All Chapters of Suami Bastard Yang Manis : Chapter 31 - Chapter 40
122 Chapters
Hari Manis Yah?
"Kalian sama Bastard-nya! Hanya saja kamu tertutup oleh sikapmu yang sok cuek dan dingin," maki Serena dengan marah dan tak terima. "Rena, kau salah paham." Maxim menghela nafas, memijit pelipis dan terus memperhatikan Serena yang menangis dengan iba. "Sudah sejak lama Rafael ingin memberhentikanmu bekerja. Tetapi karena katanya dia ingin meluluhkan hatimu, jadi dia membiarkanmu tetap bekerja.""Dan sekarang mungkin ada sesuatu yang membuatnya tiba-tiba memberhentikanmu."Serena mengepalkan tangan, menahan kesal, marah dan perasaan kecewa pada Maxim. "Alasannya agar dia bisa berhubungan secara leluasa dengan Jenner. Puas!"Maxim terdiam degan wajah tak terbaca. "Kamu suka pada Jenner tetapi kamu membiarkannya lengket dengan Rafael." Air mata Serena semakin deras mengalir. "Sepertinya aku salah, Kak Max. Sebenarnya Kamu tidak benar-benar suka pada Jenner kan? Tapi kamu berpura-pura suka padanya, menjadi kekasih pura-puranya juga hanya untuk melindungi hubungan Rafael dengan Jenner ka
Read more
Rahasia El
'Jenner itu ciptaan Rafael. Dia ciptakan karena tak bisa mendapatkanmu. Aku tidak mengerti perasaan apa yang Rafael punya padamu, Serena. Namun dia seperti iblis tanpamu. Bukan hanya Jenner, dia mengencani siapapun yang mirip denganmu. Dia melakukannya agar bisa merasakan keberadaanmu.'Ucapan Maxim tersebut padanya tadi terus mengiang di kepala Serena. Kenapa Rafael bisa segila ini padanya? Itu pertanyaan besar bagi Serena yang sampai detik ini tidak bisa ia temukan jawabannya. 'Hanya sedikit berlebihan, bukan berarti aku terobsesi padamu, Serena.' Itu kata-kata Rafael padanya. Awal, Rafael tak menyengkal jika Serena mengatakan Rafael terobsesi padanya. Namun tadi -- saat di kamar khusus itu, untuk pertama kalinya Rafael menyengkalnya. Jika bukan obsesi lalu apa? Bahkan Maxim mengaku tak tahu perasaan apa yang Rafael punya padanya. "Hah, sudah petang. Sebaiknya aku masuk." Serena bergumam pelan, bangkit dari kursi malas dan berjalan masuk dalam rumah. Sehabis bangun tidur, Sere
Read more
Ini Istimewa, El
Dia dengan tulus memberikannya pada Serena, tepat pada hari spesial ini. Hari dimana dia pertama kalinya dengan Serena berteman. Rafael ingat momen itu. Ketika dia sedang asyik bermain tiba-tiba Papa mertuanya, Thomas, datang menghampirinya dan meminta izin agar Rafael membolehkan putrinya yang tak lain adalah Serena duduk di gazebo tempat bermain El biasa. Itu bukan pertama kalinya mereka bertemu, mereka sering bertemu dan bahkan sering duduk bersama. Ketika El ke kampung Mommynya dan menginap di rumah Paman Salsanya, El dan Serena bahkan tidur bersebelahan. Hanya saja mereka tak pernah berteman, saling berbicara dan bahkan enggan untuk bertatapan. Rafael saat kecil memang dikenal dengan anak yang sulit bersosialisasi. Dia hanya bermain dengan imajinasinya sendiri. Jangankan Serena, sepupunya yang lain -- bahkan Maxim -- Rafael tidak mau berteman dengan mereka. Namun di gazebo itu, tangan mainan Hulk kesayangannya copot. Rafael tidak bisa memperbaikinya. Dia kesal dan marah, mel
Read more
Siapa Takut Mencintai
"Kau tidak mendengarkan perkataanku, Serena?" geram Rafael, menyudutkan Serena dan mengurung perempuan ini diantara tubuhnya -- mengungkung Serena di antara tembok dan tubuhnya dengan saru tangan menyangga ke tembok dan satu lagi menekan pundak Serena. "Apa kau keukeh tetap ke kantor untuk bertemu dengan Maxim?" dingin Rafael, menatap tajam dan menusuk ke arah Serena. Wajahnya marah dan aura mengerikan menguar dari tubuhnya. Pagi-pagi sekali perempuan ini bangun hanya untuk diam-diam pergi ke kantor. Rafael tahu, dia bangun dan memperhatikan Serena yang diam-diam bergegas ke kantor. Namun Rafael memilih hanya diam, dia ingin tahu sejauh mana Serena berani melanggar perkataannya. Dan … perempuan ini sangat mengecewakan! Dia nekat pergi -- mengundang kemarahan Rafael di pagi hari ini. "Kamu salah paham, Rafael. Aggk, sakit. Tolong lepaskan tanganmu--" pekik Serena dengan mendorong pergelangan tangan tangan Rafael, agar menjauh dari pundaknya. "Aku ke kantor untuk mengambil barang-ba
Read more
Bukti Cinta, Abang El? Okey!
Namun kekehan Rafael langsung berhenti, mendadak wajahnya kaku dengan tatapan mata melotot tak percaya -- tiba-tiba saja Serena menganggukkan kepala. Deg'Rafael diam, menatap tajam ke arah Serena sembari memasang air muka dingin dan flat. "Kau sedang bercanda." Rafael berkata dingin, memilih melepas tangannya dari pinggang Serena kemudian memutar tubuhnya dan berniat beranjak dari sana. "Lupakan." Rafael kembali berkata dingin. "Ini terakhir kali aku melihatmu di dapur. Tidak ada memasak ataupun pekerjaan lainnya," ucapnya mengintimidasi, melirik tajam ke arah Serena. Kemudian setelah itu dia beranjak dari sana. Serena terdiam dengan wajah murung dan sedih. Dia sangat serius tetapi Rafael hanya menganggapnya sebatas candaan. Bukankah Rafael sangat ingin mendapatkan cintanya? Jadi kenapa sekarang Rafael seperti menolak kenyataan? "Bastard." Serena bergumam pelan, menatap punggung Rafael yang melangkah menjauh dari dapur. "Monster, psycho, dan … kau juga aneh, El.""Kau memaksaku
Read more
Padahal Sedikit Lagi
"Kamu yang bilang kan aku harus loncat dari lantai itu dulu baru kamu percaya pada cintaku. Ya udah, aku loncat agar kamu percaya jika aku mencintaimu!"Deg deg deg'Rafael terdiam. Kemarahan dalam dirinya seketika lenyap, berganti dengan wajah tegang bercampur sayup. Tatapannya berubah lirih dan begitu dalam, menunduk menatap Serena dengan yang mendongak dan menatap nyalang ke arahnya. Wajah Serena begitu serius, tatapan matanya memancar semangat dan bara. Rafael menangkup kedua pipi Serena, merundukkan kepala agar wajahnya lebih dekat dengan wajah Serena. "Aku bercanda." Rafael melirih. BugSerena memukul dada bidang Rafael dengan sekuat tenaga. "Tapi aku serius!" pekiknya marah bercampur sedih. Kenapa ketika Serena serius dengan semua ini, Rafael menganggapnya candaan? Apa Serena seperti mainan bagi Rafael?!"Humm." Rafael berdehem, menarik lembut Serena ke dalam dekapannya. Dia memeluk tubuh kecil istrinya tersebut dengan perasaan yang melebur; terasa hangat dan penuh ledaka
Read more
Tiga Permintaan Cinta
"El, temani aku cek up." Jenner segera mencekal tangan Rafael, menggenggamnya dengan kuat ketika pria itu akan pergi dari ruangannya sendiri. Jenner panik! Dia mendengar informasi jika Rafael akan pergi berbulan madu dengan Serena. Tidak! Jenner tak akan membiarkan itu terjadi. Jikalau bisa, harus Jenner yang berbulan madu dengan Rafael. Harus Jenner! Karena itu impian Jenner. "Cik." Rafael langsung menyentak tangannya dari Jenner. "Aku memberikanmu kesempatan, sebaiknya gunakan itu untuk menjauh dariku." Rafael berucap dingin, menatap tajam dan mengintimidasi ke arah Jenner. "Ba--bagaimana bisa aku menjauh darimu, El." Jenner memekik, kembali meraih tangan Rafael dan menggenggamnya erat. "A--aku hamil," cicitnya pelan dan lirih, bersamaan dengan air matanya yang jatuh dari pelupuk. "Hamil?" Rafael mengerutkan kening, menatap lamat dan penuh tanda tanya pada Jenner. Jenner menganggukkan kepala. "Iya, aku hamil bayimu, El. Ka--karena itu aku memintamu menemaniku cek up dan … kare
Read more
Aku ingin Sesuatu, El
Rafael menyela dan memotong cepat. "Apa permintaanmu?" "Hah?!" Serena mengerutkan kening karena bingung. Apa mungkin Rafael menebak apa yang akan dia katakan? Pria ini kan suka sekali menebak isi pikiran Serena. Ah, mungkin saja. "Iya, itu. Maksudku … kamu ingin minta apa?" Rafael berdiri, berjalan ke arah Serena dengan bersedekap di dada. Setelah di depan perempuan itu, dia berhenti -- merunduk untuk menatap istrinya yang duduk di pinggir ranjang serba putih tersebut. "Bukan." Rafael menggelengkan kepala, "kau ingin meminta apa?" "Hah?" Serena mengerutkan kening, semakin tak paham dan bingung. Apa sebenarnya maksud Rafael? "Maksud kamu apa sih, El? Aku bingung.""Kau menang." Rafael mengulurkan tangan di atas pucuk kepala Serena, mengelus dengan penuh kasih sayang sembari tersenyum manis ke arah Serena. "Jadi apa permintaanmu, Darling?""A--aku menang?" Serena berucap tak mengerti. Peraturan mengatakan jika yang berhasil membuat jatuh cinta pasangan lebih dulu lah yang menang. D
Read more
Masalah Cenrol
"Aku mencintaimu, Maxim. Aku menyadarinya sekarang …." Jenner berkata lirih, menatap sendu dan juga sayup ke arah Rafael -- berharap jika cintanya kali ini mendapat balasan. Tapi, Maxim mencintainya dan sudah lama suka padanya bukan? Jadi harusnya ini mudah bagi Jenner. "Mudah sekali perasaanmu beralih." Maxim menyunggingkan seringai tipis, memilih melanjutkan kembali pekerjaannya dan sedikit acuh pada seorang perempuan di depannya. "Bukan mudah, Max." Jenner kembali mengeluarkan suara lembutnya yang lirih. "Aku hanya baru menyadarinya. Dan beberapa hari ini aku tertampar oleh satu kalimat yang kutemui di sebuah buku. Katanya daripada memilih orang yang kita cintai lebih baik kita memilih orang yang mencintai kita.""Silahkan." Maxim berucap cepat dan singkat. Jenner tersenyum penuh kemenangan, dia bahagia dan merasa jika rencana kali ini akan berhasil. Jika dia menikah dengan Maxim dia akan tinggal di mansion itu, dan suatu saat dia akan bersama Rafael lagi. Tidak! Dia tidak aka
Read more
Tabrakan Jodoh
"Terus kenapa kamu nggak bisa, El?" "Apa?!" Rafael menoleh cepat dan tajam ke arah Serena. Ini sedikit menyinggung dan sensitif. "Kamu bisa buat cendol, dan untuk pemula ini sangat sempurna. Rasanya enak dan pas. Tapi-- ngucapin cendol kamu nggak bisa. Hehehe ….""Aku bisa." Rafael berucap cepat dan penuh keyakinan, langsung menyerong tubuhnya untuk menghadap sepenuhnya ke arah Serena yang sebenarnya duduk di sebelahnya. "Coba." Rafael melirik ragu dan tak yakin ke arah istrinya. "Cen--" ucapnya dengan kembali melirik Serena gugup. "Cen?" Serena membeo, menaikkan alis dan menunggu Rafael untuk melanjutkan perkataannya. "Cen-- dol." Rafael menyelesaikan ucapannya. Lalu dia tersenyum bangga, merasa lega juga karena dia bisa mengatakannya walau hanya sepenggal-sepenggal. Dia lalu menyenderkan punggungnya ke sofa, benar-benar puas dan lega. "Jangan sepenggal-sepenggal. Coba ngomong langsung, bilang cendol. Ayo, El." "Cik, cendrol," ucap Rafael cepat, berhasil mengundang tawa Seren
Read more
PREV
123456
...
13
DMCA.com Protection Status