All Chapters of SAHABATKU DI RUMAH MERTUA: Chapter 31 - Chapter 40

85 Chapters

Kesempatan Kedua

“Khuma, semua yang terjadi adalah kesalahan Ibu. Bukan Gifar. Jadi tolong, jangan berbicara seperti itu kepada anak lelakiku. Ibu yang salah,” jawab Laela. Ia tahu kalau Gifar sekarang makin terpuruk.Lukman dengan wajah masamnya kini mendekati mereka. Ia tak mungkin diam saja ketika melihat anak perempuannya harus menahan beban masalah sendirian.Halimah juga sama. Ia menghampiri Khumaira dan merengkuh pundaknya agar anak perempuannya itu merasa kuat dalam menghadapi semua masalahnya.“Lebih baik, kita bicarakan di dalam sambil duduk sebelum kami pergi dari sini. Kebetulan, semua barang yang Khumaira punya di rumah ini sudah masuk ke dalam truk. Kita bisa berbicara baik-baik karena saya ingin mendengar penjelasan dari pihak Anda walau saya merasa keberatan.”Lukman menekan egonya dan meminta untuk berunding meski hanya untuk basa-basi saja. Ya, karena memang tidak ada solusi mengingat talak tiga telah diberikan oleh Gifar dan sudah jelas kalau Khumaira telah disakiti oleh suami dan m
Read more

Langkah Baru

“Mereka nggak bakal datang ke sini. Kami sedang ada masalah rumah tangga, Dok. Saya hanya ingin sembuh dan pulang menemui mereka untuk menyelesaikan masalah kami, Dok,” jawab Sesil sambil berlinang.Dokter yang bertanya menganggukkan kepada perlahan. Ia merasa prihatin, tetapi tak bisa berbuat apa-apa.“Kalau Anda ingin semua cepat sembuh, Anda tidak boleh stres, Bu. Kalau Anda sering mengalami stres akan berdampak buruk untuk kondisi Anda sendiri nanti walau sudah melakukan pengobatan sekalipun.”“Saya akan berusaha mengontrol pikiran saya, Dok.”“Baiklah. Setelah pemeriksaan selanjutnya, semoga keadaan Anda bisa lebih baik dan Anda bisa diperbolehkan untuk pulang.”Sesil hanya mengangguk sambil menghapus air matanya. Ia tak yakin pula dengan apa yang tadi telah diucapkan. Ya, karena masalahnya dengan Gifar begitu rumit dan banyak menyita pikirannya.Setelah dokter keluar dari ruangannya, Sesil meringis kesakitan. Perutnya terasa nyeri dan seperti ada yang menusuk-nusuk di dalam sana
Read more

Pergi Bersama

“Astaghfirullah! Mas! Maaf, Mas, maaf!” ucap Khumaira terkejut. Ia spontan mengembalikan gelas yang tumpah ke posisi awal. Kemudian, ia mengambil tisu di meja untuk mengelap air yang membasahi celana Akmal.Akmal seketika berdiri dan menyingkir. Ia berkata, “Mbak Khumaira! Nggak perlu dilap! Biarkan saja!” Suaranya lumayan tinggi karena memang kaget.Khumaira yang memegang tisu hanya mematung. Ia baru sadar kalau tak pantas seorang wanita mengelap bagian paha dari seorang lelaki. Ya, walau niatnya memang baik untuk mengelap tumpahan air yang membasahi bagian itu.“Maafkan aku sekali lagi, Mas. Aku ceroboh,” ujar Khumaira lagi. Tisu yang dipegang, tak sadar telah diremas.“Maafkan aku juga yang tiba-tiba menyingkir darimu dan tak sadar meninggikan suara. Aku hanya kaget. Ini yang basah cuma sedikit. Jadi, nggak masalah.” Suara lelaki itu rendah kembali.Akmal mengambil tisu dan mengelap celana yang basah itu sendiri. Sedangkan Khumaira, ia membersihkan meja yang menjadi sedikit kacau.
Read more

Hadiah

Ketika Gifar membuka pesan yang Aldo kirim, keningnya langsung mengernyit. Ia sempat bertanya-tanya, tetapi rasa penasaran itu seketika sirna saat video itu mulai diputar.“Khumaira sama temannya Mas Haikal lagi? Katanya nggak punya hubungan apa-apa, tapi ini apa? Dasar semua munafik!”Ponsel yang ada di genggamannya langsung dilempar ke atas kasur. Ia yang sedang menyesali perbuatannya menjadi bertambah tak karuan. Antara penyesalan dan prasangka buruk berbaur dan membuat banyaknya pikiran.“Apa Khumaira sudah melupakanku dengan begitu gampang? Padahal kami belum resmi bercerai, kenapa dia sudah dekat-dekat sama laki-laki lain? Apa pun alasannya, Khumaira seharusnya tak seperti ini. Dia nggak boleh bahagia dengan lelaki lain secepat ini. Aku masih sangat mengharapkannya! Kenapa kamu bisa tersenyum di depan lelaki lain, Khuma!”Gifar duduk di tepi ranjang. Wajahnya kusut dan tampak pucat. Rambutnya berantakan. Penampilannya sangat tidak terurus. Bahkan matanya tampak sangat kelelahan.
Read more

Diusir

Sesil masuk dan duduk sesuai perintah Gifar. Laela ikut duduk dengan wajahnya yang ditekuk. Begitu pula Gifar, wajahnya datar dan tampak sedang banyak pikiran.“Kamu ke sini mau mendengar kata talak dari Gifar kan?” Laela berucap tanpa pikir panjang. Ia yang dulu begitu membangga-banggakan Sesil, sekarang tak seperti itu lagi. Bahkan, rasa benci diumbar dengan sangat jelas.“Aku nggak mau cerai dari Mas Gifar, Bu. Kondisiku yang sekarang harus dipertanggungjawabkan oleh Mas Gifar,” jawab Sesil dengan raut wajah memelas.“Apa maksudmu? Gifar sudah bertanggung jawab mengenai pengobatanmu! Cukup bagi anakku melakukan semua itu. Tidak boleh lebih!” hardik Laela tentu sangat tidak setuju dengan ucapan yang Sesil lontarkan.“Semua itu masih kurang, Bu! Mas Gifar harus menerima kondisiku sebab perbuatannya! Aku nggak mau cerai dari Mas Gifar!” tolak Sesil. Ia tak mau kalah.“Kondisi apa maksudmu? Bukankah kamu ke sini karena memang sudah sembuh dan sehat seperti sedia kala? Kamu juga tahu, k
Read more

Tak Ada Guna Lagi

“Memangnya ada apa, Sil?” tanya Riko. Kata-kata itu terlontar dengan nada yang datar.“Ko, aku kangen kamu, Ko. Maafkan aku kemarin. Aku nggak bermaksud berkata seperti itu. Aku terpaksa melakukannya demi kedamaianku, Ko. Kamu bisa memaafkanku kan, Ko?”“Apa maumu, Sil?” Dengan nada yang tetap datar dan terdengar tidak suka, Riko menanyakan langsung tujuan dari Sesil sesungguhnya.“Ko, aku tahu kalau kamu marah dan kecewa sama aku. Tapi, aku mohon, pahamilah kondisiku waktu itu. Aku terpaksa, Ko. Aku salah waktu itu. Aku membuatmu sakit hati. Tolong, maafkan aku, Ko.”“Setelah semuanya terjadi, baru sekarang kamu mengemis seperti ini, Sil? Kamu baru sadar kalau kamu salah? Kenapa terlambat begini? Apa maumu sebenarnya? Kamu mau memanfaatkanku lagi kan? Aku muak dengan semua kata-kata manismu yang hanya sebuah kemunafikan saja, Sil.”Bicaranya Riko sekarang sudah menunjukkan perbedaan. Ia berbicara dengan penekanan dan dibumbui oleh emosional. Tentu demikian, karena Riko masih menginga
Read more

Asa dan Putus Asa

“Khuma, ingat ya. Setelah ini, kamu harus membuang semua kenanganmu bersama dengan Gifar. Jangan mau berhubungan lagi sama dia. Apa pun bentuk koneksi yang bisa membawamu berurusan lagi dengan dia harus dibuang. Aku mengatakan semua ini hanya demi kamu bahagia untuk ke depannya. Maafkan kalau masmu ini terlalu ikut campur. Tapi, sekali lagi, aku nggak mau melihatmu bersedih hanya gara-gara lelaki yang sama, Khuma.”Di dalam mobil sambil menyetir, Haikal menasihati Khumaira walau terkesan memaksakan kehendak. Nada bicaranya penuh penekanan sebab memang dia sangat mencemaskan Khumaira. Ia juga marah kepada Gifar yang seolah tersakiti begitu dalam setelah kata talak terlontar dengan mudahnya hanya gara-gara mempercayai fitnah yang dibuat orang lain. Penyesalan memang datang terlambat.“Iya, Mas. Aku sudah tahu kok. Aku sudah memblokir semua yang berhubungan sama Mas Gifar. Walau nggak tahu hasilnya bagaimana nanti berhubung aku berbisnis di media sosial juga kan? Aku harus tetap mengguna
Read more

Bersembunyi

Pisau yang digunakan untuk menusuk Laela kembali disimpan ke dalam tas. Napas yang terengah karena takut ketahuan membawa Sesil melangkah dengan cepat tanpa arah. Yang ada di pikirannya hanya ingin kabur dari tempat itu. Hanya ingin selamat dari sergapan orang-orang yang mungkin mengetahui aksi kejahatannya.“Syukurin kamu, Laela! Syukurin!” gumamnya.Sesil tak pernah menoleh ke belakang agar tidak dicurigai orang-orang. Ia berjalan terus dengan keyakinan kalau dirinya akan lolos dari perbuatannya itu.“Baguslah. Nggak ada orang yang mengikutiku. Untung Laela menyebalkan itu langsung pingsan setelah aku hantam pakai batu. Di taman juga lagi sepi. Teriakannya jadi nggak kedengaran sama orang-orang. Aku selamat. Tapi, aku nggak mungkin pulang ke kosan. Aku harus bersembunyi di tempat yang nggak banyak diketahui orang.”Sambil terus melangkah, Sesil berbicara pada dirinya sendiri tanpa henti. Langkahnya itu sampai membawanya ke suatu rumah yang sudah lama tidak ditinggalkan. Terlihat dar
Read more

Perhatian

Degupan di dada membuat fokus Akmal memudar. Ia malah terdiam dan tak menjawab pertanyaan yang telah Khumaira lontarkan.“Mas Akmal, kamu nggak mau ya? Maaf ya, Mas. Aku malah nggak sopan menyuruhmu yang hanya ingin main ke sini sebentar,” ujar Khumaira lagi dengan senyuman yang terasa getir.“Oh, maaf, Mbak Khuma. Aku malah jadi kurang fokus. Kata siapa kalau aku nggak mau membantumu?” ucap Akmal seraya tersenyum.“Kamu diam, artinya kamu sungkan untuk menolaknya kan?” Pertanyaan terucap lirih karena takut Akmal menjadi tersinggung.Akmal kembali tersenyum. Kini, senyumnya semakin lebar. Wajahnya yang sudah manis, semakin menawan karena senyuman yang tulus itu terlukis di bibir.“Aku diam gara-gara fokusku tertuju pada senyumanmu, Mbak Khumaira. Maafkan aku. Nggak sepantasnya aku melihatmu sampai melebihi batas begini. Harusnya, aku menundukkan pandanganku. Maafkan aku sekali lagi."Akmal mengalihkan sorot matanya. Ia menyadari perbuatannya belum bisa dibenarkan mengingat hubungan me
Read more

Karma

Beberapa hari telah berlalu, Laela sudah bisa dibawa pulang dan melakukan rawat jalan. Namun sayangnya, pihak kepolisian belum menemukan keberadaan Sesil. Belum ada petunjuk lain yang bisa mempermudah pencarian.“Apa Sesil belum tertangkap juga, Gi?” tanya Laela yang kini duduk di kursi roda. Ia tak bisa leluasa lagi dalam melakukan kegiatan. Kesehariannya harus dibantu dengan menggunakan alat tersebut.“Belum ada kabar lagi, Bu.”Gifar sudah mulai memperhatikan dirinya lagi. Penampilannya sudah terlihat rapi dari waktu itu. Ia harus menepati janji karena Laela sudah bisa pulang ke rumah dan keadaannya semakin membaik dari sebelumnya.“Bagaimana sih? Kenapa orang kurang ajar itu malah susah ditangkap? Bukankah harusnya gampang mencari Sesil yang hanya seorang perempuan?” gerutu Laela.“Sudahlah, Bu. Ibu jangan terlalu memikirkannya. Pihak kepolisian pasti berusaha semaksimal mungkin, Bu. Ibu masih dalam proses penyembuhan. Ibu nggak boleh banyak pikiran.”Gifar duduk tak jauh dari ibu
Read more
PREV
1234569
DMCA.com Protection Status