Istri untuk Papa

Istri untuk Papa

Oleh:  Aurel Ntsya  Tamat
Bahasa: Bahasa_indonesia
goodnovel18goodnovel
10
1 Peringkat
97Bab
11.6KDibaca
Baca
Tambahkan

Share:  

Lapor
Ringkasan
Katalog
Tinggalkan ulasan Anda di APP

Apa yang akan kamu lakukan jika tiba-tiba ada anak kecil yang memanggilmu 'Mama'? Luna yang sedang berada dalam masalah, karena hutang yang menunggak. Harus berlari dari kejaran para rentenir yang mencarinya, keputusannya untuk bersembunyi di rooftop rumah sakit membuat ia bertemu dengan masalah baru. "Mama?" Seorang anak perempuan tiba-tiba menghampiri dan memeluknya. Tentu saja ada kesalahpahaman disini, Luna masih berusia 26 tahun dan belum menikah. Bagaimana bisa dia memiliki anak?

Lihat lebih banyak
Istri untuk Papa Novel Online Unduh PDF Gratis Untuk Pembaca

Bab terbaru

Buku bagus disaat bersamaan

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Komen
user avatar
sayang ku
ceritanya bagus banget. buat kita ikut merasakan sakit hatinya Luna . berharap happy ending untuk Luna dan Brian.
2023-10-29 16:58:08
3
97 Bab
Bab 1 - Kejadian di Rooftop
"Hei, kau mau kemana!" "Berhenti di sana, atau aku akan membunuhmu!"Seorang perempuan tampak gemetaran, ia tidak punya pilihan lain selain berlari. Melihat tiga laki-laki menyeramkan itu mengejarnya."Tuhan, aku mohon. Selamatkan aku." Sembari berlari, ia terus berdoa. Langkah kaki yang saling bersahutan diiringi teriakan yang memintanya berhenti terdengar semakin dekat di belakangnya, jika dia tertangkap maka habislah riwayatnya.Luna, seorang perawat yang bekerja di rumah sakit swasta yang sangat terkenal. Harus berurusan dengan para rentenir karena hutang yang ditinggalkan orang tuanya.Dengan gerakan cepat, Luna berlari menaiki tangga yang terhubung menuju rooftop. Bersembunyi di sana, di balik tumpukan kursi kayu yang sudah tidak terpakai. Detak jantungnya masih memburu, semakin kencang memompa saat mendengar derap langkah kaki yang mendekat. Luna bahkan memejamkan mata dan memanjatkan doa, berharap ia tidak ditemukan."Mama?""Ha?" Luna cukup terkejut, keringat dingin bahkan m
Baca selengkapnya
Bab 2 - Jaminan
"Mama... Mama!" teriakan yang memekik itu terdengar sangat jelas. Membuat seorang pria yang terlihat cemas berhenti berlarian. Ia mengenal suara itu, suara putrinya."Bintang?" gumamnya lirih, melihat ke arah sekitar. Sepertinya para pengawalnya juga mendengar suara itu."Segera cari! mengapa kalian berhenti!" bentak pria itu, membuat para pengawalnya bergerak cepat, mencari sumber suara yang hanya terdengar sekilas.Brian, ayah Bintang. Hanya bisa menggeram marah. Ia mengusap wajahnya beberapa kali, ia baru meninggalkan putrinya selama beberapa jam, dan ada banyak pengawal yang berjaga.Tapi, tiba-tiba putrinya sudah tidak ada di ruang perawatannya. Bahkan para pengawal yang berjaga tidak mengetahui keberadaannya, membuat Brian seketika murka."Tuan, Nona Kecil ada di rooftop," teriak seorang pengawal.Brian segera berlari, melewati beberapa anak tangga hanya dengan sekali lompatan. Ia juga tidak menghiraukan tiga orang lainnya yang berjalan berlawanan arah dengannya."Ada apa ini? Ap
Baca selengkapnya
Bab 3 - Aksi Penyelamatan
"Apa lagi? Bukankah utangnya sudah dilunasi! Lalu, kenapa masih menahanku?" jerit Luna, ia merasakan seluruh tubuhnya berdenyut nyeri."Beraninya kau berteriak dihadapanku!" Laki-laki tua itu geram, melayangkan tamparan yang membuat Luna tersungkur. Ia tidak suka saat Luna mencoba untuk melawan."Apa salahku? Aku merasa tidak memiliki kesalahan apa pun," rintihnya. Luna tidak merasa memiliki kesalahan pada laki-laki tua itu, selain dari hutang yang ditinggalkan orang tuanya.Laki-laki itu tersenyum licik, melihat Luna yang hanya bisa berlutut. 'Anak perempuan yang malang,' pikirnya. Setelah kehilangan kedua orang tuanya, Luna harus terbebani dengan masalah yang dibuat oleh kedua orang tuanya. Hutang yang ditinggalkan kedua orang tua Luna tidak dalam jumlah yang sedikit."Uang tadi hanya untuk membebaskan anak kecil itu," ujar laki-laki tua itu, "untuk utangmu, kau masih harus membayarnya."Laki-laki tua itu kembali diam, dia menampakkan mimik wajah berpikir selama beberapa saat. "Bagai
Baca selengkapnya
Bab 4 - Bertemu dengan Bintang
"Siapa?" suara Bariton milik Brian menginterupsi Luna yang sedang duduk melamun."Ha?" tanya Luna, bingung."Nama?" tanya Brian lagi, kini ia duduk di depan Luna, "aku Brian, Ayah Bintang," ujar Brian, memperkenalkan diri lebih dulu."Ah, aku Luna," jawab Luna yang baru mengerti kemana arah pembicaraan Brian.Saat ini, mereka berada di sebuah kantor yang diyakini Luna sebagai tempat kerja Brian. Ia bahkan sempat membaca papan nama yang ada di atas Meja kerja itu. CEO perusahaan, Brian Alferdo."Kau sudah memikirkannya? Cara untuk membayar tiga ratus juta itu," tanya Brian sembari menatap Luna yang menunduk dengan lesu, memainkan jari-jemarinya."Aku tidak memiliki apa pun, kau bisa mengatakan apa yang kau inginkan," jawab Luna. Ia masih juga menunduk, tidak berani menatap Brian."Benarkah? Aku bisa sangat serakah," ujar Brian, meminta Luna untuk menatapnya, "lihat aku! Aku ada di sini, mengapa kau terus melihat ke bawah."Luna kemudian memberanikan diri untuk mengangkat wajahnya, menat
Baca selengkapnya
Bab 5 - Jadilah Istri untuk Papa
"Hm, hm." Luna beberapa kali berdehem, rasa canggung menyelimutinya. Bintang masih berbaring, tertidur setelah meminum obat. Sedangkan di sebelahnya ada Brian yang tengah bersandar memijat kepalanya. Luna tidak tahu harus melakukan apa, seandainya ia menolak saja tadi, saat Brian memberinya tawaran untuk masuk dan melihat Bintang."Aku akan keluar," ujar Brian, ia bahkan sudah berdiri sembari melirik pada Luna. Namun, yang dilirik tidak juga paham, sehingga Luna hanya diam saja."Kau ingin makan apa?" tanya Brian saat tidak ada tanggapan dari Luna.Mendengar itu, Luna mendongak, melihat Brian yang sangat tinggi. Kenapa Luna seperti melihat Pangerang saja. Brian terlalu tampan dengan rambut hitam pekatnya, matanya yang berwarna kecoklatan sudah cukup untuk membuat para perempuan meleleh. Belum lagi bulu matanya yang lentik, serta alisnya yang tebal dan tertata dengan rapi.Luna bahkan sangat ingin menyentuh hidung Brian yang begitu mancung. Seandainya Luna tengah mengandung, ia pasti a
Baca selengkapnya
Bab 6 - Menginginkan Mama
"Tidak, Bintang!" Brian berucap tegas, menolak hasil pemikiran konyol dari sang putri."Tapi, Bintang menginginkan Mama, Bintang ingin Mama," teriak Bintang, ia kembali rewel."Mengapa Bintang sangat ingin Mama? Selama ini Bintang hanya punya Papa dan semuanya baik-baik saja 'kan," ujar Brian, berhasil membuat Bintang diam.Berbeda dengan Luna, ia hanya duduk diam di tempatnya. Luna merasa tidak berhak untuk ikut campur antara Brian dan Bintang. Lagi pula, Luna dan Bintang juga baru mengenal, begitu pun dengan Brian. "Semua orang memiliki Mama, mengapa Bintang tidak memiliki Mama?" cicit Bintang, ia berujar sangat pelan, hingga terdengar suara isak tangis yang berusaha ditahannya."Bintang, kenapa menangis." Luna yang tidak tega segera menghampiri Bintang, menggendongnya. Sedangkan Brian, ia memilih untuk keluar. Meninggalkan Luna yang berusaha menenangkan Bintang. Kepalanya terasah berdenyut, pusing. Baru kali ini Bintang menginginkan sosok Mama. Dan hanya Luna, Bintang tidak mengin
Baca selengkapnya
Bab 7 - Penyelamat
"Aku mohon, jangan lakukan itu...." rintih Luna, berusaha meronta dengan sisa tenaganya yang semakin terkuras.Baju Luna nyaris terlepas dengan kedua tangan yang terikat. Ia tidak bisa lagi melakukan perlawanan, hanya bisa berteriak meminta tolong, meski suaranya terasa tercekat.Luna melihat dua laki-laki yang berbadan kekar itu, tergesa-gesa membuka pakaiannya. Luna menutup kedua matanya, menahan napas."Aku benci hidup ini!" batin Luna. Ia dapat merasakan, dadanya yang terasa sesak karena tidak ada pasokan oksigen. Tetes-tetes air mata Luna menjadi saksi, ia ingin mengakhiri hidupnya.Di sisi lain, Brian dengan cepat segera masuk ke dalam rumah. Saat ia menyadari, Luna sedang dalam bahaya. Meski begitu, Brian berusaha melangkah pelan untuk mencari keberadaan Luna.Hingga langkah kaki Brian terhenti, rahangnya mengeras, tangannya terkepal kuat. Luna ada di hadapan Brian, berbaring di atas lantai dengan kedua tangan yang terikat. Pakaian Luna berantakan, nyaris tidak menutupi seluruh
Baca selengkapnya
Bab 8 - Ayo Menikah!
"Apa yang Anda pikirkan? Semua masalah telah selesai. Kasus dengan para rentenir sudah diatasi, Luna sudah kembali sehat, Bintang juga mulai membaik," celetuk Adrian saat melihat Brian yang selama beberapa hari ini, tampak gelisah."Bukankah mereka benar-benar seperti ibu dan anak," gumam Adrian. Mengikuti arah pandang Brian yang terus tertuju pada Luna dan Bintang yang sedang bermain."Tidak perlu ragu, dia bisa Anda manfaatkan untuk merawat Bintang. Dia memiliki sertifikat sebagai perawat yang sudah cukup berpengalaman," ujar Adrian, "selain itu, hal tersebut juga akan lebih memudahkan Anda untuk menebus semuanya."Dalam diam, Brian membenarkan apa yang dikatakan oleh Adrian. Selain menepati janjinya pada Bintang, Luna juga bisa membantunya untuk merawat Bintang lebih khusus."Lagi pula, sebentar lagi Anda memasuki kepala tiga. Anda harus segera menikah untuk citra Anda juga, atau Anda akan kembali disorot oleh media dengan berita yang tidak berbobot," tutur Adrian, mengingat ia pern
Baca selengkapnya
Bab 9 - Perjanjian Pernikahan
"Apa aku boleh bertanya sesuatu?" tanya Luna pada Brian. Saat ini mereka hanya berdua, di taman belakang rumah yang sudah kembali bersih seperti semula. Tidak ada lagi hiasan yang menandakan bahwa baru saja dilangsungkan sebuah acara pernikahan.Rumah besar ini sudah kembali sepi, hanya ada pengawal yang berjaga di beberapa bagian. Itu pun, mereka tidak benar-benar terlihat.Sedangkan Adrian, ia mengantar Bintang kembali ke rumah sakit, dan Bibi Megan lebih memilih menginap di hotel. Serta para pengawal yang sempat datang menghadiri pernikahan, sudah kembali ke tempat masing-masing untuk melaksanakan tugasnya.Pelaksanaan pernikahan yang begitu singkat, hanya sesaat. Setelah itu, semuanya selesai. Luna bahkan masih bingung, mereka seperti bermain-main saja, alih-alih melangsungkan pernikahan sungguhan."Ada apa, hm? Tanyakan saja jika ada yang mengganggu pikiranmu." Brian mengusap tengkuknya, merasa canggung saat hanya berdua dengan Luna. Duduk saling berdekatan, di sebuah bangku yang
Baca selengkapnya
Bab 10 - Pengantin Baru
"Aku akan menunjukkan kamarmu," ujar Brian sembari memegang tangan Luna. Mereka berjalan beriringan masuk ke dalam rumah. Hingga mereka sampai di depan sebuah pintu kayu berwarna hitam."Ini kamarmu," ujar Brian, menggeser pintu tersebut hingga menampilkan nuansa kamar tidur yang sangat elegan, tidak banyak hiasan berlebihan. Namun, mampu membuat Luna menatap takjub."Di sebelah kamar ini adalah kamar Bintang," jelas Brian lagi.Luna hanya terus mengangguk saat Brian berbicara, menunjukkan semuanya pada Luna. Seperti kamar mandi, tempat berganti pakaian, dan juga segala keperluan Luna yang sudah tersedia.Hingga tatapan Luna tertuju pada sebuah foto, seorang perempuan yang tersenyum memamerkan giginya. Rambutnya pendek, seperti rambut Luna."Apa dia ibu Bintang?" Luna hendak mengambil foto yang berada di atas meja itu, namun belum juga Luna menyentuhnya, suara Brian lebih dulu menghentikan Luna."Jangan pernah menyentuh fotonya! Apa lagi kalau kau sampai menyingkirkannya!"Luna cukup
Baca selengkapnya
DMCA.com Protection Status