All Chapters of Kukembalikan Suami Pada Mertua Munafik: Chapter 31 - Chapter 40
123 Chapters
Tinggalkan aku sendiri!
"Annisa, kamu masih berstatus istriku!" Dani menatap penuh harap pada Annisa. "Nis, ikuti kata hatimu. Pikirkan baik-baik, apa kamu masih mau berharap pada pria yang tidak tegas, yang tidak bisa melindungimu?" Surya juga menatap Annisa. Annisa terdiam, ia belum bisa berpikir dengan jernih bagaimana langkah ke depannya. Dia tahu, kali ini harus mempertimbangkan dengan baik sebelum mengambil keputusan terpenting dalam hidupnya. "Nis, tolong beri aku kesempatan. Kamu harus ingat, kita pernah merasakan bahagia. Kita saling mencintai, dan akan terus seperti itu," Dani berusaha meyakinkan Annisa. "Surya, pergi dari sini! Aku dan Annisa tidak akan bercerai! Kamu jangan mengharapkan Annisa lagi. Selama aku masih hidup, aku akan tetap memilikinya," kata Dani tegas. "Hahaha.. Kemana saja kamu selama ini? Baru bangun dari mimpi? Apa yang kamu lakukan saat ibu dan adikmu menyakiti hati Annisa? Bahkan kamu sendiri yang mengusirnya dari rumah. Apa kamu pura-pura tidak bersalah saat ini? Kamu b
Read more
Demi Shafira
Sementara itu di rumah Ibu Dani, Lily dan ibunya mulai menyadari jika Dani sudah menghilang dari rumah. "Bu, Ibu, cepat kemari!" teriak Lily. "Apa sih, Li?" tanya ibu tergopoh-gopoh menghampiri Lily yang ada di kamar Dani. "Mas Dani tidak ada di kamarnya, Bu," jawab Lily panik. "Kamu sudah cek ke kamar mandi? Dapur?" tanya ibu. "Iya, Bu. Mas Dani pergi dari rumah," jawab Lily. "Apa?! Kemana dia? Dia kan sedang sulit berjalan jauh. Ah, jangan-jangan dia mencoba bunuh diri di tempat lain?" Ibu mulai ikut panik. "Tenang dulu, Bu. Kita periksa barang-barang Mas Dani, siapa tahu dia hanya keluar sebentar," kata Lily sambil membuka lemari pakaian Dani. Ibu juga memeriksa tempat tidur Dani dan laci meja kecil di samping tempat tidurnya. "Semua pakaian Mas Dani masih lengkap, Bu. Mas Dani tidak membawa apa-apa. Tapi kalau mau keluar rumah, kenapa Mas Dani tidak berpamitan pada kita? Sepertinya Mas Dani sengaja pergi saat kita tidur semalam," ujar Lily. "Ibu jadi pusing, kenapa Dani
Read more
Pintu Maaf
Annisa dan Shafira mengantar Dani ke rumah sakit untuk memeriksakan diri dan juga melakukan terapi. Proses pengobatan dan perawatan masih memerlukan waktu yang cukup panjang. Tentu biaya yang dibutuhkan juga tidaklah sedikit. Setelah selesai, Annisa membayar semua biaya dan membeli obat yang diresepkan oleh dokter. Dani menatap istrinya, tanpa terasa air matanya mengalir. Ia tidak menyangka hidupnya kini bergantung pada Annisa. Wanita yang dulu hanya dipandang sebelah mata dan direndahkan oleh keluarganya. Wajah Annisa semakin cantik dan terawat, tubuh Annisa juga tidak banyak berubah, masih ramping seperti saat gadis dahulu. Wajar jika saat ini banyak pria yang menyukai dia. Apalagi kini Annisa adalah seorang pengusaha yang cukup sukses dan mandiri. "Ayo, Mas!" kata Annisa sambil membawa plastik obat di tangannya. Annisa tanpa sengaja menatap Dani yang masih memandangi wajahnya sambil melamun. "Kenapa, Mas?" tanya Annisa. "Ah, ga apa-apa," Dani berusaha berdiri dengan tongkatny
Read more
Lily Hamil
Dani dan Annisa kembali bersama dan berusaha untuk melupakan semua hal buruk yang terjadi sebelumnya. Annisa berharap keluarga kecil mereka bisa kembali utuh dan harmonis. Butuh proses dan waktu yang panjang bagi Annisa untuk bisa memaafkan Dani atas kesalahannya di masa lalu. Annisa juga harus menerima kenyataan bahwa Dani saat ini belum bisa pulih dan bekerja seperti dulu. Annisa mau mencoba membuka hatinya kembali dan mempercayai Dani. Semua Annisa lakukan demi kebahagiaan Shafira. Terbukti Shafira memang sangat bahagia ketika melihat papa dan mamanya berada di dekatnya setiap saat. Shafira bahkan sering meminta tidur bertiga, di antara papa dan mamanya. Di siang hari, Shafira bermain sepuasnya dengan sang papa. Suatu hal yang dulu sangat jarang bisa dilakukan karena Dani sibuk bekerja dan pulang larut malam. Saat ini Dani membantu Annisa menjalankan usaha laundry miliknya yang mulai berkembang pesat. Annisa sangat bersyukur, untuk semua hal yang mereka alami saat ini. Karina
Read more
Amarah Ibunda Lily
Dani dan Annisa tentu tidak ingin melindungi Lily dengan kebohongannya. Dani dan Annisa menolak dengan tegas niat Lily untuk menggugurkan kandungan itu. Dani dan Annisa segera menuju rumah ibu. Annisa menyetir mobil, sementara Dani memegang tangan Lily untuk memastikan ia tidak berontak dan melarikan diri. "Aku sudah mencari informasi mengenai klinik untuk menggugurkan kandungan, Mas. Aku mau bayi sialan ini keluar dari tubuhku!" seru Lily.Dani terpaksa memegangi kedua tangan Lily karena ia ingin memukuli perutnya. Annisa menggelengkan kepalanya melihat sikap Lily yang berani berbuat, tetapi ingin lari dari tanggung jawab. "Li, bayi itu tidak berdosa. Kamu tidak boleh membunuhnya!" ucap Dahlia. "Tapi bayi ini membuat aku kehilangan masa mudaku. Semua orang akan memandang aku hina seumur hidupku. Seandainya anak ini lahir, ia pasti juga akan menderita," Lily berusaha membenarkan pemikirannya. "Apapun yang terjadi, kamu harus siap menanggung semua akibat dari perbuatanmu," ujar Da
Read more
Dani berusaha menemui Darwin
"Mengapa kamu bisa sebodoh itu?" Ibu Dani kesal dan geram pada tingkah Lily. "Sudahlah, Bu! Ibu juga menikmati uang yang Om Darwin berikan," cerocos Lily kesal. "Jadi uangmu itu dari dia? Kamu mengatakan kalau kamu bekerja patuh waktu dan menghasilkan uang. Jadi semua itu hanya karanganmu saja? Kamu jual diri pada pria itu? Bahkan kamu memanggil dia dengan sebutan Om? Ya ampun, kenapa hidupku seperti ini?" Ibu Dani bersandar di kursi sambil mengelus dadanya. Lily merengut dan berkata, "Ibu pikir cari kerja itu mudah? Aku belum lulus kuliah, dimana bisa mencari tempat bekerja dan menghasilkan uang sebanyak itu? Aku tidak hanya memakai uang itu untuk keperluanku, tapi juga membantu kebutuhan kita di rumah ini. Mana cukup gaji Mas Dani selama ini, iya kan Bu?""Tapi bukan begitu caranya, Ibu tidak pernah mengajarkan kamu menjual diri!" seru ibu. "Sudahlah, Bu, Li, semua sudah terjadi. Kita tidak bisa mengulang waktu atau menyesalinya. Kamu jangan berusaha membenarkan perbuatanmu, Li.
Read more
Darwin tidak mengakui anaknya
Dani dan Annisa pulang ke rumah dengan lesu. Dani langsung duduk di sofa tanpa bicara sepatah katapun. Ibu dan Lily menatap Dani dengan penuh harap. Wajah Lily yang biasanya cantik dengan polesan make up kini polos dan cenderung pucat. Rasa mual melanda Lily setiap waktu dan selera makannya hilang. "Dan, apa kalian berhasil bertemu dengan pria itu?" tanya Ibu penasaran. Dani menggelengkan kepalanya, lalu menghembuskan nafas kasar. "Tidak bisa, Bu. Kantornya besar sekali, dan kami tidak ada janji dengannya. Karyawannya juga tidak mau memberi alamat rumahnya," jawab Dani. "Lalu bagaimana, Dan? Apa yang harus kita lakukan? Hei, anak bodoh! Apa kamu sebodoh itu sehingga sama sekali tidak mengetahui alamat pria itu? Kenapa kamu mau berhubungan sejauh itu dengan pria yang tidak dikenal?" Ibu melemparkan bantal sofa ke wajah Lily. Lily yang tidak sempat menangkap bantal itu hanya pasrah membiarkan wajahnya terkena lemparan ibunya. "Aku benar-benar tidak tahu alamat rumahnya, Bu," reng
Read more
Hinaan dari keluarga Darwin
Bugh.. Dani tidak dapat lagi menahan amarahnya, ia melayangkan tinjunya ke wajah Darwin. "Kurang ajar kamu!" seru Dani. "Eh, apa-apaan kamu? Beraninya kamu berbuat seperti itu padaku. Aku tidak akan tinggal diam," kata Darwin sambil menyentuh wajahnya yang sakit. "Kamu harus bertanggung jawab dan menikahi Lily!" kata Dani dengan suara keras. "Siapa kamu? Kamu tidak berhak memerintah aku," kata Darwin. Darwin mendorong tubuh Dani, dan membuat Dani sempoyongan dan jatuh ke lantai. Annisa segera menolong Dani untuk bangkit berdiri. "Aku tidak akan menikahi kamu!" ujar Darwin sambil menunjuk Lily. Darwin berlari dan segera naik ke mobilnya. Dani tidak bisa mengejar Darwin dengan cepat. Namun Annisa sempat mencatat nomor plat mobil Darwin. Lily menangis dan meraung, ia sudah merasa putus asa karena tepat seperti dugaannya, pria itu tidak mau bertanggung jawab. Ibu berseru dan menangis histeris, "Apa yang harus kita lakukan sekarang?"Dani duduk di sofa dan meremas rambutnya sendi
Read more
Lily depresi
Annisa, Dani, Lily, dan ibunya baru saja tiba di rumah. Ibu Dani langsung melampiaskan kekesalan dan amarahnya pada Lily. "Dasar anak bodoh! Perbuatanmu ini mempermalukan keluarga kita!" ucap Ibu Dani sambil memukuli Lily. "Bu, sabar. Marah-marah seperti ini tidak akan bisa menyelesaikan masalah," kata Annisa sambil berusaha menahan tangan ibu. "Itu sebabnya aku mau menggugurkan anak ini, Bu. Kalau aku tidak hamil, aku bisa kembali kuliah, semua orang juga tidak akan mengetahui tentang kehamilanku," ucap Lily. "Jangan lakukan itu, Li! Pasti ada solusi lain," kata Annisa. "Solusi apa Mbak? Aku tidak mau menanggung ini sendirian. Ada temanku yang pernah menggugurkan kandungan dan semuanya berjalan lancar, aku akan menanyakan padanya bagaimana caranya," ucap Lily. "Jangan membuat masalah lebih rumit, Li!" bentak Dani. "Mengapa aku punya anak-anak bodoh seperti kalian?" keluh Ibu Dani sambil berurai air mata. "Ini semua karena Ibu. Ibu selalu menekan kami untuk menghasilkan banyak
Read more
Lily mencoba bunuh diri
Ibu Dani terkejut melihat tingkah putrinya yang sudah di luar nalar. Ia akhirnya pasrah dan menuruti saran Dani dan Annisa. "Ibu gantikan pakaian Lily dulu, kami tunggu di luar," kata Dani. Dani dan Annisa melangkah keluar dari kamar itu dan akan menutup pintu. "Tunggu! Ibu tidak punya uang untuk biaya Lily berobat," ucap Ibu Dani dengan lirih. "Sudahlah, Bu. Biar kami yang tanggung biayanya, yang penting Lily bisa pulih kembali," jawab Annisa. Annisa dan Dani duduk di sofa menunggu ibu dan Lily bersiap-siap. Ibu keluar dari kamar sambil menggandeng tangan Lily. Tatapan mata Lily masih kosong, kini ia meracau tidak jelas, memaki Darwin dengan keras. Annisa membantu menggandeng Lily yang mulai memberontak. Akhirnya mereka berhasil membawa Lily masuk ke dalam mobil. "Mas, coba cari informasi mengenai tempat praktik dokter kejiwaan," kata Annisa pada suaminya. "Apa?! Lily tidak gila, Nis!" potong Ibu Dani. "Bu, Lily sepertinya mengalami depresi. Benar kata Annisa, kita harus mem
Read more
PREV
123456
...
13
DMCA.com Protection Status