All Chapters of PENDEKAR PULAU TENGKORAK : Chapter 21 - Chapter 30
98 Chapters
Menyerang Perguruan Elang Putih
Kepulan asap yang menyelimuti bagian dalam perguruan Kelabang Hitam tersebut kemudian perlahan menghilang. Terlihat Jalu berjalan sambil menyeringai tipis ke arah Ki Pranasuta. Tidak terlihat tanda-tanda pemuda berwajah tampan tersebut terluka ataupun mengalami dampak akibat benturan tadi."Tidak mungkin...!" pekik Ki Pranasuta setelah melihat Jalu masih dalam keadaan baik-baik saja. Dia tidak menyangka jika jurus andalannya tidak berakibat apapun terhadap pemuda tersebut. Padahal setahunya meski bisa ditahan jurus beracunnya itu tetap akan memberi dampak yang buruk."Apakah tidak ada jurus lain yang lebih berbahaya dari pada tadi?" cibir Jalu setalah berhenti beberapa langkah di depan Ki Pranasuta.Ketua perguruan Kelabang Hitam itu diam tak bisa berbicara. Suaranya seperti tercekat di tenggorokan tidak tahu harus bicara apa. Rasa malu dan sakit di pangkal lengannya bercampur menjadi satu."Kenapa kau diam saja, mana mulut besarmu yang kau banggakan tadi?"Jalu kemudian mencabut Peda
Read more
Cakar Elang Pemburu
Namun yang membuatnya heran, dia tidak merasakan adanya energi yang keluar dari tubuh pemuda tampan tersebut, tapi kenapa Ki Pranasuta sampai membawanya datang untuk membalas dendam?"Aku tidak ada urusan dengan permusuhan kalian berdua, jadi jangan sangkut pautkan masalah kalian itu denganku!"Ki Pranasuta terdiam malu. Tak disangkanya Jalu akan sampai berkata seperti itu kepada dia dan Sanjaya. Padahal dirinya sudah terlanjur senang bahwa dendamnya akan segera terbalaskan. Di sisi lain Sanjaya tersenyum mencibir ke arah Ki Pranasuta setelah mendengar sendiri jika kedatangan pendekar muda itu tidak bertujuan untuk balas dendam. "Perlu kau ketahui, kedatanganku kemari hanya ingin kau mengakui bahwa akulah penguasa dunia persilatan. Jika kau tidak mau tunduk kepadaku, maka kau dan perguruanmu akan kuhancurkan seperti halnya perguruan Kelabang Hitam yang hampir semua anggotanya mati di tanganku!" Jalu menyambung ucapannya.Sanjaya menahan napas sejenak. Benaknya berpikir keras mencern
Read more
Laporan Ayu Wulandari
Sanjaya yang mengetahui jurus terkuatnya tidak mampu melukai tubuh Jalu sedikitpun akhirnya ketakutan juga. Baru kali ini dia menemukan lawan yang kekuatannya tidak bisa diukurnya. Bukan tidak mungkin dalam beberapa tahun ke depan dunia persilatan akan benar-benar di bawah kendali pemuda tampan tersebut, pikirnya."Sialan, jurus terkuatku pun tidak mampu melukainya!"Sanjaya menelan ludah ketakutan. Sepasang bola matanya bergerak liar mencari jalan untuk selamat. Pandangan sudah terarah ke sana kemari mencari celah untuk melarikan diri Dia tidak peduli dengan rasa malu yang bakal didapatnya jika kabur dari tempat tersebut. Nyawanya jauh lebih penting dari pada sekedar harga diri yang terkoyak.Dalam satu kedipan mata tiba-tiba saja ketua perguruan Elang Putih itupun sudah berlari kencang dengan menggunakan ilmu meringankan tubuhnya.Namun usaha Sanjaya untuk kabur dari tempat itu tampaknya sia-sia saja. Jalu yang sudah mengetahui niat lelaki itu untuk kabur ternyata sudah mempersiapka
Read more
Menyerang Perguruan Pedang Tunggal
Jalu menoleh sedikit ke arah Ki Pranasuta. Raut wajahnya menunjukkan rasa tidak senang kepada lelaki yang berdiri di sampingnya itu. Sedetik berikutnya senyum terkulum sedikit mencibir tercetak di bibirnya."Jangan banyak bicara. Cepat habisi mereka!"Ki Pranasuta mengangguk. Ketua perguruan Kelabang Hitam itu berjalan maju selangkah demi selangkah sebelum secara tiba-tiba melepaskan serangan dadakan.Beberapa anggota perguruan Pedang Tunggal yang sudah bersiap mencoba sebisa mungkin bertahan dari serangan Ki Pranasuta. Mereka mencoba mengulur waktu sampai anggota lainnya keluar.Namun harapan itu hanya percuma saja. Ki Pranasuta tanpa belas kasihan menghabisi mereka dalam waktu yang begitu singkat.Setelah memastikan tidak ada satupun penjaga yang berhasil selamat, ketua perguruan Kelabang Hitam itu lantas beralih menatap pintu gerbang yang tertutup rapat. Namun sebelum dia menghancurkannya, pintu gerbang itu tiba-tiba terbuka dan muncul sesosok lelaki tua berpakaian serba putih dan
Read more
Cakar Tengkorak Batu
Serangan Ki Ageng Suryajaya menjadi lebih cepat dari sebelumnya. Dengan lebih dari separuh kekuatannya, dia yakin pemuda yang menjadi lawannya kali ini akan dibuatnya tidak berkutik. Namun sayangnya yang dia terima hanyalah rasa pahit karena serangannya masih bisa di imbangi Jalu.Sementara itu, Ki Pranasuta yang harus menghadapi seratus lebih anggota perguruan Pedang Tunggal harus dibuat kerepotan setengah mati. Meski lawan yang dihadapinya jika diukur dari kemampuan individu masih jauh di bawahnya, tapi karena jumlah mereka yang banyak dan memberi serangan dari semua sisi, mau tak mau dia harus menggunakan senjata pusakanya untuk melakukan perlawanan.Ada sedikit penyesalan di dalam batinnya ketika harus menghadapi begitu banyak lawan dalam satu waktu. Menurutnya dia lebih baik memilih bertarung melawan Ki Ageng Suryajaya meski kemampuannya sedikit di bawah ketua perguruan Pedang Tunggal tersebut.Selain itu, andai dia tidak berusaha memanfaatkan kekuatan Jalu untuk bisa turut serta
Read more
Langkah Angin
Adu kelincahan dan kecepatan pun terjadi. Jalu yang gerakannya seperti asal-asalan dan tidak terpola ternyata tidak kesulitan menghindari serangan Ki Ageng Suryajaya. Tapi gerakan ketua perguruan Pedang Tunggal yang semakin bertambah cepat hampir saja membabat leher Jalu andai pemuda itu tidak melakukan tangkisan. Jalu mengangkat lengannya dan menangkis sambaran cakar yang hampir membuat nyawanya melayang. Benturan di antara keduanya menimbulkan tubuh pemuda tampan itu terdorong mundur beberapa langkah.Ki Ageng Suryajaya menyeringai sambil berusaha memanfaatkan kesempatan bagus itu untuk bisa memasukkan serangannya. Dia terus mencecar Jalu dengan serangan demi serangan untuk membuka celah pertahanan lawan. Lelaki tua tersebut kemudian melompat seperti singa yang hendak menerkam mangsanya ketika melihat lawan sedikit lengah."Mati kau!"Jalu yang sudah terlanjur salah langkah dan gerakan terpaksa menggunakan perisai tak kasat mata untuk melindungi dadanya.Ketua perguruan Pedang Tun
Read more
Keraguan Nyi Sundari
Jalu menatap dingin titik ledakan yang baru saja terjadi. Helaan napasnya memburu kuat untuk melepas beban di dada.Di saat bersamaan, pertarungan yang terjadi antara Ki Pranasuta dengan anggota perguruan Pedang Tunggal ternyata berakhir dengan kematian dialami ketua perguruan Kelabang Hitam tersebut. Dia tidak mampu bertahan dari serangan yang terus membombardir pertahanannya.Melihat ketua mereka sudah tewas di tangan sang pendekar muda, anggota Perguruan Pedang Tunggal yang sebenarnya sudah kelelahan sehabis menghadapi perlawanan Ki Pranasuta memilih untuk menyerah. Mereka tidak mau mati secara sia-sia. Ketua perguruan Pedang Tunggal saja mati di tangan pendekar muda itu, apalagi mereka yang hanya berstatus anggota.Jalu berjalan mendekati sekitar tiga puluh anggota perguruan Pedang Tunggal yang tersisa. Tatapannya begitu dingin dan datar mengintimidasi sisi ketakutan yang terdalam dari orang-orang di depannya."Jika kalian tidak memilih untuk melawan dan mau mengakuiku sebagai yan
Read more
Perguruan Lembah Ular
Dua langkah Ayu Wulandari berjalan dan berhenti di samping ibunya. Pandangnya tertunduk ke bawah dan hanya sesekali melirik ke arah Jalu yang berada di depannya."Jadi begini, Ayu. Ibu harap kau jangan salah paham dengan Jalu. Dia memang sengaja ibu suruh untuk mengikutimu dari jauh. Entah kenapa ibu memiliki firasat yang tidak baik ketika kau memaksa untuk mencari bunga anggrek di hutan. Dan firasat ibu terbukti ketika Purnomo hendak memperkosamu, bukan?" Ayu Wulandari terdiam mendengar penjelasan dari ibunya. Dia merasa malu karena telah berburuk sangka dan menuduh Jalu yang tidak-tidak."Sekarang minta maaflah kepada Jalu. Ibu sangat yakin dia pemuda yang baik dan tidak memiliki niat buruk sedikitpun terhadapmu maupun kepada keluarga kita," lanjut Nyi Sundari sebelum kemudian memegang lengan putrinya."Tidak perlu, Bi, Ayu tidak perlu meminta maaf kepadaku," sela Jalu sebelum Ayu Wulandari menanggapi permintaan ibunya, "Aku tidak pernah merasa sakit hati dengan ucapan ataupun tin
Read more
Doa Ayu
Salah satu dari empat tetua di perguruan Lembah Ular itu mendengus geram sebelum kemudian berdiri dan menatap dua tetua lainnya. "Jika kalian mau membantuku menghabisi dia, maka akan kuberikan hadiah besar untuk kalian berdua." Kedua tetua lainnya saling berpandangan sebelum kemudian tersenyum lebar. "Kami pasti akan membantumu, Gandara. Terpenting kau bisa menyediakan gadis perawan untuk memuaskan hasrat kami berdua. Kau tahu sendiri jika hanya kau dan Singgih yang bebas bepergian keluar dari perguruan ini, sedangkan kami setiap hari hanya berkutat melatih anggota." ujar tetua yang bertubuh pendek kekar dan berkepala plontos. Di wajahnya terdapat bekas luka memanjang di bagian pipi kanan. "Kalau hanya itu permintaan kalian, aku akan bisa menyediakan berapapun gadis perawan yang kalian mau," jawab Gandara penuh dengan senyum kemenangan. Selain ingin menyingkirkan Singgih yang merupakan tetua pertama, dia juga ingin menyingkirkan Ny
Read more
Mitos
Selang beberapa saat lamanya menyegarkan tubuh dengan segarnya air sumur yang ditampung dalam bak mandi, Jalu pun kembali ke kamarnya untuk berganti pakaian. Tubuhnya sudah kembali segar dan pancaran aura di wajahnya juga begitu bersinar.Dengan langkah tegap, pemuda yang memiliki wajah tampan di atas rata-rata itu beranjak menuju ruang keluarga. Aji, Nyi Sundari dan Ayu Wulandari menatap takjub kehadiran Jalu yang berjalan mendekat. Meski berpakaian sederhana, tapi tetap saja aura yang dimunculkan pemuda tampan itu layaknya seorang bangsawan. "Duduklah!" kata Aji mempersilahkan. Jalu mengangguk dengan senyum terkembang di bibir. Dipandangnya sekilas Ayu Wulandari yang menatapnya tanpa berkedip sama sekali. Nyi Sundari menyenggol bahu suaminya. Senyum simpulnya tercetak seraya melirik ke arah putri mereka yang memperlihatkan rasa sukanya kepada Jalu. Aji turut mengulum senyum seraya mengangkat kedua alisnya. Dia juga mengetahui respon yang ditunjukkan Ayu Wulandari terhadap kedat
Read more
PREV
123456
...
10
DMCA.com Protection Status