All Chapters of Istri untuk Papa: Chapter 31 - Chapter 40
97 Chapters
Bab 31 - Kedekatan Dalam Dekapan
"Terima kasih, sudah datang menyelamatkan aku," ujar Luna pelan.Brian tidak menjawab, ia hanya memeluk Luna dan menyandarkan di dadanya. Saat ini, mereka sedang dalam perjalanan untuk kembali ke hotel.Brian ingin membawa Luna ke rumah sakit, melihat keadaan Luna yang pucat dan lemah. Luna bahkan sempat pingsan selama beberapa menit, membuat Brian kalang kabut meminta bantuan. Untung saja, tidak berselang lama Luna kembali sadar, meski keadaannya tetap saja sangat lemas.Akan tetapi, Luna menolak untuk dibawa ke rumah sakit dan mengatakan kalau dia baik-baik saja. Selain itu, Luna juga mengingat Bintang yang mereka tinggalkan sendirian di hotel."Bintang pasti mencariku," ujar Luna. Bintang adalah orang pertama yang diingatnya, mengingat ia meninggalkan Bintang sendirian di hotel."Tenang saja, ada pengawal yang menemaninya." Meski Brian juga khawatir karena sempat melupakan Bintang, tapi ia berusaha tetap tenang agar Luna juga bisa tenang.Brian bahkan baru mengingat Bintang saat Lun
Read more
Bab 32 - Kabar Mengejutkan
"Brian, hentikan!" Luna berusaha menjauhkan wajah Brian, namun Brian begitu kuat merengkuh Luna."Brian! Bagaimana jika Bintang tiba-tiba pulang dan melihat kita," keluh Luna, masih juga berusaha menghentikan aksi Brian."Aku sudah mengirim pesan pada Adrian, agar ia tidak cepat pulang," jawab Brian disela-sela kegiatannya. Pada akhirnya, Luna hanya bisa pasrah di bawah Kungkungan Brian. Dan tentu saja Brian merasa senang jika Luna jadi penurut seperti sekarang, tidak lagi memberontak dan mencoba mencari alasan.Namun, ada saja gangguan yang datang. Brian terpaksa menghentikan kegiatannya dan mendengus, mengucapkan sumpah serapah pada orang yang terus membuat ponselnya berdering."Sely?" Brian mengernyitkan keningnya, melihat nama Sely terpampang di layar ponselnya.Melirik ke arah Luna yang menatapnya, Brian memilih menjauh untuk berbicara dengan Sely. Ia merasa kalau hal ini adalah penting, tidak biasanya Sely menelpon berulang kali.Berbeda dengan Luna, ia hanya menatap Brian yang
Read more
Bab 33 - Keputusan Yang Salah
"Anda sudah datang?" tegur Adrian saat ia melihat Brian yang baru saja masuk ke ruang rawat inap yang ditempati Sely saat ini.Kecelakaan yang menimpah Sely tidak begitu parah, hanya ada beberapa luka kecil di bagian tangan juga kakinya. Sehingga Sely hanya mendapat perawatan untuk luka ringan. Selebihnya, Sely baik-baik saja.Hanya saja, Brian yang berlebihan karena merasa khawatir. Panggilan telpon dari orang tua Sely membuat Brian tidak bisa tenang jika keadaan Sely belum benar-benar membaik."Bintang sudah tidur?" tanya Brian, mengusap rambut Bintang yang berbaring di sofa, tempat Adrian ikut duduk."Dia tidur setelah menangis, Bintang terus mencari Luna," ujar Adrian."Bagaimana dengan Luna, mengapa Anda tidak membawanya kemari," ujar Adrian lagi, melihat Brian yang hanya datang sendiri, bukankah lebih baik jika Brian membawa serta Luna bersamanya. Dari pada Brian meninggalkan Luna sendirian di rumah.Brian hanya menghela napas, ia memilih duduk terlebih dahulu. Sangat jelas bahwa
Read more
Bab 34 - Penyesalan
"Apa yang kau katakan!" hardik Brian, ia tidak ingin percaya dengan hal tak masuk akal yang baru saja dikatakan Adrian. Lebih tepatnya, Brian berusaha menyangkal berita itu.Luna baik-baik saja, Brian percaya itu. Adrian hanya membohonginya. Brian bahkan masih melihat Luna saat kembali ke rumah, tadi."Luna ditikam oleh seseorang yang menyusup masuk ke rumah. Sekarang Luna sedang ditangani di IGD, luka tusuk di bagian perutnya tidak begitu dalam, namun Luna kehilangan banyak darah," jelas Adrian, dan akibatnya, ia mendapatkan satu hantaman kuat di pipinya. Brian memukulnya sebagai bentuk pelampiasan emosi, karena Brian tidak ingin mendengar kabar seperti itu."Apa yang kau bicarakan!" bentak Brian, "Luna baik-baik saja, jangan membohongiku," teriak Brian, murka.Sekuat apa pun Brian berusaha menyangkal, namun apa yang dikatakan Adrian membuatnya nyaris kehilangan kesadaran. Brian bahkan terlihat lunglai, seolah kakinya tidak mampu menahan berat tubuhnya sendiri. Brian tidak bisa berdir
Read more
Bab 35 - Dokter Rio
"Bagiamana dengan operasinya?" Adrian langsung berdiri tatkala Dokter Rio keluar dari ruang operasi. "Semuanya baik-baik saja, meski sempat terjadi pendarahan. Pasien sudah dibawa ke ruang perawatan, kau bisa menemuinya di sana," ujar Dokter Rio menjelaskan."Baik, terima kasih atas kerja keras Anda," ucap Adrian.Saat dalam situasi darurat tadi, dimana Luna kembali mengalami pendarahan dan membutuhkan lebih banyak transfusi darah. Adrian menyempatkan diri untuk membawa Bintang ke ruang rawat inap Sely, agar Adrian tidak kewalahan."Adrian, apa aku bisa bertanya sesuatu?" tegur Dokter Rio saat melihat Adrian yang sudah akan pergi."Iya dok? Ada apa?" tanya Adrian.Dokter Rio merupakan salah satu orang yang sempat dekat dengan keluarga Brian, dan juga menjadi salah satu sahabat dekat Brian. Meski akhirnya mereka kembali asing, saat Dokter Rio memutuskan untuk melanjutkan studinya ke luar negeri. Dan baru kembali beberapa bulan ini."Mengapa kau bicara begitu kaku padaku, Adrian." Dokte
Read more
Bab 36 - Siapa Dalang Dibalik Semua Kejadian Ini
"Jaga bicara Anda dokter! Anda tidak mengetahui apa pun, jadi lebih baik Anda diam!" tekan Adrian, ada kemarahan yang ia tunjukkan dalam setiap kata yang keluar dari mulutnya. Adrian marah atas apa yang dituduhkan Dokter Rio. Sedangkan Dokter Rio, ia hanya tertawa melihat reaksi Adrian yang marah. Dokter Rio begitu menyukai reaksi itu. Karena, itu membuatnya semakin yakin atas apa yang ada di kepalanya.Berbeda dengan Brian, ia lebih memilih untuk pergi dari sana. Meninggalkan Adrian dan Dokter Rio yang tampak bersitegang. Brian bahkan melupakan tujuan utamanya yang ingin mengobati luka di wajahnya.Brian lebih memilih menemui Luna yang masih asik memejamkan mata. Wajah pucat Luna yang tengah berbaring, membuat Brian mengusap wajahnya dengan sedikit kasar, ada penyesalan yang mendekam dalam dadanya.Brian lalu menarik sebuah kursi untuk ia duduki. "Maaf." Brian menggenggam tangan Luna yang terpasang selang infus."Seharusnya aku tidak meninggalkanmu sendirian, seharusnya aku menemanim
Read more
Bab 37 - Pertengkaran Yang Memberi Petunjuk
"Ayo bercerai, Brian!"Andai saja Luna mampu melontarkan kalimat itu dihadapan Brian. Nyatanya tidak, kalimat itu hanya terus terbayang-bayang di kepala Luna, namun tidak berani ia ungkapan. Karena pada kenyataannya, hanya dengan menatap netra coklat Brian yang menatapnya sendu, sudah mampu melemahkan akal sehat Luna. Dan baru Luna sadari, bahwa netra coklat itulah yang membuatnya telah jatuh pada lubuk paling dalam yang namanya perasaan."Ada apa, hm? Kau membutuhkan sesuatu?" Brian menjentikkan jarinya di depan wajah Luna, membantu Luna keluar dari lamunannya."Tidak." Luna spontan menjawab, sebelum ia kembali menutup mulut dan menatap Brian.Luna menghirup udara yang banyak, lalu ia hembusan dengan pelan. "Kapan aku diperbolehkan keluar?" tanya Luna. Sudah ada satu minggu berlalu sejak kejadian Luna ditikam oleh seorang perempuan yang pernah menjadi teman dekatnya. Dimana motif penikaman itu dia lakukan karena dendam pribadi, dan hal itu didukung oleh seorang oknum yang menjadi te
Read more
Bab 38 - Kepergok
"Aku mencintaimu, Luna," ucap Brian setelah mereka selesai melakukannya. Memberi beberapa kecupan di kening dan pipi Luna.Sedangkan Luna, ia tidak menjawab. Napasnya masih memburu, membuktikan bahwa ia benar-benar kelelahan dengan aktivitas yang baru saja mereka lakukan.Meski Brian mengatakan bahwa ia akan melakukannya dengan pelan karena Luna yang masih belum sepenuhnya sehat. Tetapi, bagi Luna itu bukanlah hal yang dikategorikan pelan. Luna bahkan tidak bisa membayangkan jika mereka melakukannya saat tidak dalam keadaan Luna yang sakit. "Brian, sempit!" Ranjang pasien yang dikhususkan hanya untuk satu orang terasa sempit saat ada dua orang dewasa yang berbaring di atasnya.Dan, Brian tidak mempedulikan itu. Bahkan saat Luna sudah berusaha mendorongnya untuk menjauh, Brian malah semakin mengeratkan pelukannya. Membuat Luna hanya pasrah dan tidak lagi mencoba untuk mendorong Brian yang begitu kuat.Dalam waktu yang sudah cukup lama, mereka masih sama-sama diam, mencoba mengatur napa
Read more
Bab 39 - Keluarga Cemara
"Kapan kamu bertemu dengan Dokter Rio?" tanya Brian, ia memegang kartu nama Dokter Rio yang baru saja ia temukan di dompet Luna.Luna yang sedang membereskan tempat tidur, menoleh. Melihat Brian yang mengotak-atik isi dompetnya. "Sewaktu aku akan keluar dari rumah sakit, Dokter Rio datang dan memberikan itu," jawab Luna, kembali fokus pada pekerjaannya.Dua pekan berlalu sejak Luna akhirnya bisa keluar dari rumah sakit, dan semuanya berjalan dengan baik. Luna merasa sudah bisa beraktivitas kembali, meski tidak yang dalam kategori berat."Sayang, bagaimana jika kita mempekerjakan asisten rumah tangga untuk membantumu?" Panggilan Brian untuk Luna sudah berubah, menunjukkan kedekatan mereka yang tanpa batas lagi."Tidak perlu, lagi pula sudah ada cleaning servis yang akan datang setiap tiga hari sekali untuk membersihkan rumah," jawab Luna, menolak tawaran Brian."Tapi tetap saja, kamu masih tidak bisa melakukan aktivitas yang berat-berat. Aku bahkan merindukan masakanmu." Brian beranjak,
Read more
Bab 40 - Berselingkuh
"Kau harus menikah agar bisa merasakannya juga!" seru Brian pada Adrian yang kini sudah berpindah, bergabung bersama Bintang, menemaninya bermain."Saya ingin menikah, tapi dengan Luna. Bagaimana?" goda Adrian, membuat Brian langsung melotot tak terima."Kau mau mati!" hardik Brian, meski ia tahu kalau Adrian hanya bergurau dan tidak akan mungkin melakukannya. Tapi tetap saja, Brian kesal.Dan Adrian hanya tersenyum menanggapi kemerahan Brian.Kedatangan Adrian kali ini sudah bisa ditebak seisi rumah. Yaitu meminta Brian untuk kembali bekerja. Hampir setiap hari Adrian mengeluh karena semuanya harus ia lakukan sendiri, sedangkan Sely. Dia tidak mengetahui apa pun."Brian, kapan Anda akan kembali bekerja?" ucap Bintang saat melihat mulut Adrian sudah bergerak hendak mengatakan sesuatu.Bintang bahkan sudah sangat hapal dengan apa yang akan dikatakan Adrian. Membuat tiga orang dewasa yang berada di dekatnya langsung melirik ke satu sumber yang hanya tersenyum."Paman Adrian selalu mengat
Read more
PREV
123456
...
10
DMCA.com Protection Status