katalog
Tinggalkan ulasan Anda di APP

Lara merasa hidupnya mirip dengan kisah-kisah sinetron ikan terbang di televisi. Ibu kandungnya lebih menyayangi Sesilia, anak sang majikan, dibanding dirinya sendiri. Setiap kali terjadi perselisihan, sang ibu sudah pasti berada di pihak Sesil. Namun, Lara benar-benar tidak bisa mentolerir keputusan sang ibu yang memintanya untuk menukar identitas dengan Sesil. Katanya, perempuan itu tak sudi dinikahi seorang petani biasa, seperti Bagas Antareja. Jadi, Lara harus menggantikannya meski sudah memiliki kekasih hati. Lantas, bagaimana nasib Lara yang dianaktirikan oleh ibunya sendiri? Lalu, apakah Bagas juga akan mengusirnya setelah mengetahui bahwa pengantinnya telah tertukar?

Lihat lebih banyak
Suamiku Bukan Petani Teh Biasa Novel Online Unduh PDF Gratis Untuk Pembaca

Bab terbaru

Buku bagus disaat bersamaan

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Komen
user avatar
Nur Azizah Azizah
sangat bagus
2023-07-10 22:19:54
0
user avatar
Miss Ziza Ziza S
cerita mbak memang asyikkk seronok aku baca nya .. tapi Kali nih update nya gak seperti selalu ... yang semangat yaaa....
2023-07-04 09:33:27
0
user avatar
Ninik Dwi Oktafian
bagus ceritanya
2023-05-19 19:14:51
1
user avatar
Adylin norlin
maaf knp yer lmbt upnyer
2023-05-15 15:53:21
0
user avatar
Tati sumiyati
tetap menarik
2023-05-01 08:30:33
0
user avatar
Tati sumiyati
menunggu kelanjutannya
2023-04-30 08:14:11
1
user avatar
Adylin norlin
terbaik thor up lg teris
2023-04-17 02:44:41
1
user avatar
Suzy Wiryanty
Author akan update dua part setiap hari pukul 10-11 pagi. Silakan baca dan vote ya? Terima kasih.
2023-04-11 17:57:42
5
110 Bab
1. Fitnah Keji Anak Majikan.
"Demi Allah, Bu Shinta. Bukan Lara yang mencuri jam tangan Non Sesil. Lara berani bersumpah!" Dengan mata sembab Asmaulara Husna kembali mengulangi kata-kata yang rasanya sudah puluhan kali ia ulang sejak dari rumah tadi.Sesilia Hadinata, anak majikannya menuduhnya mencuri jam. Lara baru saja pulang sekolah dan masuk dari pintu samping, saat Sesil tiba-tiba merebut tas ranselnya. Sesil kemudian membalik tas dan menumpahkan segala isinya ke lantai. Di sana, di antara buku-buku pelajaran dan alat-alat tulisnya yang berserakan, terselip sebuah jam tangan mahal. Jam tangan milik Sesil.Sesil lantas menuduhnya mencuri jam tangan barunya. Karena Lara tidak bersedia mengakui perbuatan yang memang tidak ia lakukan, Sesil membawanya ke rumah sakit di mana dokter Shinta, ibu Sesil praktek. Lara mengerti, Sesil ingin mengadukannya pada dokter Shinta. Sesil juga membawa serta ibunya yang selama ini mengasuh Sesil sedari bayi merah. Dengan disopiri oleh sang ayah, yang juga bekerja sebagai supir
Baca selengkapnya
2. Ibu Kandung Rasa Ibu Tiri.
"Kamu sekarang sudah mulai berani melawan Ibu ya, Lara? Sudah merasa hebat ya kamu?" Bu Ningsih yang sengaja berhenti di tengah lorong rumah sakit, menoyor geram kening Lara. Lara menggigit bibirnya keras. Ia bertahan bungkam dalam kesedihan. Lara sadar, tidak ada gunanya ia membantah. Karena apapun yang ia katakan, tidak akan bisa melembutkan hati sang ibu."Hajar terus, Mbok. Si Lara ini sekarang memang tidak tahu diri. Sudah salah, melawan lagi. Lara tidak ada sopan-sopannya pada Mbok Ningsih." Sesil memanas-manasi hati pengasuhnya. "Eh, jawab! Kamu punya mulut 'kan?" Bu Ningsih mendorong punggung Lara kasar. Ia makin emosi karena dipanas-panasi Sesil. Lara tetap mengunci mulutnya rapat-rapat. Ia semakin mempercepat langkahnya menuju tempat parkir. Di mana sang ayah menunggu mereka semua."Dasar benar-benar anak durhaka ya kamu, Lara? Orang tua berbicara hanya dianggap angin lalu belaka. Sini kamu!" Bu Ningsih mengejar Lara yang hampir mencapai parkiran. Ia menjambak keras kunci
Baca selengkapnya
3. Semangat Demi Masa Depan.
Empat tahun kemudian."Ini ongkos untuk ke kampus besok ya, Nduk? Kamu ada bimbingan dengan dosen pembimbing di kampus 'kan? Ayah akan ikut Bu Shinta seminar ke Bandung selama tiga hari. Jadi Ayah tidak bisa mengantarmu. Kamu berangkat dengan taksi online saja ya, Nduk?" Pak Yono meletakkan dua lembar uang seratus ribuan di atas meja makan. Keluarga kecilnya baru saja selesai makan malam. "Ngapain Lara diberi ongkos sebanyak itu, Pak? Lagi pula walaupun Bapak ikut ke Bandung, tapi 'kan ada Farhan yang akan menggantikan Bapak mengantar Sesil dan Lara ke kampus?" Bu Ningsih tidak setuju suaminya memberi ongkos terlalu banyak pada Lara. Suaminya ini terlalu memanjakan anak tidak pada tempatnya."Ada Farhan?" Pak Yono membuat air muka mencemooh. "Non Sesil itu selalu menyuap Farhan setiap kali Bu Shinta keluar kota. Sesil akan meminta Farhan pulang dan ia akan menyopir sendiri. Lara biasanya ia turunkan di tengah jalan. Anak itu memang nakalnya sampai ke tulang. Makanya Bapak memberikan
Baca selengkapnya
4. Sabar Hingga Akhir.
"Mau ke mana kamu? Duduk sini dulu!" Bu Ningsih membentak Lara yang bersiap menyelinap ke kamarnya. Daripada ribut, Lara mengikuti perintah sang ibu. Ia duduk bagai robot di kursi makan. Sikap mempertahankan diri seperti ini sudah ia praktekkan bertahun lalu. Sejak ia sadar kalau ibunya tidak mencintainya seperti ibu pada umumnya. Namun ia selalu ingat pada pesan ayahnya. Bahwa ibunya mencintainya dengan cara berbeda. Keras karena ia ingin dirinya kelak mampu melewati dunia yang lebih keras lagi. Di dunia ini tidak ada ibu yang tidak mencintai anaknya. Hanya kalimat singkat itulah yang menjadi pelipur laranya jikalau ia sedih karena diperlakukan tidak simpatik. Kalau ia tidak terus mengingat-ingat nasehat ayahnya itu, ia pasti sudah depresi sejak lama."Kamu itu sudah besar, Ra. Sudah dewasa. Mengapa kamu tidak malu menerima uang dari orang lain?" cibir Bu Ningsih. Kalimat tidak simpatik sang ibu membuat Lara mendongak."Ayah bukan orang lain, Bu. Ayah adalah orang tua Lara. Begitu j
Baca selengkapnya
5. Awal Mula Bencana.
Lara tengah merevisi skripsi sesuai dengan permintaan dosen pembimbingnya. Sudah dua jam ini jarinya menari-nari di atas keyboard laptop. Beberapa penelitian yang telah ia rangkum, dicoret tebal-tebal oleh dosen pembimbingnya. Tugas akhir membuat skripsi ini memang sangat menguras energinya. Bolak-balik merevisi, melakukan penelitian baru dan menyusunnya dari awal, terkadang membuatnya frustasi. Namun jikalau ia mengingat tujuan akhirnya yang ingin membantu perekonomian kedua orang tuanya, rasa lelahnya menguap seketika. Semua ini demi masa depan keluarganya. "Lara, ke sini sekarang!" Teriakan sang ibu mengagetkan Lara. Karena teriakan ibunya itu bukan teriakan seperti biasanya. Ibunya memang biasa meneriakinya jikalau tidak puas akan sesuatu. Namun kali ini ada aura ketakutan dalam nada suara ibunya."Saya, Bu," sahut Lara sambil menghambur ke depan. Perasaannya tidak enak. Firasatnya mengatakan ada hal buruk yang telah terjadi. Karena ia melihat ada Pak Hardi dan Sesil juga di pavi
Baca selengkapnya
6. Pergantian Identitas.
"Saat paling bahagia dalam hidup Ayah adalah saat kamu lahir ke dunia. Ketika tangisanmu menggema, maka yang Ayah pikirkan pertama kali adalah, bagaimana ayahmu yang sederhana ini bisa membantumu menggapai cita-cita. Ayah beritahu kamu satu rahasia. Bahwa seorang ayah tidak pernah lebih mencintai orang lain daripada anak perempuannya. Yang terakhir ini adalah rahasia kita berdua ya? Jangan beritahukan ibumu. Hehehe." Air mata Lara mengalir tak terkendali ketika teringat akan kata-kata manis yang ayahnya ucapkan. Kala itu ia mengadu pada ayahnya kalau bahwa ibunya tidak mencintainya. Ayahnya dengan kalimat apik yang mudah dimengerti oleh anak kecil menghiburnya hingga kesedihannya hilang. Bagi Lara, ayahnya adalah segalanya. Memikirkan ayahnya tidak akan ada lagi di dunia ini menggentarkannya. Ia tidak mau ayahnya mati. Ia akan melakukan apapun untuk menyelamatkan nyawa ayahnya. "Baik." Lara mengusap air matanya putus asa. Keputusannya bulat sudah. "Lara bersedia menggantikan posis
Baca selengkapnya
7. Ancaman Terselubung.
"Jalani saja takdirmu. Siapa tahu di sana kamu justru menemukan kebahagiaan yang tidak kamu dapatkan di sini. Sana, temui Bagas. Nanti Ibu menyusul." Bu Ningsih segera melepaskan pelukan Lara. Banyak hal yang harus ia persiapkan sehubungan dengan rencana yang telah ia susun bersama Sesil.Dengan lesu Lara menggeret koper pinjaman dari Sesil. Ia menatap seantero kamarnya sekali lagi sebelum berjalan ke rumah utama. Ia tidak tahu apakah ia akan bisa ke kamar ini lagi atau malah berakhir di penjara nantinya. ********"Mbok, sini sebentar." Sesil melambaikan tangan pada Mbok Ningsih dari koridor ruang tamu. "Ada apa, Non?" Bu Ningsih menghampiri Sesil. "Ada yang ingin gue bicarakan. Rencana kita berubah," bisik Sesil perlahan. Ia takut Lara mendengar rencananya. "Kurung Lara di kamar gue dulu, Mbok. Gue takut ntar dia kabur," bisik Sesil lagi. Bu Ningsih mengangguk. Apa yang Sesil ucapkan masuk akal. Kalau Lara kabur, rencana mereka sudah pasti gagal total. "Kamu ikut Ibu dulu seb
Baca selengkapnya
8. Terpaksa.
"Kamu tadi bilang sengaja datang ke sini tanpa ayahmu, karena ingin mengajak saya berekonsiliasi menantang perjodohan ini. Kamu tidak punya cukup keberanian untuk menantang ayahmu secara terbuka ya? Makanya kamu mengajak saya untuk mengeroyok ayahmu? Saya tidak tahu harus berekspektasi apa terhadapmu." Lara membalikkan sindiran Bagas telak."Ehm... Ehm... Non Sesil, Pak Bagas, apa tidak sebaiknya berangkat sekarang? Takutnya nanti kemalaman di jalan." Bu Ningsih memotong percakapan yang mulai memanas antara Lara dan Bagas. Khusus pada Lara, Bu Ningsih memberinya tatapan mengancam. Lara ini memang keras hati. Susah sekali membungkam mulut besarnya. "Ibu benar. Baiklah, kami akan berangkat sekarang. Sepertinya Sesil sudah tidak sabar menjadi istri saya secepatnya. Kami permisi dulu ya, Bu?" Bagas beringsut dari sofa. Ia ngeloyor ke depan tanpa melirik sedikit pun pada Lara yang kesulitan berjalan dengan koper besar di belakangnya. "Kamu ini tidak bisa dibilangin ya?" Bu Ningsih menjew
Baca selengkapnya
9. Perjalanan Panjang.
Bagas menatap Lara tajam. Entah mengapa, dia melihat keraguan di mata perempuan itu meski perempuan itu terlihat berani.Namun, belum sempat membalas, Lara sudah kembali berbicara, "Tidak masalah kalau kamu belum mencintai saya. Saya berjanji, saya akan melakukan apa saja agar kelak kamu bisa mencintai saya."Apa yang terjadi, terjadilah. Lara sudah tidak peduli. Yang penting, pernikahan ini terus berjalan sampai Sesil merasa puas.Sementara itu, Bagas mengernyitkan dahi. Ia menatap Sesil dengan pandangan ganjil. Bagaimana kepribadian perempuan yang bernama Sesilia Hadinata ini? Bahasa tubuhnya terus saja berubah-ubah. "Sebenarnya saya sudah mempunyai pacar. Kami berhubungan sudah sangat lama. Masalahnya kedua orang tua kami bermusuhan. Jadi seandainya kita menikah pun, saya tidak akan pernah mencintaimu. Saya melakukan semua ini hanya karena amanah ayah saya yang sedang sakit." Bagas mencoba kembali bernegosiasi dengan Sesil. "Tidak masalah. Pokoknya saya ingin kamu nikahi sece
Baca selengkapnya
10. Konflik Pertama.
"Agni!" Desisan terperanjat dari mulut Bagas telah menjelaskan semuanya. Gadis ini adalah Agni Paramitha, pacar Bagas. Pacar yang tidak direstui oleh ayahnya tepatnya. Bagas melambatkan kendaraan sebelum benar-benar berhenti di depan sang gadis. Adegan selanjutnya sudah bisa Lara duga. Gadis yang kini berurai air mata itu berlari mendekati mobil. Saat Bagas keluar dari mobil, sang gadis langsung mengalungkan kedua tangannya di leher Bagas. Memeluknya erat dalam sedu-sedan memilukan. Lara terkesima. Ia memang menduga akan ada adegan-adegan haru ala sinetron yang akan diperlihatkan pacar Bagas. Namun ekspektasinya jauh di bawah adegan yang cukup berani untuk ukuran dusun ini. Agni tampak begitu berani memeluk Bagas. Sementara Bagas sendiri tampak kaget dan segera menjaga jarak. Lara tidak tahu apa yang mereka berdua bicarakan. Lara hanya melihat Agni berkali-kali menatap ke arahnya dengan air muka geram. Sekonyong-konyong Agni berlari ke arahnya dan memukul-mukul kaca mobil. Di b
Baca selengkapnya
DMCA.com Protection Status