Semua Bab PENDEKAR PULAU TENGKORAK : Bab 51 - Bab 60
98 Bab
Melawan Tiga Tetua
Ageng Wicaksono tampak tersenyum nyinyir dengan satu sudut bibir yang terangkat naik. Dia sadar menghadapi Dharmawangsa tidak akan semudah yang dibayangkan. Namun dengan pedang perak milik Dharmawangsa yang sekarang dikuasainya, dan juga dengan bantuan Nyi Saraswati, dia yakin mantan saudara seperguruannya itu pasti akan bisa dibunuhnya. "Jangan harap aku akan menyerahkan pedang perak ini kepadamu, Dharmawangsa. Selama kita berlatih di gunung Pesagi, aku merasakan ketidak adilan dilakukan guru terhadap kita berdua. Orang tua itu terlalu pilih kasih dan selalu menganggapku tidak memiliki bakat sebaik dirimu." "Bukankah memang begitu adanya, Ageng? Kau memang tidak memiliki bakat sebaik diriku, jadi wajar jika kau hanya dinomor duakan oleh guru." Dharmawangsa membalas ucapan Ageng Wicaksono. Dirasanya akan sulit untuk membuat adik seperguruannya itu sadar, sehingga menjatuhkan secara verbal pun perlu dilakukan untuk memancing emosi bekas temannya itu. "Dan perlu kau tahu, meski kau s
Baca selengkapnya
Bantuan yang Ditolak
Seusai berkata, Jalu memutar ganggang pedangnya setengah lingkaran dan kemudian bergerak cepat memberi serangan."Formasi Sarang Ular!" teriak Gandara.Ketika pemuda tampan itu datang mendekat, ketiga tetua perguruan Lembah Ular tersebut terlihat memisahkan diri dan melakukan serangan dari tiga sisi berbeda. Jalu kali ini dibuat kerepotan dengan formasi serangan berbeda yang digunakan ketiga lawannya. Dia terlihat sedikit kesulitan untuk memberikan tekanan dan menembus formasi serangan yang digunakan mereka bertiga.Perubahan posisi dari menyerang ke bertahan dan sebaliknya, mereka lakukan dengan cepat dan tepat. Beberapa serangan yang mereka bertiga lakukan bahkan bisa mengenai tubuh pendekar muda tersebut. Untungnya energi di dalam tubuhnya bereaksi dengan cepat menciptakan perisai untuk menghindarkan tubuh Jalu dari luka-luka.Mendapati dirinya kesulitan menembus pertahanan formasi lawan tidak membuat pemuda delapan belas tahun itu gentar, Jalu malah terus menyerang dengan menggun
Baca selengkapnya
Tewasnya Gandara
Meski serangan yang dilepaskan Gandara mengalami kegagalan, tapi serangan bergelombang yang mengincar nyawa Jalu tidak berhenti sampai di situ. Sumitra langsung mengayunkan pedangnya untuk menebas kepala pendekar muda itu, akan tetapi Jalu bisa menghindarinya dengan menarik tubuhnya ke bawah dan kemudian memberikan tendangan ke perut Sumitra Uuugh! Sumitra memekik ketika tendangan Jalu mengenai ulu hatinya dengan telak. Salah satu tetua di perguruan Lembah Ular itu tersurut ke belakang, lalu memegangi perutnya yang terasa nyeri. Bahkan untuk beberapa saat dia tidak bisa bernapas.Jalu tidak melepaskan kesempatan itu untuk menghabisi nyawa lawan, dia melompat beberapa langkah ke belakang lalu menyiapkan jurus Lidah Halilintar. Setelah itu pedangnya terangkat ke atas dan lantas menebaskannya dengan cepat ke arah Sumitra. Selarik sinar berwarna biru kemerahan keluar dari ujung bilah pedang halilintar, melesat menuju Sumitra yang masih memegangi perutnya. Beruntungnya Baruna tanggap,
Baca selengkapnya
Kesulitan
Selain ilmu kanuragan yang mumpuni, pengalaman Dharmawangsa yang cukup panjang di dunia persilatan tentu adalah modal terbaik untuk menghadapi kedua pendekar yang sedang mengeroyoknya. Serangan Nyi Saraswati semakin menggila. Dia merasa di atas angin dan merasa memiliki kesempatan untuk bisa menghajar, atau bahkan membunuh Dharmawangsa. Menurutnya kekuatan Dharmawangsa tidak sekuat yang diceritakan Ageng Wicaksono, itu terbukti dari kesulitannya Dharmawangsa menghadapi serangannya. Bahkan dia juga tidak member kesempatan kepada Ageng Wicaksono untuk membantunya. Di sisi lain, Dharmawangsa tersenyum dalam hati. Dilihatnya Nyi Saraswati selalu meninggalkan celah setiap kali menyerang. Namun dia masih belum bisa menyarangkan serangannya, karena tongkat di tangan ketua perguruan Lembah Ular itu terus bergerak membuka pertahanannya.Nyi Saraswati masih terus menyerang dengan membabi buta. Statusnya yang merupakan ketua perguruan aliran hitam memang tidak bisa disepelekan. Semua serangann
Baca selengkapnya
Bantuan untuk Dharmawangsa
"Bedebah! Di mana dia berada?" Ageng Wicaksono mengomel sendirian. Ditolehnya Nyi Saraswati yang juga tampak kebingungan mencari keberadaan Dharmawangsa yang menghilang tak berbekas. "Bagaimana kalian akan bisa mengalahkanku jika menemukan keberadaanku pun kalian tidak bisa?" Terdengar suara Dharmawangsa menggema dari seluruh penjuru. Ageng Wicaksono sampai menyipit dan mendongak melihat ke bagian atas pohon maupun atap rumah, tapi keberadaan bekas teman seperguruannya itu tidak bisa dia temukan. "Ilmu apa yang digunakan bedebah itu?" gumamnya kesal sambil terus mengedarkan pandangannya. Wajar saja Ageng Wicaksono kebingungan dengan ajian aneh yang saat ini dipertontonkan oleh Dharmawangsa, sebab selama dia dan bekas temannya itu berlatih di gunung Pesagi, tidak pernah sekalipun guru mereka berdua memberikan ajian menghilangkan tubuh. 'Atau jangan-jangan hanya Dharmawangsa saja yang diajari ajian itu dan aku tidak?' batinnya kesal. Di sisi lain, Dharmawangsa yang sebenarnya b
Baca selengkapnya
Jalu Vs Nyi Saraswati
Tanpa berpikir panjang Jalu pun melesat menuju titik pertarungan yang terjadi. Dia merasa Dharmawangsa membutuhkan bantuannya untuk segera menghabisi kedua lawan. "Apa kalian berdua tidak memiliki rasa malu sehingga sampai bermain keroyokan?" ejek Jalu selepas berada di dekat mereka bertiga yang masih bertarung sengit. Pertarungan itupun terhenti seketika. Ageng Wicaksono dan Nyi Saraswati menoleh ke belakang. Keduanya melihat sesosok lelaki muda berwajah tampan yang tengah menatap tajam. Nyi Saraswati mendengus. Sengaja dia melihat ke arah pertarungan para bawahannya yang ternyata sudah berakhir. Dan pendekar muda yang saat ini berada di dekat dirinya dan Ageng Wicaksono pastilah sudah menghabisi semua anggotanya Namun yang membuatnya heran, dia tidak merasakan adanya sedikitpun energi yang merembes keluar dari tubuh pemuda tersebut. Apakah dirinya yang tidak bisa merasakan, atau karena memang pemuda itu tidak memiliki tenaga dalam. Tapi jika tidak memiliki energi tenaga dalam
Baca selengkapnya
Jalu vs Nyi Saraswati 2
Nyi Saraswati terpental balik belasan langkah. Beruntung dia masih bisa menyeimbangkan tubuhnya hingga tidak sampai bergulingan di tanah. Kelopak matanya menyipit menatap kepulan asap hasil pertemuan dua energi yang menutupi pandangan. Rahangnya mengeras dengan genggaman tangan yang kuat di gagang tongkat hijaunya. Serasa sulit dipercaya jika dirinya sampai harus terpental balik cukup jauh ketika posisinya yang dalam keadaan menyerang. Logikanya, lawanlah yang minimal harus terdorong mundur, sebab dirinya sudah mengeluarkan sebagian besar tenaga dalamnya untuk sesegera mungkin bisa mengalahkan lawannya kali ini. Rasa penasarannya perlahan menjadi senyuman, ketika dia tidak merasakan adanya energi sedikitpun dari lawannya. 'Apa mungkin dia sudah tewas?' batin Nyi Saraswati bertanya-tanya. Dalam posisi masih tetap menatap kepulan asap yang tak kunjung menghilang, Nyi Saraswati melangkah maju. Namun, baru tiga langkah kakinya terayun, angin yang cukup kencang berhembus dan membawa k
Baca selengkapnya
Jalu vs Nyi Saraswati 2
Nyi Saraswati terpental balik belasan langkah. Beruntung dia masih bisa menyeimbangkan tubuhnya hingga tidak sampai bergulingan di tanah. Kelopak matanya menyipit menatap kepulan asap hasil pertemuan dua energi yang menutupi pandangan. Rahangnya mengeras dengan genggaman tangan yang kuat di gagang tongkat hijaunya. Serasa sulit dipercaya jika dirinya sampai harus terpental balik cukup jauh ketika posisinya yang dalam keadaan menyerang. Logikanya, lawanlah yang minimal harus terdorong mundur, sebab dirinya sudah mengeluarkan sebagian besar tenaga dalamnya untuk sesegera mungkin bisa mengalahkan lawannya kali ini. Rasa penasarannya perlahan menjadi senyuman, ketika dia tidak merasakan adanya energi sedikitpun dari lawannya. 'Apa mungkin dia sudah tewas?' batin Nyi Saraswati bertanya-tanya. Dalam posisi masih tetap menatap kepulan asap yang tak kunjung menghilang, Nyi Saraswati melangkah maju. Namun, baru tiga langkah kakinya terayun, angin yang cukup kencang berhembus dan membawa k
Baca selengkapnya
Ajian Racun Raja Lembah Ular
Kebingungan Nyi Saraswati semakin menjadi-jadi, tatkala ia melihat pertarungan yang terjadi antara Dharmawangsa melawan Ageng Wicaksono ternyata masih berlangsung seru. Bahkan Dharmawangsa sudah berhasil merebut Pedang Perak dari tangan Ageng Wicaksono dan mulai bisa mengendalikan pertarungan. Wanita ketua perguruan Lembah Ular yang sudah kehilangan cukup banyak tenaga dalam itu lantas merasakan adanya energi yang datang. Dan benar saja, ketika dia menoleh pandangannya, sosok pendekar muda yang menjadi lawannya telah melesat dengan kecepatan tinggi. Pendekar wanita yang harus berjuang sendiri membesarkan perguruan Lembah Ular pasca ditinggal mati suaminya itu lantas mengumpulkan sisa-sisa tenaga dalamnya. Ia merasa sudah saatnya untuk menggunakan jurus pamungkas yang belum sempat digunakannya selama pertarungan berlangsung. Dalam waktu relatif singkat, aura pekat berwarna hijau tua mengepul tebal keluar dari pori-pori di sekujur tubuh wanita tua itu. Tongkatnya yang kaku dan terpot
Baca selengkapnya
Dampak Buruk Jurus Beracun
Nyi Saraswati terkesiap. Refleksnya bekerja untuk menghindari ujung pedang yang sesaat lagi menembus batang lehernya. Namun rupanya pergerakan wanita tua itu terlambat sepersekian detik. Ujung Pedang Halilintar sudah menembus kerongkongannya hingga keluar dari belakang. Aaaakh! Pekikan menyayat hati keluar dari mulut Nyi Saraswati yang seketika bercucuran darah. Kedua bola mata Ketua perguruan Lembah Ular itu membelalak lebar menatap Dewa kematian yang tersenyum menyeringai ke arahnya. "Selamat datang di alam keabadian!" Jalu berucap pelan, kemudian menarik bilah pedangnya hingga lepas dari leher Nyi Saraswati. Wanita berjuluk Pendekar Ular Hijau itu tubuhnya terhuyung-huyung sambil kedua tangan memegangi lehernya yang sudah bersimbah darah. Untuk sesaat dia masih sempat berpikir jika pendekar muda yang berhasil membuatnya mengalami sakaratul maut itu kelak akan menguasai dunia persilatan. Tarikan napas Nyi Saraswati terasa berat akibat saluran pernapasannya yang terhambat darah
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
45678
...
10
DMCA.com Protection Status