Semua Bab Kukembalikan Suami Pada Mertua Munafik: Bab 41 - Bab 50
123 Bab
Bertemu kembali dengan Surya
Sore itu Dani dan Annisa mengajak Shafira berjalan-jalan ke sebuah pusat perbelanjaan. Shafira sangat bahagia karena bisa pergi bersama kedua orang tuanya, sebuah kejadian yang sangat langka dahulu."Pa, Ma, Shafira mau main di sana," kata Shafira sambil menunjuk ke sebuah ruangan bermain anak. "Ya sudah, kita beli tiketnya dulu, ya," jawab Annisa dengan lembut. Annisa membayar tiket untuk Shafira, lalu membantunya melepaskan sepatunya. Shafira bisa bermain selama tiga puluh menit di ruangan itu. Di dalam ruangan itu terdapat banyak permainan yang menarik dan aman untuk anak-anak. Shafira terlihat ceria, ia bermain bersama beberapa anak perempuan lainnya. Shafira cepat akrab dengan mereka. Annisa dan Dani menunggu di depan ruangan berdinding kaca itu. Dari luar mereka bisa melihat dan memantau segala aktivitas Shafira. Melihat Shafira bisa tertawa dan bermain sepuasnya membuat Annisa dan Dani sangat bahagia. "Nis, anak kita tumbuh sehat dan bahagia, dia sangat cantik dan pintar. S
Baca selengkapnya
Shafira hampir diculik
Pagi itu Annisa mulai bekerja di kiosnya seperti biasa. Hari ini Annisa dan karyawannya sedikit lebih sibuk. Ada sebuah rumah sakit yang mencuci sprei dan handuk untuk pasien. Dulu Karina dan Annisa memang menawarkan jasa mereka di rumah sakit dan beberapa tempat lain. Beberapa saat setelah menerima penawaran itu, rumah sakit itu mulai menggunakan jasa mereka. Dua kali dalam satu minggu, Annisa mengambil sprei kotor dari rumah sakit tersebut dan langsung mencucinya. Setelah itu, Annisa akan mengantarkannya kembali ke rumah sakit tersebut. Annisa merasa senang karena usahanya mulai dikenal luas. Annisa dan para karyawannya mulai mencuci kain-kain kotor tersebut. Lalu mereka mulai mengeringkannya dan menyetrika. "Fira main dengan Papa dulu, ya," kata Annisa sambil menatap Shafira. "Ma, Fira mau main sepeda," kata Shafira. "Main sepedanya nanti sore saja sama Mama. Papa susah menemani Fira naik sepedanya," jawab Annisa. "Fira mau sekarang, Ma," rengek Shafira. Shafira memang seda
Baca selengkapnya
Cemburu buta
Sebagai ucapan terimakasih karena telah membantu menyelamatkan Shafira, Annisa mengajak Surya dan Karina untuk makan malam bersama. Annisa memeluk Shafira, seakan tidak mau melepaskannya, sampai akhirnya Shafira tertidur dengan lelap. Annisa tidak bisa membayangkan, seandainya Surya tidak menyelamatkan Shafira, mungkin kini ia tidak bisa memeluk Shafira lagi. Annisa tak berhenti mengucap syukur dan berterimakasih padanya. "Nis, mana suamimu?" tanya Karina. Dani memang menghindar dan tidak mau makan malam bersama mereka. "Mungkin Mas Dani masih terkejut dan merasa bersalah atas peristiwa tadi. Tidak apa-apa, nanti aku akan menenangkan dia," kata Annisa. "Bicaralah baik-baik dengan suamimu, Nis. Aku tidak ingin kalian bertengkar," kata Surya. "Iya, Mas. Oh iya, minggu depan acara ulang tahun Shafira, kalian datang, ya. Aku dan Mas Dani berencana membuat acara keluarga sederhana," kata Annisa. "Wah, hampir aku lupa kalau keponakanku akan berulang tahun. Kami pasti datang, iya kan
Baca selengkapnya
Kejujuran Karina
Acara ulang tahun Shafira sudah selesai digelar. Shafira sangat senang membuka banyak hadiah dari teman-temannya. Annisa duduk di samping Shafira dan tersenyum melihatnya. "Sayang, kamu senang hari ini?" tanya Annisa. "Iya, Ma. Fira senang berkumpul bersama banyak teman, ada Papa, Mama, Tante Karina, Om Surya, Nenek, Tante Lily. Lihat, Ma! Fira juga dapat banyak mainan," jawab Shafira. Annisa mengusap lembut rambut Shafira. Ini memang pertama kalinya ulang tahun Shafira dirayakan dengan cukup meriah. Tahun-tahun sebelumnya, Annisa tidak mempunyai cukup uang untuk merayakannya. Tahun lalu, ulang tahun Shafira hanya dirayakan bertiga. Hanya ada Shafira, Annisa, dan Karina, karena saat itu Dani dan Annisa masih pisah rumah. "Ma, Fira paling suka hadiah dari Om surya ini," kata Shafira sambil memamerkan mainannya pada Annisa. Annisa hanya menghela nafas panjang, ia melirik Dani yang berdiri sekitar dua meter dari mereka. Annisa yakin Dani juga mendengar perkataan Shafira itu. Dani
Baca selengkapnya
Pernyataan Cinta Karina
Pagi itu Karina memulai hari dengan semangat baru. Setelah mendapat restu dan dukungan dari Dahlia, ia semakin yakin untuk menyatakan perasaan pada Surya. Karina belum pernah menyatakan cinta terlebih dahulu pada seorang pria. Ia seorang gadis yang memegang teguh harga diri dan merasa tabu jika ada wanita yang terang-terangan menunjukkan perasaannya atau mengejar pria. Namun di usia yang tidak lagi belia, kali ini Karina harus berani bertaruh. Ia harus mengungkapkan perasaannya dan mendengar jawaban dari Surya. Entah seperti apa jawaban Surya nanti, tapi akan lebih baik jika Karina lekas mengetahuinya. Daripada ia harus memendam perasaannya dan terus merasa penasaran. Jika nanti ia harus merasa kecewa, setidaknya Karina sudah tidak merasa penasaran. Ia bisa segera bangkit dan melanjutkan hidupnya. Karina sudah tidak takut terluka, karena ia pernah merasakan hal yang lebih buruk sebelumnya. Selama mengenal Surya, pria itu juga selalu memperlakukan Karina dengan baik. Surya sangat p
Baca selengkapnya
Penolakan Surya
Surya tertegun dan mengernyitkan keningnya, ia terdiam beberapa saat lamanya. Terlihat jelas Surya terkejut dan tidak menyangka kalau Karina akan berkata seperti itu. Namun karena mereka berada di tempat yang ramai dan ada banyak orang di sekitar mereka, Surya tetap berusaha tenang dan tidak menunjukkan reaksi yang berlebihan. Karina menatap Surya, ia menunggu reaksi Surya setelah mendengar pernyataannya. Dalam diam Karina berpikir, apakah Surya menganggapnya terlalu berani menyatakan perasaannya lebih dahulu. Namun Karina juga berusaha tenang dan tersenyum. "Kita bicara di tempat lain saja, ya," kata Surya. "Iya, Mas," jawab Karina.Karina mengikuti langkah Surya menuju mobilnya. Surya menyetir mobil itu ke sebuah kafe yang tidak terlalu ramai. Sepanjang perjalanan itu Surya hanya diam dan fokus mengemudi. Karina tidak berani mengucapkan sepatah katapun, ia tidak bisa menebak bagaimana jawaban Surya nantinya. Surya sepertinya asyik dengan pikirannya sendiri. Karina dan Surya akhi
Baca selengkapnya
Lily melahirkan
Selama beberapa minggu setelah kejadian itu, tidak ada kabar dari Karina. Annisa heran karena biasanya Karina sering datang ke kios untuk urusan pekerjaan atau untuk menemui Shafira. Beberapa kali Annisa berusaha mengirim pesan dan menelepon Karina, tetapi Karina tidak merespon. Annisa sempat merasa cemas jika Karina sakit atau sedang mengalami masalah. Namun melalui karyawannya, Karina menyampaikan pesan pada Annisa bahwa keadaan dirinya cukup baik. Karina juga berjanji akan segera menemui Annisa. Annisa tidak mengetahui secara pasti apa yang membuat Karina berubah, bahkan tidak membalas pesan darinya. Suatu sore, ketika Annisa dan Dani sedang menemani Shafira bermain, ponsel Dani berbunyi. Dani segera mengambil ponselnya dan menjawab panggilan telepon dari ibunya. "Halo, Bu," kata Dani. "Halo, Nak. Tolong datang ke sini sekarang!" ujar Ibu Dani dengan panik. "Ada apa, Bu?" tanya Dani. "Lily, sepertinya dia akan segera melahirkan.Ia sudah sangat kesakitan," jawab ibu. Sama-s
Baca selengkapnya
Lily kabur dari rumah
"Li, apa kamu sudah siapkan nama untuk anakmu?" tanya ibu sambil menggendong bayi Lily. "Belum, Bu. Aku tidak tertarik untuk mencarinya," A jawab Lily sekenanya. "Li, dia ini anakmu! Kalau kamu bersikap seperti itu dan membencinya, dia juga bisa merasakan. Ayo susui dia! Kasihan dia sudah haus," kata ibu. "Aku tidak mau menyusui dia, Bu. Ibu dan kalian semua tahu bahwa aku tidak menginginkan anak ini sejak awal, bukan? Jadi kalian saja yang urus dia, aku tidak mau! Jauhkan dia, Bu! Tangisannya sangat berisik," ujar Lily sambil memiringkan tubuhnya menghadap dinding. "Bagaimana ini? Bayi ini butuh susu. Kenapa kamu tega berbuat begitu pada anak kandung mu sendiri?" seru ibu. "Sabar, Bu. Mungkin Lily masih perlu waktu. Beberapa wanita memang mengalami itu setelah melahirkan. Nanti pasti naluri keibuannya akan muncul seiring dengan waktu yang terus berjalan. Untuk sementara, Nisa akan membeli susu formula untuknya," kata Annisa. Annisa beranjak dari tempat duduknya dan meninggalkan
Baca selengkapnya
Mengasuh anak Lily
Annisa dan Dani segera menuju rumah ibu. Sesampainya di sana, mereka melihat ibu duduk lemas di atas tempat tidur sambil menangis. Di depan ibu, Bagas tertidur pulas dengan wajah yang murni tanpa dosa. Annisa mengambil surat yang ditulis oleh Lily dari atas meja. Ia tidak menyangka Lily akan bertindak nekat seperti itu. Dani turut mendekat dan membaca surat itu. Di surat itu Lily malah menyatakan memang menunggu anaknya lahir dan sudah lama berencana untuk pergi dari rumah. Lily menuliskan bahwa ia senang karena akhirnya bisa kembali bebas. Ia merasa kehamilannya selama ini telah menghambat dan memenjara hidupnya. Setelah anak itu lahir, Lily merasa hidupnya bisa kembali seperti dulu. Ia kembali bisa melakukan semua yang ia inginkan. Dani menghela nafas panjang, lalu menggerutu, "Lily tidak berubah juga. Mengapa ia tidak belajar dari kejadian ini dan menjadi dewasa? Apa yang sedang ia lakukan di luar sana? Apa dia tidak jera juga setelah melakukan kebodohan dan menanggung akibatny
Baca selengkapnya
Bisa berjalan kembali
Kehidupan Annisa, Dani, dan Shafira semakin lengkap dengan kehadiran Bagas di tengah mereka. Annisa memperlakukan Bagas seperti anak kandungnya sendiri. Shafira juga sangat menyayangi Bagas. Ia suka membelai dan mencium Bagas sebelum tidur, juga menyanyikan lagu untuknya. Bagas tumbuh sehat dan normal seperti bayi pada umumnya. Di usianya yang ke tiga bulan, tubuh Bagas sehat dan montok."Sayang, terimakasih karena kamu sudah memperlakukan Bagas dengan sangat baik. Kamu tidak mengingat keburukan Lily dan apa yang dia sudah lakukan padamu," ujar Dani di suatu malam. "Mas, Bagas ini layak mendapatkan kasih sayang. Dia tidak harus dihukum dan menanggung kesalahan ibunya," jawab Annisa sambil membelai Bagas yang ada di pangkuannya. "Tapi dimana Lily sebenarnya? Sampai saat ini kita belum bisa menemukan jejaknya. Seringkali aku sedih melihat Bagas dan ibu. Ibu terus memikirkan Lily dan mencemaskan dia. Mengapa ia tidak memberi kabar sedikitpun? Bagaimana kalau terjadi sesuatu yang buru
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
34567
...
13
DMCA.com Protection Status