Semua Bab Anak Rahasia Dokter Arogan: Bab 41 - Bab 50
77 Bab
Tabah dan menerima semuanya
Dimas bisa membawa Swastika keluar dari wilayah rumah sakit dengan mulus. Sebelum ke bandara, dia mampir dulu ke apartement untuk beristirahat sekaligus meminta Swastika mandi dan berganti pakaian. Dia tidak tau entah sejak kapan terakhir kali Swastika mandi karena dia terlihat lusu walaupun kulitnya tetap terlihat bersih. "Mandilah dulu dan ganti bajumu. Semuanya ada dilemari berwarna biru" ucap Dimas sambil menunukkan letak kamar mandi dan lemari yang dimaksud. "Aku akan memasak. Kamu ada alergi dengan makanan tertentu?" tanya Dimas dan langsung mendapat gelengan dari Swastika. "Good" jawabnya yang kemudian meninggalkan Swastika agat lebih nyaman. Pada awalnya Swastika ragu, dia takut kejadiannya akan sama seperti yang menimpanya beberapa saat yang lalu. Setelah menunggu beberapa lama dan mengamati ruangan itu, Swastika memutuskan untuk melakukan aktivitasnya dikamar mandi. Dia mandi dengan pelan karena luka pada perut dan beberapa bagian di tubuhnya menghambat gerakannya. Entah
Baca selengkapnya
Dia memang begitu
Setelah mengetuk pintu, tak lama pintu terbuka. Arya segera masuk dan menyerahkan barang bawaannya pada Balin kecuali kantong yang berisi cemilan. Dia memindai seluruh ruangan tapi tidak menemukan Abi disana. "Mana Abi?" tanyanya masih dengan wajah datar. "Dikamar Mamanya" jawab Elena sambil menunjuk pintu kamar yang berada paling depan. Tanpa mengucapkan terima kasih atau basa basi lainnya, Arya mengetuk pintu itu dua kali dan kemudian membukanya. "Hai Anak Papa yang sedang belajar, boleh Papa masuk?" sapanya dengan mencoba ramah dan tersenyum masih didepan pintu kamar. Sementara Abi tidak bereaksi apapun. Setelah mendekati Abi, Arya melihat sekilas pekerjaan Abi dan menganggukkan kepala karena semua jawaban Abi benar. "Pintar. Ini Papa bawakan cemilan. Dimakan ya. Papa mau mengobrol sebentar dengan Tante Elena dan Om Balin di ruang tamu" ucap Arya setelah meletakkan dua kantong penuh berisi cemilan yang memang sejak dulu dibatasi oleh Swastika. Abi hanya boleh memakan cemilan-c
Baca selengkapnya
Cemburu Bilang Bos
Tepukan tangan Dimas membuyarkan acara tangis menangis itu. Semua memandangnya heran. "Perhatian semuanya" teriak Dimas diantara kesunyian hinhga suaranya terdengar menggema di seluruh ruangan. Dia kemudian menarik salah satu tangan Swastika dengan paksa untuk berada dekat dengannya. Sehingga mau tidak mau Swastika melepas tangan Abi dan Elena agar mereka tidak ikut terluka karena Swastika dapat merasakan cengkraman tangan Dimas berbeda dengan saat dia menggandengnya di bandara. "Mamaaa" teriak Abi yang tubuhnya ditahan oleh Arya. Dia khawatir Mamanya terluka karena perlakuan kasar Dimas. "Ada apa lagi?" tanya Balin tidak kalah terkejut, dia bahkan siap memukul Dimas kalau saja tidak ditahan oleh Elena dan Arya. Arya tau betul Dimas tidak akan melukai orang lain jadi dia diam saja saat Dimas menarik tangan Swastika. Hanya saja sudah 6 tahun sejak terakhir kali mereka bertemu. Apakah dia masih Dimas yang sama? "Kalian mau dia? Hah, tidak segampang itu. Aku sudah mengeluarkan uang
Baca selengkapnya
Luka yang membekas selamanya
Arya mengemudi dengan kecepatan tinggi, untung saja saat ini sudah dini hari jadi jalanan tergolong sepi. Dimas yang skill mengemudimya tidak kalah dari Arya bahkan sampai kewalahan mengejarnya. "Dia ya, benar-benar. Kalau ditangkap polisikan bisa gawat" gerutu Dimas didalam mobil sambil celingukan kanan kiri karena akan menerobos lampu merah. Benar seperti dugaannya, Arya pulang ke mansion. Orang-orang di mansion sudah kenal akrab dengan Dimas, jadi mereka semua menyambut Dimas yang sudah beberapa tahun tidak main kesana. Bahkan Dimas berbincang sejenak dengan satpam yang lebih dulu menyapanya. Setelah itu, diapun masuk kedalam rumah mencari Arya. "Hei, apa Mamih sudah bangun? Aku mau menyapa sebentar" ucapnya yang saat berada didepan kamar Mamih Ratna, saat itu pula Arya membuka pintu dan keluar dari sana. "Tidak perlu, Mamih masih tidur" jawab Arya yang berubah ketus tidak seperti saat mereka bertemu di apartemen Swastika. Tanpa mempedulikan omelan Dimas, Arya melenggang masuk
Baca selengkapnya
Berita mengejutkan bertubi-tubi
Setelah Arya menutup telfonnya, secara bergantian Balin dan Elena juga menelfonnya dan menyarankan hal yang sama. Tak terkecuali Dimas yang justru menyarankannya untuk bedrest total agar lukanya segera sembuh. Karena semua orang menyarankan hal yang sama, Swastika pun menurut. Hingga beberapa minggu berlalu, Swastika masih berdiam diri didalam rumah. Lukanya juga sudah sangat jauh lebih baik tinggal menunggi recovery kulitnya saja. Abi juga sangat membantu dengan tidak mengatakan pada teman-temannya bahwa sang Mama sudah kembali. Selama beberapa hari itu pula, Arya maupun Rama sudah tidak lagi memghubunginya. Dari berita yang beredar di tv atau online, memang perusahaannya saat ini sedang sangat sibuk. Mereka baru saja meliris produk baru yang mendapat respon sangat baik dari masyarakat bahkan penjualannya meningkat setiap harinya. Beberapa kali Dimas masih bolak balik ke apartemennya untuk memantau perkembangan luka Swastika dan memintanya bersabar sedikit lagi hingga semua masalah
Baca selengkapnya
Kejutan Hadiah pernikahan
Undangan Pernikahan VVIP dari Arya dan Liana berjumlah 4 pcs membuat mereka sampai tak bisa berkata-kata. Dengan sedikit catatan khusus ditulis tangan dikertas note yang berbeda, agar semua barang yang dikirim hari ini berjumlah 6 box dipakai saat acara. "6?" ucap Elena dan Swastika bersamaan. Tak lama terdengar lagi suara bel, jika yang tertera disurat ini benar, berarti bisa dipastikan itu berasal dari kurir yang mengantarkan 3 box kekurangannya. Dengan cepat Elena berlari ke depan pintu. Dan sesuai dengan prediksi mereka, yang memencet bel itu adalah kurir dengan membawa 3 box tambahan yang ukurannya lebih kecil. Elena pun menerimanya dan membawa semuanya ke depan Swastika. Kali ini, warna kertas pembungkusnya berbeda. Mereka berwarna abu-abu dengan pita yang diikat dengan warna serasi. Benar dugaan mereka bahwa itu adalah setelan jas untuk Abi, ukurannya pun sangat pas dibadan Abi beserta sepatu dan peralatan make up dengan lagi-lagi tercetak lambang salah satu luxury brand.
Baca selengkapnya
Membuat Bulu Kuduk Berdiri
Betapa kagetnya Liana, melihat Brian diapit oleh dua orang anggota berseragam polisi dan dibelakangnya dijaga ketat oleh anak buah Arya. "Ups. Ada yang terlupa" ucapnya tanpa mengindahkan wajah terkejut Liana. "Silahkan diputar" ucapnya dengan lantang. Dan tak lama, disebuah layar besar yang memang disediakan disalah satu sudut dengan angel yang membuat semua tamu melihatnya sedang memutar video bagaimana Liana dengan brutal menyakiti Swastika dan yang pasti dengan beberapa bagian yang sudah disensor karena Arya yakin yang datang kesana bukan hanya orang yang sudah dewasa tapi ada dari mereka yang juga membawa anak-anaknya. Awalnya Liana sama sekali tidak tertarik melihat video itu, matanya terus saja melihat ke arah Brian yang sudah babak belur tapi saat telinga mendengar suara yang tidak asing, dia langsung menoleh dan lagi-lagi dia dibuat terkejut. Tidak hanya dirinya, orang tua dan seluruh keluarga besarnya yang hadir dibuat terdiam dengan video itu. Bahkan managernya langsung
Baca selengkapnya
Apa itu? Aku tidak kenal
Dengan suara tawa menggelegar dia memilih menjauh dari Swastika yang tampak mengeluarkan tanduk dikepalanya, seolah siap menanduknya. Elena memang paling senang menggoda Swastika jika sudah begini. "Apa-apaan itu? Bagaimana bisa dia membayangkan hal seperti itu?" gumam Swastika sambil memegang kedua pipinya yang terasa panas dan saat dia melihat kekaca, pipinya sudah merona merah muda. "Sudahlah. Akui saja" goda Elena sekali lagi sambil menirukan suara pemeran wanita dalam film bo*** yang tanpa sengaja pernah ditontonnya. "Yaaaa" teriak Swastika yang merasa risih dengan suara yang dihasilkan oleh Elena. Dia memang tidak memungkirinya. Walaupun saat itu memang terasa sangat sakit di awal, tapi lama kelamaan rasa sakit itu berangsur hilang dan berganti dengan nikmat. Dia bahkan tidak ingat sudah berapa kali, berapa lama dan berapa gaya yang mereka coba. Tapi tidak mungkin juga dia ceritakan pada para sahabatnya itu. Karena masih harus satu kamar dengan Elena yang terus saja mengoce
Baca selengkapnya
Usaha Terus Jangan Kasih Kendor
"Jelas ini. Bapak sedang CEMBURU" goda Rama dengan penekanan pada kata terakhir. "Sok tau kamu" jawab Arya merasa terpojok kemudian memilih untuk meninggalkan ruangannya. "Pak, mau kemana?" "Pergi. Jangan tahan saya" jawab Arya dengan sok formal. "Apaan sih? Siapa juga yang mau nahan. GR banget" gumam Rama setelah melihat Arya benar-benar meninggalkan ruangannya dan tidak ada tanda-tanda kembali lagi. Rama pun mengikuti bosnya dan memilih untuk pulang. Sebenarnya dia tidak terbiasa meninggalkan pekerjaan yang belum selesai, tapi mau bagaimana lagi? pekerjaannya bisa dilanjutkan setelah ada tanda tangan Arya disana, sementara sang Bos sudah pulang jadi dia memilih untuk juga pulang saja. Rama melajukan mobilnya dengan santai, jarang-jarang dia bisa pulang dengan keadaan langit yang masih terang seperti ini. Dia pun memilih jalan memutar dan melewati beberapa pusat kota sebelum terjadi macet yang sangat dia benci. Dengan diiringi lagu bebe rexha I'm good, Rama bernyanyi bahkan samp
Baca selengkapnya
Dia ingin aku Meminangmu
Karena sudah malam dan sudah saatnya Abi tidur, Rama memutuskan untuk pulang. Tepat saat dia sedang memakai sepatunya, bel pintu berbunyi. "Kamu mengundang siapa lagi?" tanya Swastika pada Elena yang mengantar Rama untuk pulang tapi Elena hanya menggelengkan kepala karena merasa tidak mengundang siapapun. Setelah kunci pintu tekan, demi keamanan Rama yang memutuskan untuk membuka pintunya. "Bos?" ucapnya yang kaget karena Arya yang ternyata berdiri didepan pintu. "Sedang apa Bos disini malam-malam?" sambungnya. "Bukan urusan kamu" jawab Arya jutek padahal dia juga kaget karena bukan Swastika yang membukakan pintu untuknya. Arya justru menggeser tubuh Rama agar dia lebih leluasa untuk masuk. "Sudah malam Bos. Tidak baik bertamu malam-malam" bisik Rama. "Isshh. Bukan urusan kamu. Pergi sana" usir Arya sekali lagi. Bukannya pergi sendiri, Rama justru menggandeng tangan kanan Arya, merebut bawaannya dan meletakkannya disalah satu sudut kemudian berteriak pada Swastika dan Elena ka
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
345678
DMCA.com Protection Status