All Chapters of Menantuku Selalu Diam Di Kamar : Chapter 51 - Chapter 60
66 Chapters
Bab 51
"Alhamdulillah, ya Bu, ternyata Mbak Risma mau menerima perasaannya Mas Roni.""Iya, Reno, Ibu juga merasa bersyukur," sahutku."Bu, aku lapar, Ibu tadi sudah masak kan ya, kita makan aja yuk, Bu!" ajak Reno."Apa tidak sebaiknya kita ajak Mas Roni dan Mbak Risma untuk makan bareng," tanyaku."Tapi sepertinya mereka sedang saling mengungkapkan isi hati mereka, Bu. Nanti kalau Reno ajak mereka makan bareng, malah Reno seakan mengganggu momen mereka lagi.""Ya sudah, kalau begitu kita makan duluan. Biar mereka berdua nanti menyusul," ujarku.Setelah itu kami berdua pun langsung mengambil piring, kemudian mengambil nasi serta lauk pauknya, lalu kami pun makan bersama, di meja makan yang ada di hadapan kami."Ibu, Reno, kok kalian makan nggak ngajak-ngajak kami sih! Tega banget kalian berdua tidak menawari kami," tegur Roni ketika ia datang menghampiri kami yang datang bersama Neng Risma."Maaf, Mas, kami memang sengaja tidak mengajak kalian makan bareng. Soalnya tadi itu kalian sedang
Read more
Bab 52
"Iya, Bu, Reno juga mendengar katanya ada maling. Ya sudah, ayo kita lihat siapa malingnya? Sepertinya sudah tertangkap," ajak Reno.Aku dan Reno pun akhirnya keluar rumah untuk melihat apa yang sebenarnya terjadi di luar sana. Sudah banyak sekali orang yang berkumpul di pekarangan, baik perempuan dan juga laki-laki. Mereka saling berdesakan, mengerumuni seseorang yang aku kira dianggap sebagai malingnya.Suara orang-orang begitu riuh rendah mengatakan hal-hal yang kotor. Mereka memaki, mencaci orang yang dianggap sebagai maling tersebut. Aku pun begitu penasaran dan ingin tahu siapa orang tersebut. Apakah dia itu perempuan, ataukah laki-laki?Karena aku sama sekali tidak dapat melihat, siapa orang yang dianggap maling tersebut. Orang yang dianggap maling ini tertutup oleh orang-orang yang tadi mengejarnya. Aku pun bertanya dan terus berjalan dan memangkas jarak menuju kerumunan warga."Bu ... Bu Sari, ada apa ini, kok rame-rame di depan rumahku?" tanyaku kepada Bu Sari, yang kebetula
Read more
Bab 53
"Bos, ternyata apa yang dikatakan Pak Romli itu benar, kalau perempuan yang tadi itu hanyalah seorang penipu. Karena aku mencari kemana-mana pun sudah tidak ada di tempatnya. Kalau memang benar perempuan itu yang telah dicuri barangnya oleh Mas Romli, pasti sampai sekarang ia masih akan ada di tempat tadi. Tapi ini malah hilang ditelan bumi," ungkap Anto yang merupakan suruhan Pak Wiryo."Kurang ajar perempuan itu, ia telah berani berulah di daerahku! Lihat saja nanti, jika ia kembali ke daerah ini, maka aku yang akan menghabisinya!" Pak Wiryo berkata dengan begitu emosi, sampai-sampai giginya terdengar gemelutuk karena menahan amarah.Setelah itu para warga pun langsung meminta maaf kepada Mas Romli, mereka benar-benar meminta maaf karena telah gegabah dalam bertindak. Mas Romli memaafkan mereka, ia menganggap kalau semua itu adalah sebuah teguran baginya.Kemudian para warga pun berbondong-bondong pergi meninggalkan pekarangan rumah untuk balik ke rumahnya masing-masing. Mereka pun
Read more
Bab 54
"Tadi Bapak dihajar warga, Mas. Ia dituduh sebagai pencuri oleh seorang perempuan dan ternyata perempuan itu hanya membalikan fakta. Karena ternyata perempuan itu seorang pencopet, yang akan mencopet dompet Bapak," terang Reno."Apa, Reno, Bapak dihajar warga? Kok berani-beraninya mereka main hakim sendiri, tanpa menyelidiki kesalahannya terlebih dahulu. Terus siapa saja mereka itu, Reno?" tanya Roni.Ia bertanya penuh penekanan, serta dengan begitu emosi."Banyakan, Mas, hampir semua Warga dari sebelah timur mengejar dan menghajar Bapak hingga seperti ini. Termasuk Pak Wiryo dan anak buahnya," sahut Reno."Terus kamu sudah melaporkan semua ini kepada pihak yang berwajib belum," tanya Roni."Tidak, Mas, tidak dilaporkan ke polisi," jawab Reno, sambil terus mengobati Mas Romli.Wajah Roni berubah drastis, saat Reno mengatakan tidak melapor polisi."Lho ... kok kamu diam saja sih, Reno! Bapak kita dihajar sampai seperti ini, kenapa kamu tidak melaporkan kepada polisi. Aku tidak habis p
Read more
Bab 55
"Iya, benar, apa ada yang bisa saya bantu?" Security tersebut balik bertanya."Oh iya, Pak, kebetulan kami disuruh beliau untuk datang ke kantornya hari ini. Apa beliau sudah datang atau belum ya," tanya Roni lagi, setelah memberitahu maksud dan tujuan kami datang kemari.Ia menceritakan garis besarnya kepada security tesebut, bagaimana kami bisa berada di tempat ini."Oh ... ini, Pak Roni dan keluarga ya?" tanya balik Security."Benar, Pak, kok Bapak tau siapa kami?" tanya Roni lagi."Iya, Pak Romli sudah berpesan, jika Pak Roni dan keluarganya datang, diminta langsung masuk keruangannya. Kalau begitu, Bapak dan keluarga langsung masuk saja. Pak Romli sudah menunggu di ruangannya," ujar security tersebut.Ia mempersilakan kami untuk segera masuk, padahal kami tidak tahu ruangan Mas Romli di mana."Oh iya, Pak, apa Bapak bisa tidak menunjukan ruangan Pak Romli?" "Bisa, Pak, ayo saya antar," ajak Security tersebut."Terima kasih ya, Pak," ucap kami serentak."Sama-sama,Kemudian kami
Read more
Bab 56
Aku terpaksa bertanya demikian, sebab takut terjadi sesuatu hal yang tidak diinginkan nantinya. Aku takut, jika nanti istrinya Mas Romli akan mempermasalah, dengan apa yang telah diberikan oleh Mas Romli terhadap anak-anakku."Sudahlah, Reni, kamu nggak usah khawatir. Toh semua ini juga bukan dari hasil perusahaannya kok, lagian aku juga baru nyadar sekarang, kalau dia itu tenyata salah. Karena selama ini dia yang selalu melarangku untuk tidak memberikan nafkah kepada kedua anakku. Kini aku menyesal karena telah menuruti semua perkataan istriku, semua aku lakukan hanya demi kedudukan dan kekayaan. Kini aku mengakui, kalau dulu aku begitu bodoh, Reni. Aku tidak pernah bersikap tegas, sehingga aku selalu dimanfaatkan oleh keluarga istriku," papar Mas Romli panjang lebar menceritakan kejelekan keluarga istrinya. Ia pun berhenti berbicara sejenak, kemudian ia kembali bicara, "asal kamu tau, Reni, aku itu di paksa menjadi Bapak dari anak yang dikandungnya dari pria lain. Setelah lahir, a
Read more
Bab 57
"Itu, Bu, Reno, aku sekelebatan seperti melihat Wati dan Mama Papanya sedang jalan kaki sambil membawa koper. Lagian jalan ini kan memang dekat dengan rumah Wati. Reno kamu jaga Ibu ya, tunggu sebentar aku mau nyamperin mereka dulu." Roni menjawab pertanyaanku dan juga Reno, kenudian ia juga memarkirkan mobilnya.Setelah itu ia membuka selt belnya, lalu keluar dari mobil tanpa menunggu. Aku dan Reno pun hanya melongo melihatnapa yabg dilakukan anakku, sambil memperhatikan kepergian anak sulungku itu.Roni ternyata malah menyebrang jalan, entah mau pergi kemana dia itu. Mataku pun terus awas memperhatikan punggung anakku, yang makin lama tidak terlihat lagi sebab terhalang hilir mudik kendaraan yang padat. "Reno, kakakmu mau pergi kemana sih, kok maen pergi-pergi aja?" tanyaku."Aku juga nggak tau, Bu, katanya tadi dia melihat Mbak Wati dan keluarganya jalan kaki. Mungkin dia mau menemui mantan istrinya tersebut," sahut Reno."Ibu heran sama Roni, kenapa dia masih peduli sih sama
Read more
Bab 58
"Aku dan keluargaku telah tertipu, Bu. Mungkin semua ini terjadi sebagai teguran, terutama untukku karena selama ini aku selalu menghina dan merendahkan Ibu dan juga keluarga Ibu. Kini kami sudah tidak punya apa-apa lagi, semuanya habis seketika hingga tak bersisa. Rumah, perusahaan Papa dan semua aset sudah di sita oleh pihak Bank. Kami sekarang jatuh miskin, Bu," terang Wati."Innalilahi ... kok bisa sih, Wati, memangnya kenapa? Kenapa semuanya disita pihak Bank?" tanyaku lagi.Wati pun menjelaskan semuanya, jika ia dan keluarganya telah tertipu oleh Bapak dari janin yang sedang dikandungnya yang bernama Faisal. Ternyata pria yang kini telah berstatus suaminya Wati itu seorang penipu kelas kakap. Ia sudah sering menipu orang-orang kaya dan bukan cuma Wati dan keluarganya yang menjadi korban. Tapi ternyata juga sudah banyak perempuan yang menjadi korban Faisal tersebut. Bahkan diantara mereka, katanya rata-rata sudah pernah ditiduri oleh Faisal.Tapi hanya Wati yang sampai hamil da
Read more
Bab 59
Aku pun menengok ke arah suara tersebut dan begitu kagetnya aku, saat melihat ternyata yang memanggil Roni adalah Neng Risma. Ia berjalan menuju ke arah kami."Neng Risma, kamu ada di sini?" tanyaku."Iya, Bu, barusan aku lewat sini dan melihat ada mobil Mas Roni, makanya aku samperin," sahut Neng Risma, kemudian ia balik bertanya padaku, "oh iya, Bu, ngapain kalian ada di sini?"Baru saja aku mau menjawab pertanyaan Neng Risma, Wati malah keluar sambil memanggil Roni. Aku melihat raut muka Neng Risma langsung berubah drastis, tadinya ia begitu sumringah. Tapi saat ia melihat Wati keluar, sambil memanggil Roni. Neng Risma langsung terdiam, serta wajahnya berubah muram.Roni pun sepertinya kikuk, saat keadaan begini. Ia ketahuan oleh Neng Risma sedang bersama Wati, walau niatnya hanya sekedar menolong. Tapi pikiran Neng Risma mungkin berbeda persepsi, saat melihat Wati bisa bersama mantan istrinya. Karena aku juga pasti berpikir hal yang sama, jika melihat kekasih kita bisa bersama ma
Read more
Bab 60
"Risma, nanti Mas jelaskan semuanya, kenapa Wati bisa ada di sini ya. Sekarang kita masuk dulu yuk, ada teman Mas juga di dalam. Ia yang merupakan pemilik rumah ini," ajak Roni.Neng Risma pun ikut masuk, padahal Sepertinya ia mau pergi. Mungkin ia merasa penasaran, dengan apa yang sebenarnya terjadi. Pas masuk ke rumah, ternyata masih ada perabotan rumah walaupun sudah tidak lengkap. Tapi paling tidak rumahnya tidak terlalu kosong saat akan ditempati, sebab keluarga Wati hanya membawa koper saja.Ruangannya juga luamayan luas, ruang tamu saja sekitar tiga kali empat meter, sedangkan kamar masing empat meter persegi. Kamarnya juga ada tiga, jadi keluarga Wati bisa leluasa menempati rumah ini, wakaupun tidak semegah dan semewah rumah mereka sebelumnya. Tetapi rumah ini juga lebih besar, jika dibanding dengan rumahku."Roni, kebetulan rumah ini selalu dibersihkan setiap hari, jadi sudah bisa langsung ditempati ya rumahnya," ungkap pemilik rumah yang aku tidak tahu namanya siapa."Oh i
Read more
PREV
1234567
DMCA.com Protection Status