Semua Bab Anak Rahasia Dokter Arogan: Bab 21 - Bab 30
77 Bab
Bukan Pelit, hanya Hemat
"Abi sudah dengar semuanya Ma" ucap Abi sambil terus berjalan menuju Mama dan Neneknya yang saat ini sedang syok. "A-Abi.." ucap Mamanya terbata sambil melepas pelukan Ibunya dan mengusap jejak air matanya mencoba tersenyum menyembunyikan lukanya. "Jadi benar, Om Arya adalah Papa Abi?" tanya Abi sekali lagi setelah berada tepat didepan Mamanya. "M-Maaf Sayang. Mama tidak bermaksud untuk..." "Sudahlah Ma. Paling tidak sekarang Abi sudah tau siapa Papa Abi sebenarnya" potong Abi yang langsung memeluk Mamanya. "Sekarang biar Abi yang saja Mama. Jangan nangis lagi ya Ma" ucap Abi mencoba menenangkan Mamanya dan mengusap pipi cabi sang Mama. "Cantik" sambungnya yang membuat Mamanya tersipu malu. "Paling tidak Papa Abi ganteng Ma. Walaupun seperti itu. Hahahah" kelakar Abi mencoba mencairkan suasana. "Abi pintar sekali. Mulai sekarang buat Mama bahagia ya" ucap sang nenek sambil terus mengusap kepala Abi. "Abi adalah anugrah terindah yang Mama punya. Mama sangat bersyukur punya ana
Baca selengkapnya
Hutang menggunung
"STOP" "JANGAN. TOLONG" "STOP" "BAIK. AKAN SEGERA KAMI LUNASI" Teriak Ibu Swastika pada preman-preman anak buah bos renternir yang mengobrak-abrik dan mencoba membawa perabotan yang terlihat masih berharga. Sementara sang suami sedang dipegang dan dipukuli oleh anak buah yang lain. "Kami sudah memberi tenggang waktu lama tapi sepertinya tidak ada niatan baik dari kalian" ucap bos renternir. "Akan segera kami lunasi. Tolong beri kami waktu sekali lagi" pinta Ibu Swastika sambil memegang suaminya yang sudah lemah dan babak belur. "Kami beri waktu dua minggu, kalau tidak segera dilunasi, segera angkat kaki dari rumah ini" ancam bos renternir itu. "Bisakah waktunya ditambah? Dua minggu terlalu cepat. Darimana kami bisa dapat uang sebanyak itu?" "Bukan urusan saya" ucap bos itu kemudian pergi dengan para anak buahnya yang membawa perabotan elektronik yang ada di rumahnya. "Yah. Bagaimana ini Yah?" ucap Ibu Swastika sambil menangis memeluk suaminya. Untuk melunasi semua biaya kar
Baca selengkapnya
Provokasi Dion
Setelah kembali bekerja, Swastika mencoba pengajuan kasbon ke perusahaannya, Tapi ternyata dia hanya mendapat pinjaman 50 juta. Masih sangat jauh dari yang dia butuhkan. Dia memang tidak mencoba untuk meminjam pada Elena dan Balin, walau keduanya sudah menawarkan. Swastika hanya tidak ingin persahabatannya hancur hanya karena uang, karena takutnya nanti dia menggampangkan dalam pengembalian uangnya, mengingat mereka sangat dekat. Alhasil dia akan membayar dulu sesuai uang yang dia punya sambil menunggu apartement dan mobilnya terjual dan akan meminta sedikit perpanjangan waktu lagi. Saat perdebatan dengan Ayahnya kemarin, sebenarnya Ayahnya sudah mau merelakan saja rumah dan tanah yang mereka tempati, tapi Swastika tidak setuju karena itu semua adalah peninggalan dari keluarga kakeknya dan sudah turun temurun. Setelah mentransfer sejumlah uang dan melakukan negosiasi, diapun mendapat penpanjangan tenggang waktu 2 minggu lagi. "Paling tidak masih ada waktu tersisa kurang lebih 3 min
Baca selengkapnya
Pengakuan Arya
Melihat Swastika yang histeris, Arya segera memeluknya disamping brangkar Abi. Tubuhnya dipenuhi oleh alat-alat dan selang yang entah untuk apa saja fungainya. Dokter jaga yang kebetulan adalah rekan kerja Arya menjelaskan bahwa banyak sekali luka lebam disekujur tubuh Abi. Kepalanya juga terkena benturan. Tapi beruntunglah, setelah dilakukan CT Scan menyeluruh organ vital Abi tidak ada yang luka, semua berfungsi dengan baik. Setelah mendengar sedikit penjelasan dari dokter itu, perasaan Swastika sedikit lega. Dia sudah jauh lebih tenang sekarang tapi tetap Arya tidak melepas peluknya. "Ibu, bisa jelaskan apa yang terjadi? Kenapa Abi bisa mengalami luka lebam seperti penganiyayaan?" Tanya Arya dengan tatapan tajam dan wajah datarnya. Hatinya terasa perih melihat Abi dalam keadaan lemah, banyak luka dan banyak alat terpasanh ditubuhnya. "Saya.... Saya juga tidak tahu Pak" jawab Bu Yuli yang gugup karena terintimidasi dengan tatapan Arya. Siapa yang tidak tau dengan Arya, dokter den
Baca selengkapnya
Permintaan Maaf Tulus Arya
Swastika masih diam terpaku saat Arya meninggalkannya bersama dengan perawat. Dia masih syok mendengar pengakuan Arya. Tidak hanya Swastika, rekan kerja Arya dan para perawat juga kaget dibuatnya. Selama ini yang mereka tau, Arya sangat sangat tidak suka dengan anak kecil. Terang-terangan bahkan dia mengatakan bahwa tidak ingin memiliki anak. Yang berarti itu memutus rantai keluarganya karena Arya adalah anak tunggal sekaligus pewaris harta kekayaan Gunawan Group yang saat ini masih di atas namakan Ibunya. "Benarkah semua yang dikatakan oleh dr. Arya?" tanya dokter yang menangani Abi yang membuyarkan lamunan Swastika. "Dokter bisa tanyakan sendiri padanya" jawab Swastika sambil menghampiri brangkar Abi. Abi saat ini sudah mulai tenang, demamnya sudah berangsur turun. Tapi tetap saja harus dilakukan transfusi darah karena kondisinya yang sangat lemah. Berbanding terbalik dengan keadaan Bayu, saat ini dia sudah mulai pulih dan kalau keadaannya seperti ini terus, sore harinya dia su
Baca selengkapnya
Demi Abi
"Kalian semua pasti tau kabar viral yang sedang beredar disekolah ini? Adakah yang bisa menjelaskan pada saya?" ucap Arya dengan kepercayaan diri tinggi dan wajah datar serta kedua tangan yang dilipat didepan dada. "Sebagai alumni sekolah ini, Saya merasa sangat malu pernah menjadi bagian dari sekolah ini" sambungnya karena tidak ada yang menjawabnya. "Begini Pak. Pada saat kejadian, CCTV yang mengarah ke sekitar belakang sekolah sedang rusak sejak 3 hari sebelum kejadian dan tidak ada saksi lain. Kami sudah mencoba menanyakan ke beberapa anak tapi mereka juga tidak tau" jawab kepala sekolah. "Benarkah? Kenapa tidak ada pihak sekolah yang mencoba bertanya pada Bayu? Padahal kondisinya jauh lebih baik daripada Abi" tanya Arya sekali lagi. "Hanya Bu Yuli yang sering mengunjungi mereka berdua" sambungnya sambil melirik ke arah Bu Yuli. "Saya sudah mengantongi nama para pelaku. Akan segera saya proses. Saya tidak akan membiarkan mereka yang telah menyakiti anak saya berkeliaran" ucap
Baca selengkapnya
Menyanggupi demi hutang
"Bagaimana? Bisa kah?" tanya Arya yang masih menunggu jawaban dari Swastika yang memaksa bertemu dengannya di rumah sakit dan melarangnya untuk bertemu dikantor. "Persyaratan itu terlalu berat. Bisakah kami tetap tinggal di apartement? Dan Setiap pulang sekolah hingga malam hari kami akan menemani Bu Ratna seperti yang Anda minta" nego Swastika dengan penuh harap. Arya menggeleng dengan senyum yang terpatri diwajah tampannya. Setiap bersama dengan Swastika dia jadi sangat murah senyum. "Dan juga, ubah cara bicara kamu. Aku tidak suka kamu bicara terlalu formal padaku" titah Arya yang kemudian menenggak kopi susu yang memang selalu dia minta setiap selesai melakukan operasi. "Tidak perlu bertanya pada Abi, karena dia pasti akan setuju" sambungnya saat Swastika mula membuka mulutnya. Swastika berdecih kesal karena Arya seolah tau apa yang akan dia ucapkan. Dia diam cukup lama, sedang berpikir keputusan apa yang harus dia ambil. Dalam kepalanya, seperti sedang ada dua sisi yang sali
Baca selengkapnya
Belum genap satu hari
"Satu lagi. Tolong jangan panggil Bu. Panggil Mami saja ya" pinta Bu Ratna yang langsung mendapat anggukan dari Swastika. Tak berapa lama, seorang pelayan mengabarkan bahwa makan malam sudah siap. Merekapun menuju meja makan. Kali ini Abi yang mendorong kursi roda Oma Ratna. Saat semua orang sedang makan malam, tiba-tiba seorang pelayan menghampiri Arya yang sedang menyantap makan malamnya. "Tuan, ada tamu" ucap pelayan itu. "Siapa?" tanya Arya yang seketika berhenti menggerakkan sendok kemulutnya. "Nona Liana""Suruh langsung kesini saja" jawab Arya yang membuat pelayan itu menganggukkan kepala kemudian pergi kepintu depan. "Tika, kamu pasti akan menyukai Liana. Sepertinya dia seumuran sama kamu. Dia juga sudah bersahabat dengan Arya sejak mereka bersekolah menengah pertama. Benarkah Arya?" ucap Oma Ratna yang membuat Tika tersenyum setelah mendapat anggukan kepala dari Arya. "Liana? Apakah model terkenal itu?" batin Swastika. Mansion Arya memang sangat besar, dari pintu depa
Baca selengkapnya
FWB
"Memang cuma kamu yang bisa meredakan amarahku" puji Liana setelah mereka sama-sama bermandi keringat. "Thank's Baby. Sebagai FWB kita harus saling menguntungkan" ucap Pria itu kemudian kembali memagut Liana. Meninggalkan Liana yang sedang bercumbu. Swastika saat ini sedang bersitegang dengan Arya. Setelah kepergian Liana, Swastika mendatangi Arya untuk menanyakan perihal pembayaran hutang pada renternir itu. "Kamu sebenarnya mau menipuku atau bagaiamana sih? Mereka sudah menelfonku lagi, jadi kapan akan kamu lunasi? Katamu setelah aku pindah akan langsung dikirim kesana, Kenapa sampai sekarang masih belum kamu kirim?" desak Swastika pada Arya yang kemudian meletakkan kaca matanya. "Tenang saja. Semua sudah diurus oleh Rama. Tapi Bukankah jatuh temponya baru besok?" "Iya memang baru besok. Tapi mereka sudah menelfon untuk mengingatkan. Kalau sampai terlambat rumah dan tanah Bapak akan mereka ambil" "Tunggu dulu" ucap Arya pada Swastika. Dia segera mengirim pesan pada Rama untuk m
Baca selengkapnya
Adu Domba Liana
"Bagaimana Bu? Bisa kita mulai?" tanya Arya pada semua orang yang hadir didalam ruang rapat disekolah Abi. "Baik Pak" jawab Kepala Sekolah yang kemudian menyampaikan maksud dan tujuan Arya mengumpulkan mereka semua. "Tidak mungkin Pak. Anak saya tidak mungkin melakukan hal seperti itu" kilah Mamanya Rafi salah satu anak yang berada di satu geng dengan Dion. Dia datang sendiri mewakili anaknya karena suaminya sedang berada diluar kota. "Anak saya juga tidak mungkin ikut-ikut yang seperti itu" kilah Papanya Azka. Yang turut mendapat sahutan dari yang lain yang mencoba untuk membela anak-anak mereka. Sementara Arya, Swastika dan kedua orang tua Bayu hanya diam memperhatikan mereka semua yang saling mencari dukungan satu sama lain. Berbeda dengan mereka, Papa dan Mamanya Dion hanya diam, mereka tau betul yang terlibat perkelahian langsung dengan Abi dan Bayu adalah anak mereka. Mereka tidak masalah jika Dion mendapat skors atau sanksi apapun dari sekolah, yang sangat mereka takutkan a
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1234568
DMCA.com Protection Status