Semua Bab Ditalak 3 Lewat Telepon: Bab 11 - Bab 20
188 Bab
11. Kau tak mengenaliku?
“Atira!” Zafran menangkap tubuh Atira yang limbung. Wanita itu ada diantara sadar dan tak sadar. Zafran membawanya ke atas sofa di ruang kerja pak Syamsul dan memberinya bantal sebagai senderan. “Om!” panggil Zafran pada pak Salman. Ia meminta penjelasan yang lebih. Kring... kring... Pak Syamsul langsung mengangkat telepon yang berada di meja kerjanya. “Ya.” Beberapa detik pak Syamsul terdiam mendengarkan pembicaraan orang lain yang tak terdengar oleh Zafran dan Atira. “Oke. Kita berangkat sekarang juga.” Dengan segera, pak Syamsul menutup sambungan telepon dan mengambil barang-barang pentingnya. “Zafran, kamu kalau mau nyusul boleh saja, tapi dengan mobil anti pelurumu. Om khawatir ada baku tembak karena sindikat ini bukan sindikat biasa. Lebih aman kalau kamu tunggu di sini!” jelas pak Syamsul. “Om ngejar mereka kemana?” tanya Zafran sambil mengejar pak Syamsul yang telah berjalan keluar ruangannya. “Ke perbatasan kota.” Pak Syamsul pun langsung memberikan atensiny
Baca selengkapnya
12. Jatuh, tertimpa tangga pula
“Maaf, apa kita saling mengenal sebelum ini?” tanya Atira sambil mengalihkan atensinya ke wajah tampan Zafran. Ia hanya mengira bahwa kepala sekolah ini sangat bertanggung jawab atas tugasnya, namun rupanya ada hal lain yang tak diketahui oleh Atira. Tut... “Hallo!” ucap Zafran saat ia mengangkat telepon yang tersambung ke Bluetooth mobil. Ia tak sempat menjawab pertanyaan Atira. “Bos, kontainer pengangkut anak-anak sudah dilumpuhkan. Tapi paman anda... “Zafran langsung memutus sambungan telepon dan menancap gas, melupakan obrolan tadi dengan Atira. Atira yang jelas mendengar percakapan mereka, tak sampai hati untuk mengusik pikiran Zafran. Ia pun hanya menahan nafas sebisanya, ia merasa sangat menakutkan berada di dalam mobil sport dalam keadaan ngebut. Atira menutup matanya, seperti dejavu ia pernah mengalami hal ini tapi entah kapan dan dimana. Roni, asisten pribadi Zafran berulang kali mencoba menghubungi Zafran lagi tapi tak sekalipun diangkat oleh lelaki tampan itu.
Baca selengkapnya
13. Nihil
“Tira, ayo kita ke rumah sakit dulu aja. Kita pastiin dulu di sana. Nanti kita juga masih bisa bertemu mereka di rumah sakit.”Tiba-tiba Zafran ada di belakang Atira dan langsung menarik tangannya menuju mobil. Tak ada penolakan apapun dari Atira. Otaknya masih harus mencerna apa dan bagaimana takdir tengah menghampirinya. Zafran membukakan pintu mobil untuk Atira. Wanita yang tengah dilanda bingung itu hanya masuk dan duduk dengan tenang. Bahkan, kali ini Atira langsung memasang sabuk pengamannyapengamannya karena khawatir akan berada di dalam mobil dengan kecepatan tinggi seperti tadi. Selama di perjalanan, tak ada obrolan apapun. Bahkan, untuk air matapun rasanya tak ada yang mau menampakkan diri di pipinya. Sesampainya di rumah sakit, Atira langsung berlari mengekori Zafran yang telah mengetahui dimana ruangan yang mereka tuju dari Roni. “Maaf Pak, ini salah satu ibu korban dan mau cari anaknya.” Zafran langsung berbicara dengan petugas yang sedang berjaga. “Oh, baik.
Baca selengkapnya
14. Tak Gentar
“Hallo, siapa ini? Hallo!” Atira ingin memastikan siapa yang sedang meneleponnya, meskipun sebenarnya ia mengenali suara bariton yang sudah membersamainya selama delapan tahun. “Saya bapak nya Davin dan Daffa. Temukan Davin dan jangan pernah berharap bertemu lagi dengan Daffa!” ancam Bayu lewat sambungan telepon itu. “Heh, anda yang merasa paling punya hak dan paling benar, anda enggak ingat kan kapan kali terakhir anda berbicara dengan kedua anak anda? Anda masih ingatkah, kapan terakhir memberi mereka sesuap nasi? Anda tahu kapan Daffa berhenti ngompol di kasur? Apakah saat pulang Anda menanyakan kabar anak-anak Anda? Apakah anda tahu mengapa Davin bisa hilang? Kalau kepulangan Anda tidak untuk membantuku untuk menemukan Davin, maka saya peringatkan anda, jangan pernah menyentuh anak saya!” ucap Atira dengan menggebu-gebu. Bahkan, ia bangun dari duduknya dan menunjuk-nunjuk seolah ia sedang marah dengan orang yang berada di hadapannya. Zafran yang melihat Atira mencak-mencak d
Baca selengkapnya
15. Pengakuan Zafran
“Uhuk... uhuk...!” Atira tersedak dengan minumannya sendiri. Ia kaget karena mendengarkan pengakuan Zafran. Zafran mau mengelus-elus tengkuk Atira demi membantunya saat ia tersedak, tapi gerakan tangan Atira yang melarang Zafran untuk tidak melakukan hal itu, membuat lelaki tampan itu menarik kembali tangannya. Setelah ia merasa jauh lebih baik, Atira menegakkan punggungnya dan menatap tajam Zafran. “Sebenarnya kamu siapa?” tanya Atira dengan tatapan yang sangat tajam, yang bisa membuat lawan bicaranya gagu. Tapi tidak dengan Zafran, kepercayaan dirinya sangat tinggi. “Kamu ingat Adit?” tanya Zafran sambil tersenyum. Atira memutar memorinya saat ia berkuliah dulu. Dulu, ia hanya memiliki satu teman yang bernama Adit. “Enggak mungkin,” ucap Atira yang memang merasa sering menolong Adit saat lelaki itu terkena bully. “Ya, itu aku. Makasih banyak ya!” ucap Zafran tulus. “Enggak mungkin, kamu dulu...” Atira menggantungkan ucapannya. “Gendut banget?” tanya Zafran yang sebenarnya
Baca selengkapnya
16. Rencana Besar
“Tapi, terpaan masalah yang kualami, membuatku menyadari betapa selama ini aku lupa untuk menuruti perintah Tuhan. Aku sudah memutuskan untuk mengenakan jilbab, sudah saatnya aku menutup aurat. Aku takut ini semacam godaan agar aku tak melaksanakan niatku ini.” Air mata Atira semakin deras mengalir. Bagaimana tidak, ia sangat membutuhkan uang saat ini. Haruskah ia membatalkan niat sucinya? “Tapi, saat ini kamu tidak berjilbab?” tanya Zafran agak heran karena selama bersamanya Atira tidak mengenakan jilbab. “Iya, belum ada. Sebenarnya ada satu di rumah mas Bayu, kemarin rusak karena dijadikan sumpalan mulut,” kekeh Atira yangyang merasa malu karena ucapannya tak sejalan dengan kenyataan. “Kebetulan sekali, pemeran utamanya ceritanya berjilbab, jadi istri Gus gitu. Kalau diangkat juga cerita kamu yang memang awal-awal berjilbab, pasti mendapatkan dukungan netizen. Jadi, tetap film itu akan laku. Ditambah, kamu bisa berdakwah juga dengan apa yang kamu alami. Kamu cantik Tira, cantik lu
Baca selengkapnya
17. Menemukan Davin
Atira dan Zafran tiba di depan IGD Rumah Sakit Polisi, karena sebenarnya mereka tinggal menyebrang dari kafe milik Zafran. “Bos, korban sebelah sini. Mari Bu!” ucap Roni yang segera menghampiri mereka. Lelaki berkulit sawo matang itu pun menganggukkan kepalanya kepada Atira. “Pak, ini ibu korban. Mau lihat apa benar korban merupakan anak dari bu Atira,” ucap Roni pada salah satu petugas kepolisian yang berada di sekitar IGD. “Oh, tunggu dulu sebentar! Dokter minta untuk tidak diganggu terlebih dahulu karena sedang melakukan penanganan yang cukup kritis pada pasien,” jelas petugas polisi. Atira pun mengangguk tanpa mendebat apapun. Ia tahu betapa pentingnya penanganan dokter kali ini. “Lapor Pak! Korban yang ditemukan di markas sindikat itu hanya ada satu orang.” Atira tercekat saat mendengar penuturan salah satu petugas polisi yang melaporkan keadaan tersebut kepada pak Syamsul yang baru datang. Pak Syamsul menganggukkan kepalanyakepalanya s
Baca selengkapnya
18. kontrak
“Maaf Bu, anak Ibu mengalami penyiksaan yang cukup parah. Selain itu, di dalam darahnya terdapat kandungan obat terlarang dan obat tidur yang berlebih.” Seorang perawat yang sedang mempersiapkan perpindahan Davin menjelaskannya dengan gamblang. “Astaghfirullah. Apa salah anak saya?” ucap Atira sambil terisak. Ah, kalau urusan anak dia masih saja melow meskipun tekadnya untuk mengeraskan hati dan anti air mata sudah ia deklarasikan dalam hatinya. “Tenangkan hatimu, Tira! Serahkan semua urusannya kepada dokter, mereka sudah ahli. Tugasmu hanya berdo’a!” ucap Zafran berusaha menenangkan hati Atira. “Ya, tenang saja! Nanti tim polisi akan meminta keterangan anda untuk mencari bukti-bukti pendukung yang memberatkan para sindikat itu.” Pak Syamsul berbicara dengan lembut. Ia pun merasa kasihan kepada Davin, bagaimana bisa anak berusia sekitar 7 tahun mengalami penyiksaan yang cukup parah. “Memangnya mereka sindikat apa, Om?” tanya Zafran. “Mereka sindikat penjualan anak dan organ
Baca selengkapnya
19. Kangen Ibu
Tiga hari berlalu, Zafran membantu Atira berubah habis-habisan. Tak ada lagi wajah kusam karena Atira sudah memulai perawatan kulit termahal. Memang dasarnya saja yang cantik, hanya sedikit dipoles menjadi wajah kelas bidadari. Belum lagi pakaian, tas dan sepatu bermerek yang sudah disediakan agensi khusus untuk Atira. Atira memasukkan key card apartemen mewahnya ke dalam tas bermerek miliknya. Ia berjalan turun dari lantai 26, di salah satu apartemen mewah di pusat kota Jakarta. Ia masuk ke dalam mobil sedan hitam baru miliknya. Sengaja ia menyimpan mobilnya di parkiran lantai dasar dan khusus parkiran perempuan untuk mempermudah. Setelah duduk di balik kemudi, Atira menarik nafas dalam-dalam dan menghembuskannya. Ia mengusap lembut stir dan semua yang melekat pada dashboard mobilnya. Hari pertama setelah kontrak, ia memilih apartemen dan segala perabotan nya, setelahnya ia melakukan perawatan sampai malam. Hari kedua, ia mengisi penuh lemarinya. Zafran mengatakan kalau semua
Baca selengkapnya
20. Orang Nyasar
Tok... tok... tok... Lamunan Atira buyar langsung saat seseorang mengetuk kaca mobilnya. “Ah, bu Retno.” Senyum Atira mengembang saat ia mendapati bu Retno mengetuk kaca mobilnya. “Bu Retno tahu darimana ini mobilku ya?” tanyanya dalam hati. Pasalnya, kaca mobil milik Atira sangatlah hitam sehingga orang tak dapat melihat ke dalam mobil. Buru-buru Atira menurunkan kaca mobilnya. Ia tak sadar jika kaca mata hitam masih bertengger manis di hidungnya yang mancung. “Maaf, mau cari siapa ya? Kenapa parkir di depan warung saya?” Tanya bu Retno. Wanita paruh baya itu memang selalu stand by di warungnya. Warung yang seringkali menjadi tongkrongan ibu-ibu. “Maaf, saya lagi cari anak saya.” Atira yang menyadari jika bu Retno tak mengenalinya, langsung memainkan perannya dengan apik. Hitung-hitung berlatih peran untuk melancarkan proses shootingnya yang akan dimulai minggu depan. “Memangnya anaknya ada di sini? Sepertinya anda salah alamat. Tolong untuk tidak parkir di depan warung saya, s
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
...
19
DMCA.com Protection Status