“Oh, tentu saya sangat mengizinkannya, Mbak. Mbak Dinar dipersilakan membawa calon suami ke syukurannya Akra. Selamat ya, Mbak. Saya ikut senang dengan kabar bahagia ini.”Lengkungan di bibir terbentuk. Akmal tak menipu tentang ucapan yang terlontar dari mulutnya. Tampak jelas pula kalau lelaki itu menyampaikannya dengan tulus.“Saya yang seharusnya berterima kasih sama Pak Akmal. Untuk ucapan selamatnya mungkin masih terlalu cepat, Pak.”“Semakin cepat, malah semakin baik, Mbak. Saya doakan rencana ke depan kalian bisa tercapai sesuai harapan terbaik yang Mbak Dinar inginkan. Saya duluan, Mbak.”“Iya, Pak. Amin. Terima kasih untuk doanya, Pak.”Senyuman menghiasi bibir wanita berhijab itu mengiringi kepergian Akmal. Namun, lengkungan itu seketika lenyap saat Akmal sudah tak terlihat batang hidungnya lagi.Dinar menghela napas, kemudian berjalan ke tempatnya melakukan pekerjaan sehari-hari. Ya, dia adalah salah satu manager di kantor yang Akmal dirikan.***Setidaknya, rasa bersalahku
Baca selengkapnya