Lahat ng Kabanata ng Kukembalikan Suami Pada Mertua Munafik: Kabanata 51 - Kabanata 60
123 Kabanata
Kembali Bekerja
Dani sangat beryukur karena bisa berjalan kembali dengan sehat dan normal. Ia sama sekali tidak merasakan efek atau dampak dari kecelakaan. Sesuai dengan janjinya, ia berusaha untuk mencari pekerjaan baru. Pertama-tama, Dani kembali mendatangi kantornya dulu untuk menanyakan apakah masih ada lowongan pekerjaan baginya. Namun pimpinan perusahaan itu mengatakan bahwa untuk saat ini posisi pekerjaannya dulu telah ditempati oleh orang lain, dan belum ada posisi lain yang kosong. Dani pulang ke kios dengan sedikit rasa kecewa. Ia menghempaskan tubuhnya di atas sofa dan menghela nafas panjang. Annisa mendekati Dani dan membawakan segelas air minum."Kenapa, Mas? Lelah, ya?" tanya Annisa. "Bukan, Sayang. Hari ini aku sudah mencoba berkeliling, juga mengunjungi kantor lamaku, tapi aku belum berhasil mendapatkan pekerjaan," keluh Dani. Annisa mengusap punggung suaminya dengan lembut. "Mas, sabar, ya. Dengan kondisi saat ini, memang tidak mudah untuk mendapatkan pekerjaan. Besok kita coba
Magbasa pa
Ibu yang dengki
Hari demi hari berlalu dengan menyenangkan bagi keluarga kecil Dani. Dani sibuk dengan pekerjaan di kantor barunya. Sementara itu, Annisa menikmati perannya sebagai ibu rumah tangga dan tetap mengelola usaha laundry nya yang semakin maju. Shafira bertumbuh menjadi anak yang cantik, pintar, dan ceria. Ia sudah mulai bersekolah di sebuah Taman Kanak-kanak. Annisa semakin sibuk karena harus menyiapkan sarapan dan bekal untuk Dani dan Shafira di pagi hari. Shafira pergi ke sekolah bersama Dani, dan Annisa mulai berkutat dengan kesibukannya untuk mengurus Bagas dan melakukan pekerjaan di kios. Menjelang siang, Annisa akan menjemput Shafira di sekolah. Di sore hari, Annisa mengajari Shafira menggambar, menulis, dan membaca. Semua rutinitas yang padat pastinya membuat Annisa lelah, tapi ia sangat menikmatinya dan bersyukur. Bagas juga terus bertumbuh sehat dan aktif. Ia mulai belajar berjalan dan sangat dekat dengan Shafira. Satu minggu sekali, Annisa dan Dani membawa anak-anak mereka u
Magbasa pa
Jenazah Wanita Tak Dikenal
Dani dan ibunya sudah melaporkan berita kehilangan Lily ke kantor polisi. Dengan penuh harap dan selalu dihantui dengan rasa cemas, mereka terus menunggu kabar mengenai kondisi Lily. Sekian lama mereka menanti, namun belum ada berita apapun. Lily seperti hilang ditelan bumi, tidak bisa ditemukan jejaknya. Sampai suatu siang, Ibu Dani menerima berita yang mengejutkan dari kantor polisi. Ia nyaris pingsan ketika pihak kepolisian menyampaikan bahwa ada jenazah seorang wanita yang diperkirakan seusia dengan Lily ditemukan di sebuah hutan yang agak jauh dari rumah penduduk. Saat itu, seorang warga sedang mencari kayu dan menemukan jenazah wanita itu. Namun tidak ditemukan identitas di tubuh wanita itu. Wajahnya sudah tidak dapat dikenali lagi. Polisi ingin melakukan tes DNA untuk memastikan apakah jenazah itu adalah Lily atau bukan. Ibu Dani meraung, menangis, dan berteriak, hingga beberapa tetangga berdatangan ke rumah. Melihat keadaannya yang menyedihkan dan sangat terguncang, akhirn
Magbasa pa
Tak ingin kembali terluka
"Iya, mungkin dengan kita menemani ibu di sini, ia akan lebih terhibur. Ibu mungkin gak akan selalu teringat pada Lily dan larut dalam kesedihan. Kita juga bisa merawatnya dan memperhatikan kondisi kesehatannya. Aku yakin kehadiran Shafira dan Bagas juga akan membantu mengalihkan pikiran ibu dari masalah ini," kata Dani. Annisa menatap suaminya, ia mengerti kecemasan yang sedang melanda. Namun Annisa masih merasa berat hati untuk tinggal satu rumah bersama dengan mertuanya. Kenangan buruk di rumah ini masih melekat erat dalam benak Annisa. Bukan ia tidak mau melupakan peristiwa yang telah lampau atau mencoba memaafkan ibu mertuanya, tapi Annisa merasa lebih baik mencegah dan tidak membuka peluang sedikitpun, supaya hal buruk itu terulang kembali. Selama ini ibu mertuanya memang sudah banyak berubah, tidak pernah berkata buruk, atau melakukan hal yang negatif padanya. Namun dalamnya hati siapa yang tahu? "Aku tidak bisa, Mas," jawab Annisa. "Kenapa, Nis? Kamu tidak melihat kondisi
Magbasa pa
Hasil Pemeriksaaan
"Maaf karena aku memaksakan kehendak, dan tidak memahami perasaanmu, Nis," ujar Dani. Sebuah kalimat sederhana namun menyejukkan dan mampu menghilangkan segala gundah di hati Annisa. "Iya, Mas. Maafkan aku juga, karena telah membuatmu dalam posisi yang sulit, harus memilih antara aku dan ibu," kata Annisa. "Kamu tidak perlu minta maaf, Nis. Aku bisa memahami perasaanmu, dan aku menghargai keputusanmu. Peristiwa lampau telah mengajarkan aku, untuk menghargai dan lebih mengerti hatimu. Aku tidak akan menyia-nyiakan waktu untuk bertengkar dan berjauhan denganmu lagi," ucap Dani tulus. Annisa tersenyum mendengar perkataan suaminya itu. Dani telah menjadi lebih dewasa dan bisa lebih mengerti dirinya. "Mas harus berangkat bekerja, kan?" tanya Annisa. "Ah, iya. Tapi aku risau, bagaimana dengan ibu?" gumam Dani."Ibu tidak apa-apa, Nak. Pergilah bekerja!" kata ibu sambil keluar dari kamarnya. "Bu, apa kita perlu ke dokter?" tanya Annisa sambil menggandeng tangan ibu dan mendudukkannya
Magbasa pa
Permintaan ibu mertua untuk merenovasi rumah
Dani dan Annisa langsung menemui ibu dan menyampaikan kabar baik itu. Dani langsung menghambur memeluk ibu saat pintu rumah terbuka, "Bu," ucapnya di sela air mata yang tumpah. "Ada apa ini?" tanya ibu bingung. "Bu, ternyata jenazah itu bukan Lily. Itu artinya ada kemungkinan kalau Lily masih hidup," jawab Dani. Ibu menarik nafas lega, ia mengusap punggung Dani dan tersenyum. "Benar dugaan Ibu, Lily pasti masih hidup dan baik-baik saja," katanya. "Iya, Bu. Aku sangat lega dan bersyukur. Semoga Lily lekas kembali," ujar Dani. "Amin. Ayo masuk dan duduk dulu, Dan, Nis!" kata Ibu Dani mengajak masuk ke dalam rumahnya. Dani dan Annisa duduk di sofa dengan tenang. Tak lama kemudian ibu keluar dari dapur dan membawa nampan berisi tiga gelas minuman. Ibu meletakkan nampan itu di meja, dan duduk di hadapan Dani dan Annisa."Ada yang mau Ibu sampaikan pada kalian," kata Ibu serius. "Ada apa, Bu?" tanya Dani dengan penuh tanda tanya. Ibu menghela nafas panjang, lalu menatap Dani dan
Magbasa pa
Harus selalu mengalah
Malam itu Dani dan Annisa tidak saling bicara lagi. Annisa langsung menyibukkan diri dengan menidurkan Bagas, lalu bermain sejenak bersama Shafira. "Mama dari mana? Kenapa papa dan mama lama sekali perginya? Fira bosan di rumah terus," keluh Shafira. Annisa tersenyum dan mengusap lembut kepala Shafira. "Maaf, Sayang. Tadi Papa dan Mama dari rumah nenek," jawab Annisa. Shafira mengerucutkan bibirnya, ia melipat kedua tangan mungilnya di depan dada. Jelas terlihat gadis kecil itu merasa kesal dan ingin protes. Ia berceloteh lucu, "Kenapa Mama dan Papa gak ajak Fira ke rumah nenek?"Annisa merasa gemas melihat tingkah Shafira, ia mencubit pipi Shafira dan berkata, "Iya, karena tadi ada urusan penting yang harus diselesaikan sama orang dewasa. Hari Minggu kita ke rumah nenek sama-sama, ya,""Fira juga sudah besar, Ma. Harusnya tadi Mama ajak Fira," katanya sambil membelakangi Annisa. Annisa menarik Shafira ke pangkuannya dan menciuminya dengan lembut. "Iya, maafkan Mama, ya. Besok k
Magbasa pa
Mertua Egois
"Iya, Mas. Aku mengalah untuk ibu, dan supaya kamu tidak bingung harus bersikap bagaimana," jawab Annisa. "Tapi uangku masih sedikit, dan itu akan kita pakai untuk membeli rumah," ujar Dani. Annisa menghela nafas panjang, lalu menatap Dani. "Sudahlah, Mas. Nanti juga ada rejeki lagi untuk kita. Sekarang kita prioritaskan dahulu kepentingan ibu. Jika nanti uang Mas kurang, aku akan membantu semampuku," kata Annisa. Dani mengerjapkan matanya tak percaya, namun senyum dan binar kebahagiaan terbit di wajahnya. "Kamu memang istri yang sangat baik dan pengertian, Sayang. Aku tidak pernah salah memilih kamu menjadi istriku. Ibu pasti sangat senang mendengar ini. Terimakasih, Istriku," ucap Dani. Malam itu juga, Dani menghubungi ibunya untuk menyampaikan berita itu. Sorak dan tawa riang terdengar di seberang telepon. Seperti seorang anak yang mendapatkan hadiah atau mainan yang ia impikan. Annisa berusaha ikhlas melakukan semuanya itu, agar sang mertua merasa bahagia. Annisa dan Dani b
Magbasa pa
Pemicu Pertengkaran
"Tolong Ibu jangan egois seperti itu! Kami sudah berusaha menuruti kemauan Ibu, tapi tolong Ibu mengerti keadaan kami juga," ucapan Dani samar terdengar oleh Annisa. "Dan, Ibu tidak membeli tunai karena memang uangnya tidak ada. Ibu memilih mengambil kredit, supaya bisa lebih ringan membayar setiap bulan," jawab Ibu Dani santai. "Memangnya kredit itu tidak berbunga, Bu? Total harga yang harus Ibu bayar bisa dua kali lipat dari harga aslinya," sungut Dani. "Kalau begitu belikan perabot ini tunai untuk Ibu. Apa kamu sanggup?" bentak Ibu Dani. Shafira terlihat ketakutan mendengar suara keras papa dan neneknya. Ia enggan bermain lagi dan memilih menempel sambil memegang ujung blouse Annisa. Annisa mencoba tersenyum dan mengusap rambut Shafira. Sudah cukup lama putri kecilnya itu tidak mendengar pertengkaran seperti ini. Dahulu memang Shafira sering ketakutan setiap mendengar suara keras karena keributan yang terjadi di rumah ini. Sambil memeluk Bagas, Annisa menyandarkan tubuhnya di
Magbasa pa
Gara-gara Cemburu
"Jangan melimpahkan kesalahan pada orang lain yang gak tahu apa-apa, Mas! Kita sudah bermasalah sebelum Mas Surya datang kemari," tegas Annisa. "Kamu membela dia? Jadi maksudmu ibuku yang menyebabkan masalah dalam rumah tangga kita?" tanya Dani. "Menurutmu bagaimana, Mas? Rasanya kita sudah cukup dewasa dan dapat menilai semua situasi yang terjadi," ujar Annisa malas. Annisa kembali melangkah meninggalkan suaminya. Namun Dani menahan dan menarik Annisa ke hadapannya. "Tunggu! Mau kemana kamu?""Mas, aku lelah dan bosan. Aku tidak ingin bertengkar denganmu. Malu dilihat semua karyawan dan anak-anak," ujar Annisa sambil mengalihkan pandangannya dari Dani. "Kita selesaikan masalah ini sekarang! Dari semalam kamu hanya diam, tapi semua persoalan ini justru semakin menjadi," kata Dani. "Aku diam, agar aku gak mencampuri urusanmu dan ibumu. Aku gak ingin memperkeruh suasana. Jangan sampai ibumu menyangka, kamu marah dan menentang dia karena aku," jawab Annisa. "Tapi kita suami istri,
Magbasa pa
PREV
1
...
45678
...
13
DMCA.com Protection Status