Semua Bab Wanita Kedua: Bab 31 - Bab 40

44 Bab

Selesai?

Dru menimbang flashdisk yang ada di tangannya. Jantung pria itu berdegup dua kali lebih cepat dari seharusnya. Harapan besar tersemat pada benda kecil tersebut. Dia berharap semua tuduhan yang dilayangkan Fairuz bisa terbantahkan, sekaligus menjawab rasa penasarannya tentang sesuatu. Penjelasan Fairuz beberapa waktu yang lalu, mau tidak mau memantik rasa ingin tahunya. Jika benar keadaan Farah baik-baik saja beberapa jam sebelum dia tinggalkan, tidak mungkin wanita itu sesak napas secara tiba-tiba. Dru memejamkan mata, mencoba menggali ingatannya di hari terakhir menemui Farah. Masih teringat jelas di ruang mata bagaimana wanita tersebut menggapai sesuatu. Dru yang cemas gegas mendekat. Alih-alih Farah malah mencengkeram tangan sang pria dengan bibir komat-kamit ingin mengatakan sesuatu. Jika, memang murni karena komplikasi, tidak mungkin ekspresi Farah seperti orang ketakutan. Dru yang saat itu tak bisa berpikir jernih, tak menaruh curiga pada kata-kata terakhir Farah. Hempasan dau
Baca selengkapnya

Rasa Tak Bersambut

Seorang gadis menatap pantulan diri di dalam cermin. Dengan tinggi semampai, sedang mengenakan baju pengantin berwarna putih tulang, terlihat sangat indah melekat di tubuhnya. Hijab yang dia kenakan pun menambah anggunnya pesona seorang Nazeela Sahara.Harusnya hari ini adalah momentum di mana seorang gadis akan menangis bahagia. Karena purna sudah menempuh perjalanan sendirian. Seorang pria akan mengambil tanggung jawab atas dirinya. Menuntun dan menjadi pelindung hingga ajal menjemput. Nyatanya, malah kesedihan menusuk dada yang dirasakan Nazeela. Air matanya tak berhenti berderai sejak tadi. Pria gemulai yang menjadi penata riasnya berkali-kali berdecak kesal karena harus memperbaiki riasan gadis tersebut. Namun, Nazeela tak memedulikan. Biar saja bulir bening itu keluar. Bukankah dia sendiri yang telah memutuskan jalan ini? Bukankah dia telah mengikhlaskan hati menerima garis takdir yang tak sesuai dengan kehendaknya? Dan dia tidak akan pernah menyesali keputusannya. Tangis itu
Baca selengkapnya

Tak Mengira

Para tamu undangan memenuhi ballroom hotel yang telah disulap menjadi tempat resepsi pernikahan Fairuz. Kebanyakan dari mereka adalah pengusaha, sosialita, dan para selebriti yang memang berada dalam naungan perusahaan pria tersebut.Aneka bunga warna-warni yang sengaja dipesan dari luar negeri terlihat mendominasi sudut ruangan. Alunan musik dari grup terkenal turut menyemarakkan resepsi itu. Tampak di atas pelaminan dua orang yang baru saja menikah menerima ucapan selamat dari para tamu. Wajah yang pengantin wanita terlihat sangat ceria. Seolah purnama telah pindah cahayanya ke sana. Berbanding terbalik dengan raut sang pengantin pria. Ekspresinya begitu datar, sesekali senyum palsu dia ukir di bibir saat bersalam dengan tamu undangan.Mata pria itu liar menyapu sesisi ruangan. Akan tetapi, manik matanya tak menangkap sosok yang dia cari. Entah mengapa ada resah yang tiba-tiba menusuk dadanya. Semacam perasaan bersalah yang teramat dalam. Mungkin saat ini almarhum Farah tengah mengu
Baca selengkapnya

Aku Istrimu

Nazeela menunduk ketika Fairuz berjalan mendekatinya. Gadis itu meremas jemari di pangkuan dengan perasaan gugup memenuhi rongga dadanya. Benak gadis yang masih mengenakan hijab itu bertanya-tanya, ada apa gerangan pria itu mendatanginya. Bukankah seharusnya dia bersama Kinaya?"Kamu tau siapa yang datang kepernikahanku?" Fairuz berdiri menjulang di hadapan Nazeela. Gadis itu menggeleng pelan, membuat Fairuz gemas sendiri. "Aku bicara padamu, Nazeela Sahara," ujarnya dengan nada ketus.Nazeela terpaksa mengangkat pandangannya, hingga sorot keduanya bertemu. Manik berselaput bening itu memaku mata Fairuz. Ada gelegar asing yang merayap pelan di dinding hati, membuat dada pria itu berdebar-debar. Harus Fairuz akui dia mulai terpengaruh dengan kehadiran Nazeela. Gadis itu dengan kesederhanaan dan ketegarannya, justru membuat hatinya perlahan terpikat."Wajah Bang Fairuz kenapa?" Pertanyaan Nazeela membuyarkan lamunan Fairuz. Pria itu menyentuh pipinya yang terasa sakit karena pukulan D
Baca selengkapnya

Bertemu

Nazeela baru saja menyimpan mukenanya ke dalam lemari. Dia kemudian membuka jendela kamar dan menghirup udara segar di pagi hari. Bibir gadis itu mengulas senyum. Matanya dimanjakan warna hijau yang terhampar luas dibawah sana. Kamarnya yang berada di lantai dua, membuatnya bebas mengamati apa saja yang bisa ditangkap oleh mata. Sisa hujan semalam menggantung di ujung daun bunga-bunga krisan. Mendung masih setia bergelayut di langit. Dia tak hirau dengan sang surya yang mulai merangkak naik.Puas mengamati menatap keluar kamar, Nazeela memilih membersihkan diri agar pikirannya kembali tenang. Semalam gadis itu tak bisa memejamkan mata. Satu minggu setelah pernikahannya, ucapan Fairuz menggema di gendang telinganya. Benarkah pria itu bertengkar dengan Dru? Tapi kenapa? Apakah ...?Nazeela tersenyum getir dengan pemikirannya sendiri. Mana mungkin pria yang sudah dia sakiti itu bertengkar karenanya. Siapalah dia, hanya seorang gadis yang tidak beruntung, yang pasrah menjalani takdir yang
Baca selengkapnya

Aku Jatuh Cinta?

Fairuz mengabaikan laporan keuangan di atas meja. Satu minggu lebih pria itu tak pulang ke rumahnya dan memilih tidurdi apartemen atau rumah yang dia belikan untuk Kinaya. Bayang-bayang wajah Nazeela selalu menghantuinya. Tangan pria itu mengusap bibirnya yang pernah tersentuh tangan gadis tersebut. Tanpa sadar bibirnya mengulas senyum. Benaknya tanpa diperintah mengingat kembali betapa lembutnya jemari itu menyentuh kulitnya. Sinar kecemasan terbias di sorot matanya, dan semua kata-kata Nazeela berputar-putar seperti kaset di kepalanya."Abang adalah suamiku. Sejak seorang pria mengucap akad dengan namaku, sejak itulah diamenjadi ladang pahalaku. Ridhomu adalah ridho Tuhan. Suami adalah junjungan yang harus dihormati dan dipatuhi."Darah Fairuz berdesir kala mengingat untaian kata-kata indah tersebut. Tak bisa dipungkiri hati pria itu mengembang bahagia. Meski masih sangat muda, tetapi pemahaman Nazeela tentang adap seorang istri kepada suami patut diacungi jempol. Gadis itu begitu l
Baca selengkapnya

Kesepakatan

Debur ombak terdengar nyaring mengetuk gendang telinga. Kokohnya batu karang begitu sabar menghadang laju air laut mengikis pasir di tepi pantai. Burung-burung camar terlihat terbang berputar-putar, lalu memukik ketika melihat sekumpulan ikan.Fairuz yang asyik menikmati keindahan laut di sore hari, menoleh ketika suara gesekan kursi terdengar di belakangnya. Matanya menangkap sosok Dru yang baru saja duduk bersedekap, seraya menatap ke arahnya lekat. Lebam yang membiru di wajah pria tersebut terlihat samar, membuat Fairuz tersenyum puas. Hasil karya mampu meninggalkan jejak berhari -hari."Untuk apa kau mengundangku?" tanya Dru dengan raut datar. Fairuz berjalan mendekat, lalu duduk di depan Dru. Tangannya memberi isyarat agar pelayan restoran mendekat. Pria itu memesan kopi untuknya dan Dru. Tak ada makanan yang mereka pesan terlihat sekali keduanya tak ingin berbasa-basi."Aku ingin kau menyerahkan diri ke polisi," pinta Fairuz tiba-tiba.Dahi Dru berkerut dengan wajah bingung. "K
Baca selengkapnya

Bertekuk Lutut

Fairuz terlalu asyik mengamati pergerakan Nazeela dari balkon kamarnya. Jemari gadis tersebut sangat lincah membenahi bunga-bunga hias yang ditanam di halaman samping rumah. Bunga krisan, mawar, dan anggrek dengan aneka macam warna terlihat sangat terawat sejak gadis itu tinggal di rumahnya. Koleksi bunga almarhum Farah semakin semarak di tangan Nazeela.Sejak pertemuannya dengan Dru, hati Fairuz tak pernah tenang. Permintaan pria tersebut memantul-mantul di gendang telinga. Entah mengapa, ada bagian dirinya yang tak rela dengan kesepakatan yang keduanya buat. Kehadiran Nazeela di rumahnya membawa atmosfir baru. Mendung yang sempat melingkupi bagunan mewah berlantai dua itu, perlahan memudar. Ada kesejukan mengisi relung Fairuz yang kerontang karena kepergian sang istri, saat suara gadis berlesung pipit itu begitu merdu membaca ayat-ayat suci. Bahkan pria itu seolah tak mau menjauh dari sosok Nazeela, meski dia tetap memperlihatkan sikap ketus dan menjaga jarak. Namun, tak sekali pun
Baca selengkapnya

Kalap

Suara merdu penyanyi pop Indonesia mengalun merdu memenuhi gendang telinga Kinaya. Wanita itu asyik mengamati anak muda yang menghabiskan sore di cafe yang terkenal cozy dan unik. Mereka bersantai di bagian luar cafe yang dipasangi payung besar berwarna merah. Terdapat meja dan kursi dengan bentuk yang sama, tetapi dengan tinggi yang berbeda. Mereka tertawa dan saling bercanda, seolah tak pernah ada masalah. Ada juga yang tengah bercengkerama dengan kekasihnya. Melihat pemandangan itu, Kinaya tersenyum getir. Sejak remaja dia hanya mengenal satu cinta dan itu adalah untuk Fairuz. Pria tersebut yang menanamkan rindu, gelisah, dan cemburu ke dalam dadanya. Tak pernah berpaling menatap pria lain, meski mereka berlomba -lomba mencari perhatiannya.Namun, kenyataan memaksa Kinaya berlapang dada, saat pria yang dia cintai akhirnya memilih Farah sebagai istri. Setahun dia terpuruk karena patah hati. Dia tak punya daya untuk melanjutkan hidup, sebab pria yang dia cintai tak pernah melihat
Baca selengkapnya

Berkorban Lagi

"Kerjamu bagus. Terima kasih."Dru memutuskan sambungan telepon setelah seseorang di seberang sana menjawab. Dia lalu menimang amplop coklat yang baru saja diantar oleh kurir. Dua bulan menyelidiki siapa dalang di balik pembunuhan Farah, akhirnya semua akan terjawab hari ini.Pria itu membayar seorang detektif handal untuk menyelidiki seorang wanita yang dia curigai sebagai pelaku. Akan tetapi, di tengah penyelidikan ditemukan fakta baru yang tak kalah mengejutkan. Dru bahkan meminta sang detektif untuk menyelidiki lebih dalam. Dia tak mau salah menjebloskan orang yang tak bersalah.Namun, justru fakta lain semakin membuat tuduhan yang awalnya mengarah pada orang lain, berbalik arah kepada orang tersebut. Dru shock! Ingin dia tidak mempercayai semua itu, tetapi semua bukti dan fakta menuding dengan sangat jelas. Dia dilema. Haruskah membuka tabir kematian Farah dan mendapatkan Nazeela? Atau membiarkan semua tetap menjadi rahasia agar hidup sang pelaku tenang menikmati masa tuanya. Na
Baca selengkapnya
Sebelumnya
12345
DMCA.com Protection Status