Semua Bab Roh Dewa Perang: Bab 51 - Bab 60
99 Bab
Ratu Langit
Dewi Bunga Ambaramurni sedang menyiram taman bunga miliknya. Di langit tempatnya tinggal kini terasa sepi sejak Arsa tak ada lagi di sana. Ia tahu Arsa sedang mengembara, dan Dewi Ambar akan menunggu sang pujaan hati kembali serta menagih janjinya sebagai selir nanti. “Aku terlalu berharap padanya, tapi kalau tidak dengan dia aku tak mau dengan siapa pun.” Dewi Ambar memetik bunga yang sudah layu, ia embuskan di udara dan menjadi debu. Namun, debu itu wangi dan menyerap ke dalam sutra miliknya. Setiap kematian bunga akan kembali padanya. Itu sebabnya Dewi Ambar menjadi salah satu yang paling cantik di langit melebihi Dewi Hara sekali pun. “Kau masih saja di sini termenung, apa tidak bosan?” Mahadewi Senandika—Ratu kerajaan langit datang mengunjungi keponakannya. “Tentu tidak, Yang Mulia Ratu, dari sini aku bisa memandang aula mereka, hanya dengan cara itu aku bisa mengingat terus Dewa Arsa.” Dewi Ambar berbalik dan memberi hormat pada bibinya selaku penguasa kedua di langit. “Amb
Baca selengkapnya
Dua Binatang Buas
Prajurit di bawah perintah Pangeran Charles memaksa masuk ke kamar. Keributan yang akhirnya terdengar oleh sang ratu dan wanita itu memutuskan tak ikut campur dengan urusan putranya. Semua prajurit yang sudah sampai berbaris. Mereka menarik selongsong senapan dan mengisinya dengan peluru. Arsa dan Kalira menunggu apa yang akan terjadi. Senjata itu termasuk baru di mata sang dewa perang. “Aku akan mati sekarang, tahu begini aku tak akan menerima tawaran pangeran bedebah itu.” Lira menarik napas panjang. “Benda apa itu?” tanya Arsa yang masuk dalam tubuh salah satu prajurit. “Itu senapan, untuk membunuh kita, sekali tembak tubuh kita bolong dibuatnya. Kau ini sebenarnya siapa?” Terheran gadis itu ada yang tak tahu apa senapan. “Oh, seperti pisau dan pedang.” “Ini lebih cepat lagi, kau belum tahu saja dengan meriam. Kenapalah yang melidungiku justru prajurit lemah sepertimu.” Lira kecewa, ia belum tahu siapa sebenarnya Arsa. “Tembak!” perintah salah satu prajurit. Dor! Satu temb
Baca selengkapnya
Dewi Anjasmara
“Aku tak mengerti apa yang terjadi, tapi mengapa ada dua binatang buas harus berkelahi di depanku,” gumam Lira yang bersembunyi di balik pohon besar. Ada serigala dan harimau yang ukurannya tak masuk akal serta mampu membuat tanah di sekitar gadis itu bergetar kuat. Pangeran Charles yang baru saja terlempar dan jatuh ke tanah, akhirnya sadar dan lagi-lagi tanpa pakaian. Lira yang melihat lantas berpindah tempat begitu saja. “Mataku ternoda melihat hal-hal yang tidak aku inginkan.” Gadis dengan rambut plontos itu tak menghiraukan pertarungan besar antara serigala dan harimau. Justru ia tak mau didekati Pangeran Charles yagn kali ini benar-benar bergantung padanya. “Tolong,” ucap Charles dengan tubuh tanpa sehelai benang pun. “Ih, astaga, pergi kau sana, menjijikkan sekali, dasar tak tahu malu.” Lira berpindah dari satu pohon lagi. Gadis tersebut berlari dan melewati tubuh seekor harimau yang sedang melompat dan menerjang seekor serigala. Charles tak menyerah dan terus mengikuti L
Baca selengkapnya
Mengigau
Dewi Anjas masuk ke dalam ruangan tempat ia menyimpan obat-obatan. Ia tahu apa yang harus dilakukan pada lelaki berjubah hitam tersebut. Hanya saja Anjas jadi terdiam sejenak. “Apakah Arsa baik-baik saja? Kalau perisai ini lemah bukankah artinya dia terluka?” gumamnya ketika menemukan obat yang dicari. “Ah, nanti saja aku cari tahu bagaimana keadaan Arsa, sudah lama sekali aku tak bertemu dengan mereka, Hara juga. Apa kabar mereka, ya?” Dewi Anjasmara masuk ke dalam kamar di mana Kuwara berbaring tanpa bergerak sama sekali. Tanda hitam di tubuh raja iblis itu hampir menghancurkan lambungnya. Dengan cepat Dewi Anjas memaksa pil masuk ke dalam tenggorokan Kuwara. Awalnya ditolak dan keluar lagi. Kemudian dengan tenaga dalam milik Anjas pil itu tertelan oleh raja iblis. “Aku yakin yang menyerangmu juga bukan dewa sembarangan. Terserahlah, itu urusan kalian, aku hanya menolong yang di depan mataku saja. Nanti tanda hitam ini akan hilang pelan-pelan, serta napas dan peredaran darahmu a
Baca selengkapnya
Ratu yang Keji
Kuwara telah membaik, tubuhnya tak lagi menghitam setelah Dewi Anjas menolongnya dari ambang maut. Seharusnya dia berterima kasih, etikanya begitu pada sesama dewa. Namun, sudah sejak lama Kuwara tak menjadi dewa. Ia terusir dari kerajaan langit karena fitnah yang lain juga. “Jadi Dewi itu tadi temannya Arsa.” Kuwara bangun dan memakai jubahnya. Kediaman Dewi Anjas kini tak ubahnya seperti sarang iblis. Hawa hitam pekat di mana-mana dan kekejian begitu tergambar jelas. “Benar, Tuan, tapi dia juga yang menolongmu.” Reksi datang menyambut kembali tuannya. “Dan sekarang dia turun menolong Arsa, bukan? Menolong Arsa sama saja mengobarkan peperangan padaku.” “Tuan, dia hanya seorang dewi biasa. Ilmunya tidak akan sebanding denganmu.” “Reksi, kau masih terlalu muda. Jangan menilai seseorang yang biasa-biasa saja tidak berbahaya. Justru dewi seperti dia akan membuat Arsa kuat. Persahabatan yang terjalin begitu lama tidak akan goyah karna harta dan takhta.” “Jadi, apa yang akan Tuan la
Baca selengkapnya
Warna Rambut
Ratu Marry berduka atas tewasnya Charles di tangan lelaki asing. Sang ratu meratapi jasad anaknya yang mati dengan mata terbuka. Kematian pangeran menjadi bukti bahwa Arsa tak main-main dengan siapa pun yang menyakiti pecahan arwah Dewi Hara. “Dia ini aku lihat kadang kejam, tapi tak pernah aku lihat berbuat baik,” ucap Lira dari balik dinding. Permasalahan tidak berhenti di sana saja. Ratu Marry menjerit dan meminta siapa saja untuk membunuh dewa perang yang masih berdiri dengan angkuhnya. “Siapa pun yang bisa membunuhnya akan aku berikan kedudukan sebagai perdana menteri.” Terang saja tawaran menggiurkan itu langsung disambut para kesatria. Bahkan mereka mengeluarkan senjata termasuk prajurit masing-masing. Meriam, bedil, bom, granat, dalam sekejap mata telah sampai di depan mata Arsa. “Yang Mulia Ratu, ayo, kita menyingkir dulu. Bisa mati kita di tengah peperangan.” Dua orang pelayan menarik paksa tubuh Ratu Marry. Sedangkan Charles tak dipedulikan. Semua bisa menilai bahwa A
Baca selengkapnya
Ratu yang Baik
“Ini aku?” Lira memandang dirinya di depan cermin. Ia tampak sangat anggun dan layak menjadi seorang ratu. Itulah rencana Arsa pada salah satu pecahan arwah Hara. “Iya, kau terlihat sama dengannya.” Mata kuning dewa perang itu bahkan tak berkedip memandang saking rindunya pada Hara yang dulu. “Dengan siapa? Hara? Dia siapamu?” Lira mendekat, Arsa mundur karena terlalu gugup. “Berhenti di sana. Suatu hari nanti kau akan tahu siapa Hara. Kau sudah cukup cantik dan kau siap untuk hari ini?” Lelaki tegap dan kekar itu memegang jantungnya yang berdegup kencang. Tidak bisa dibiarkan, Lira terlalu sama persis dengan Dewi Hara. “Untuk apa?” Lira sama sekali tak diberi tahu apa rencana Arsa. “Maaf, Tuan dan Nyonya, tapi semua orang penting termasuk para orang suci telah menunggu di aula. Mereka menanti kedatangan kalian berdua.” Seorang pelayan datang dan berbicara dengan menunduk. Begitulah etika berbicara dengan seorang penguasa, dengan dewa lebih jauh lagi harus disembah. “Baik, kami
Baca selengkapnya
Armada Angkatan Laut
Suara ketukan di pintu membuat Ratu Lira bangun dari tidurnya. Gadis itu lekas bangkit dari ranjang dan membuka pintu. Beberapa pelayan datang membawakan air cuci muka untuknya. “Mana dia?” tanya Lira pada pelayan. “Dia siapa, Yang Mulia Ratu.” “Itu, Dewa Arsa, lelaki yang dari kemarin ada bersamaku,” tunjuk Lira di tempat Arsa berbaring di sisinya kemarin malam. “Maaf, Ratuku, tapi kami tidak tahu apa-apa soal itu. Pintu kamar tertutup rapat dan kami tidak ada yang berani masuk. Sekarang ganti baju tidur dengan yang ini. Kita memiliki jadwal untuk bertemu dengan perdana menteri beserta jajarannya. Kau harus terlihat cantik dan memukau, Yang Mulia.” “Haa, perdana menteri serta jajarannya. Aku harus tampil cantik. Tunggu dulu, tapi dia di mana, aku tak bisa kalau tak ada dia.” Lira bahkan mencari di bawah kolong ranjang, dalam lemari serta di balik tirai jendela. Tapi dewa perang itu memang sedang tidak ada di tempat. “Yang Mulia, kita kehabisan waktu nanti. Sebaiknya cepat, dan
Baca selengkapnya
Petunjuk
“Tuan, kau di sini.” Ratu Lira bangun agak sedikit kaget ketika Arsa memperhatikannya dengan tatapan sendu. “Iya, aku di sini belum berencana pergi,” jawab dewa perang itu sembari menyembunyikan pedangnya. “Pergi, pergi ke mana?” Lira sangka lelaki dengan bola mata kuning itu akan menemani dirinya sampai kapan pun. “Nanti, tiba saatnya aku akan pergi, tenanglah aku belum dipanggil.” Hanya jawaban oh saja yang bisa Lira berikan. Lagi pula siapa dia yang bisa mencegah seseorang pergi, begitu pikir Lira. Hari masih larut malam ketika Arsa kembali dari tengah laut. Lelaki itu berpikir keras, satu tahun lebih sudah perjalanan yang ia tempuh dan baru empat pecahan arwah yang ia temukan. Sisa tiga lagi dan tak tahu kapan akan selesai. Waktu terus berjalan ke depan tanpa peduli dengan rasa lelahnya. Iya, dewa juga perlu tenang dan istirahat sejenak. Arsa memejamkan mata dan tertidur di kursi goyang milik sang ratu. Lira bangkit dan menggerakkan lima jemarinya di wajah Arsa. Tidak ada r
Baca selengkapnya
Bunga yang Mekar
Lira terbangun di atas ranjang dengah tubuh tertutup selimut. Iya, tadi malam mereka berdua melewati malam penuh romansa setelah Ratu Lira benar-benar terpesona oleh seorang dewa. “Apakah dia pergi begitu saja tanpa bicara padaku?” Lira tak mau ditinggal tanpa pesan oleh Arsa walau ia tahu lelaki itu akan tetap pergi. Pintu kamarnya diketuk, kalang kabut sang ratu menggunakan pakaian agar tak diketahui para pelayan apa yang telah ia lalui berdua bersama Arsa tadi malam. Meski secara umum orang-orang sudah tahu kedekatan mereka dan tak mungkin tak terjadi sesuat, tetap saja Lira malu. “Ehm.” Tepat waktu Lira memakai semua bajunya ketika pelayan masuk. Kakinya menutupi pakaian dalam yang tak sempat ia gunakan. “Yang Mulia Ratu, hari ini engkau akan mandi dengan aroma bunga apa?” tanya pelayan. Hidung Lira mencium aroma yang tidak sedap.“Kau sendiri sudah mandi?” tanya balik sang ratu. Para pelayan itu hanya menggeleng saja. Sudah tradisi turun temurun para raja, ratu, bangsawan, k
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
45678
...
10
DMCA.com Protection Status