“Allahu Akbar ... Allah akbar ....” Air mataku kembaliluruh, menyaksikan Zahra yang kini berada di gendongan Mas Adam. Lafal azanterdengar indah, bersamaan dengan Zahra yang terlihat begitu tenang. Seutassenyum kecil tercipta, dengan rasa syukur sedalam-dalamnya. Bagaimanapun tadirmembawaku, aku tahu itu akan jadi hal yang terbaik untukku.“Assalamualaikum.” Suara salam bersamaan dengan langkah kakicepat terdengar, lalu diikuti oleh mbak Sri dan keluarga kecilnya yang datang.Mbak Sri mendekat ke arahku, menanyakan kondisiku, sedangkan Mas Adi dan Anas,mereka langsung menghampiri Zahra yang masih dalam dekapan hangat Mas Adam.“Lo, Dam. Kenapa wajah anaknya Dijah mirip kamu?” goda kakakMas Ammar tersebut.“Iya, kan aku memang bapaknya,” jawab Mas Adam santai.Sontak, jawaban itu menghadirkan pertanyaan besar, hinggasemua mata kini menuju ke arahku.Aku menggeleng. “Tidak, aku belum jawab apa-apa,” ucapkubernada serius yang membuat seisi ruangan tersenyum.Aku pulang ke rumah, bersama d
Read more