Lahat ng Kabanata ng Cinta Satu Malam : Kabanata 41 - Kabanata 50
130 Kabanata
Bab 41. Bertemu Orang Asing
Valerie membanting semua barang yang ada di kamarnya. Kini keadaan kamarnya tampak begitu kacau. Banyak pecahan beling di lantai. Dia tidak lagi memedulikan keadaan kamarnya itu. Valerie menangis, dia berteriak histeris memanggil nama Athes.Beberapa hari ini hidupnya telah tersiksa. Sejak di mana Athes membatalkan perjodohan mereka, Valerie bagaikan mayat hidup. Berkali-kali dia berniat bunuh diri. Tapi Hugo, sang ayah, selalu mencegahnya.“Nona Valerie.” Haura tampak terkejut kala memasuki kamar Valerie yang berantakan. Wajah Haura memucat. Bahkan dia tidak mampu melanjutkan perkataannya. Valerie pun terlihat sangat kacau.“Ada apa kau ke sini!” seru Valerie meninggikan suaranya ketika melihat Haura berdiri di hadapannya.Haura menelan salivanya susah payah. “Maaf, Nona. Tapi ada hal penting yang ingin saya katakan pada Anda,” jawabnya yang gugup.“Apa yang ingin kau katakan?” Valerie menatap dingin assistant-nya itu.“Ini tentang wanita yang menjadi kekasih Tuan Athes, Nona,” ujar
Magbasa pa
Bab 42. Peringatan Dari Aaron Russel
Miranda mengerutkan keningnya kala menatap sosok pria paruh baya yang melangkah mendekat ke arahnya.Tatapan Miranda tampak bingung, pria paruh baya itu mengenal dirinya. Miranda berusaha mengingat pria paruh baya itu, namun nyatanya dia tidak mengingat pria sama sekali paruh baya itu.Bahkan rasanya, dia belum pernah bertemu. Hanya saja wajah pria paruh baya itu masih sangat tampan, dengan tubuh tegap dan gagah mengingat Miranda pada sosok yang begitu dia kenali.“Miranda? Itu siapa?” tanya Helen dengan suara pelan, dan Miranda menjawabnya hanya dengan menggelengkan kepalanya, memberi israyat agar Helen diam.“Miranda Spencer, bisa aku berbicara denganmu?” Pria paruh baya itu berdiri di hadapan Miranda. Iris mata cokelatnya menatap Miranda begitu lekat.“Maaf, kau siapa?” tanya Miranda dengan tatapan bingung. Dia yakin tidak mengenal pria paruh baya yang berdiri di hadapannya itu, namun iris mata cokelat milik pria paruh baya itu serta raut wajahnya tampak tak asing di wajah Miranda.
Magbasa pa
Bab 43. Miranda vs Valerie
Miranda melangkah masuk ke dalam sebuah kafe, tempat di mana dia bertemu dengan Marco. Dia sengaja meminta bertemu di salah satu kafe yang letaknya sedikit jauh dengan apartemennya. Dia tidak ingin Marco mengetahui alamat apartemen pribadinya. Karena memang Miranda ingin menjaga privasi hidupnya.Saat Miranda memasuki kafe itu, dia sudah melihat Marco duduk di ujung sebelah kiri, dekat jendela. Miranda pun langsung mendekat ke arah Marco.“Maaf membuatmu menunggu.” Miranda berucap dengan ramah kala berdiri di hadapan Marco.“Miranda? Kau sudah datang?” sapa Marco dengan senyuman hangat di wajahnya. “Duduklah, tidak enak jika aku duduk dan kau masih berdiri.”Miranda langsung menarik kursi, dia duduk tepat di hadapan Marco. “Tadi ada yang harus aku kerjakan. Jadi aku sedikit terlambat. Maafkan aku, Marco.”“Tidak perlu meminta maaf, aku juga baru saja datang,” balas Marco dengan tatapan lekat pada iris mata perak Miranda. “Oh, ya. Aku sudah memesan orange juice untukmu dan salmon steak
Magbasa pa
Bab 44. Tidak Mau Menikah Denganmu
Athes menenggak wine di tangannya hingga tandas. Pikirannya tak henti memikirkan tentang Miranda. Berkali-kali dia berusaha menghubungi wanita itu, tapi tidak ada jawaban.Sejak kemarin kesehatan Miranda drop, Athes memilih memberikan waktu sejenak untuk wanita itu. Dia tidak ingin membuat keadaan Miranda bertambah parah. Karena memang ini semua adalah kesalahannya.Jika saja Athes tidak membohongi Miranda, ini tidak akan pernah terjadi. Dan jika saja, dirinya sejak lama dirinya memutuskan hubungannya dengan Valerie, ini semua tidak akan pernah terjadi.“Tuan Athes.” Henrik berlari menerobos ruang kerja Athes, dengan begitu tergesa-gesa. Terlihat raut wajah Henrik begitu panik dan cemas.“Ada apa, Henrik?” tanya Athes dingin kala melihat kepanikan di wajah Henrik.“Tuan, apa Anda sudah melihat berita hari ini?” tanya Henrik dengan raut wajah gelisah.“Berita?” Kening Athes berkerut, dia menatap bingung Henrik. “Berita apa yang kau maksud?” tanyanya dengan nada mendesak, agar menjelask
Magbasa pa
Bab 45. Hamil?
“Helen, tunggu.” Darren menahan tangan Helen, yang hendak menuju parkiran mobil.“Darren? Kenapa kau di sini?” Helen melepaskan tangan Darren yang menyentuh tangannya. Dia melangkah mundur, menjauh dari pria itu. Raut wajah Helen tampak terkejut melihat Darren berada di perusahaannya.“Helen, aku ingin bicara denganmu.” Darren hendak mendekat. Sontak, Helen langsung melangkah mundur, menjauh dari Darren.“Tidak ada yang perlu kita bicarakan, Darren.” Helen menatap dingin Darren, seolah dirinya enggan untuk berbicara pada pria di hadapannya itu.Darren mengembuskan napas kasar. Raut wajahnya semakin bersalah. Sudah beberapa minggu terakhir ini, dia berusaha menghubungi Helen. Tapi tidak ada satu pun respon dari wanita itu. Mulai dari telepon, pesan, semuanya diabaikan oleh Helen. Darren tentu saja memahami, Helen menghindar darinya karena kecewa atas apa yang dia katakan sebelumnya.“Helen, kita harus bicara. Aku mohon kali ini biarkan aku bicara padamu,” ucap Darren sungguh-sungguh.H
Magbasa pa
Bab 46. Ancaman Athes
Athes melompat turun dari mobil. Kini Athes berada di kediaman Armstrong. Raut wajahnya tampak begitu dingin, dan iris mata cokelatnya yang memendung amarah seolah akan meledak. Para pelayan dan penjaga yang menyapa Athes, sama sekali tidak dipedulikan olehnya. Athes hanya terus melangkah masuk ke dalam rumah.“Valerie!” teriak Athes memanggil nama Valerie bgitu menggelegar.“Tuan Athes?” Haura terkejut mendengar suara teriakan Athes yang kencang itu.“Di mana Valerie!” seru Athes dengan tatapan begitu tajam pada Haura di hadapannya itu.“Nona Valerie ada di—”“Athes? Kau di sini?” Valerie yang menuruni tangga, dia mengulas senyuman hangat di wajahnya kala melihat Athes datang ke rumahnya. Tepat di saat Valerie sudah datang, Haura langsung pamit undur diri dari hadapan Athes dan Valerie.“Aku tahu kau pasti akan mencariku.” Valerie langsung menghamburkan pelukannya pada Athes. Namun, saat Valerie memeluk Athes dengan cepat Athes mendorong tubuh Valerie, hingga tersungkur di lantai.“A
Magbasa pa
Bab 47. Permintaan Miranda
Miranda duduk di ranjang, dengan pikiran yang menerawang ke depan. Sejak di mana dia tahu dirinya tengah mengandung Miranda bagaikan orang yang tersesat arah.Miranda tidak tahu apa yang harus dia lakukan. Tidak mungkin dia mengatakannya pada Athes. Bukan hanya itu, tapi Miranda juga tidak tahu apa yang harus dikatakan pada keluarganya.Pasalnya, selama ini keluarganya tidak ada yang tahu jika dirinya memiliki hubungan dengan seorang pria.Sekarang Miranda harus dihadapakan dengan kenyataan dirinya mengandung. Apa yang akan keluarganya pikirkan jika sampai tahu dirinya mengandung anak dari Athes Russel?“Miranda, kau belum makan. Makanlah dulu.” Helen masuk ke dalam kamar Miranda seraya membawakan soup untuk sahabatnya itu.Sesaat Helen terdiam kala melihat Miranda yang melamun. Bahkan makanan tadi pagi tidak sedikit pun disentuh oleh Miranda.Termasuk obat dan vitamin yang diberikan oleh dokter, tidak ada yang diminum oleh Miranda. Kini Helen duduk di tepi ranjang. Dia masih diam, da
Magbasa pa
Bab 48. Rencana Valerie
Miranda duduk di sofa seraya membaca email masuk beberapa hari lalu di iPad-nya. Dia sudah lama tidak mengurus perusahaan. Bahkan dia tidak melihat email masuk.Pikiran yang kacau beberapa hari ini, membuat Miranda tidak bisa memikirkan tentang pekerjaannya. Namun, ada rasa bersalah dalam dirinya karena mengabaikan pekerjaan dan menyerahkan sepenuhnya pada Bella dan juga Daren.“Miranda,” Helen melangkah menghampiri Miranda yang duduk di sofa kamar. Kemudian dia mendekat, dan duduk di samping sahabatnya itu. “Apa kau sudah makan?” tanyanya.“Sudah, aku sudah makan dan juga sudah minum obat. Kau tidak perlu mencemaskanku.” Miranda meletakkan iPad-nya ke atas meja. Kemudian menyandarkan punggungnya ke sofa dan mengambil bantal kecil, lalu memeluknya.Helen mengangguk. “Oh, ya. Aku ingin bilang padamu malam ini aku harus terbang ke Los Angeles. Ada jamuan makan malam dan ayahku masih berada di Dubai. Terpaksa ayahku memintaku untuk ke Los Angeles. Kau tidak apa-apa kan aku tinggal sendir
Magbasa pa
Bab 49. Jebakan
Miranda mematut diri di cermin dengan raut wajah yang malas. Hari ini Miranda terpaksa harus menemui rekan bisnisnya. Padahal dia sedang tidak ingin keluar rumah.Mengingat dirinya hingga detik ini masih sering mual. Seperti tadi saat Miranda baru saja bangun tidur, entah sudah berapa kali dia muntah. Setiap makanan yang masuk, Miranda pun merasakan mual yang luar biasa.Terakhir, Dokter mengatakan kehamilan di trismester pertama memang akan sering merasakan mual, terutama saat di pagi hari. Sungguh, ini benar-benar menyiksa dirinya. Namun, Miranda tidak bisa melakukan apa pun.Sejak di mana dia tahu dirinya tengah mengandung, Miranda mulai mencintai janin yang ada di kandungannya. Bagaimanapun, meski Miranda membenci Athes, janin yang ada di kandungannya juga darah dagingnya sendiri. Tentu lambat laun, Miranda akan mencintainya.Suara dering ponsel terdengar, membuat Miranda yang tengah melamun langsung mengalihkan pandangannya pada ponsel yang berdering itu. Miranda mengambil ponsel
Magbasa pa
Bab 50. Terperangkap
“Tuan Athes,” Henrik menyapa kala Athes baru saja keluar dari ruang meeting.“Ada apa?” Athes menatap dingin Henrik yang berdiri di hadapannya.“Tuan, di ruang kerja Anda ada Tuan Besar Aaron yang menunggu Anda sejak tadi,” ujar Henrik memberi tahu.Athes mengembuskan napas kasar. Raut wajahnya berubah mendengar ayahnya datang. Athes mengumpat dalam hati. Ya, tentu dia tahu tujuan ayahnya ke sini hanya ingin membicarakan tentang Valerie. Tidak ada pilihan lain, mau tidak mau Athes harus menemui ayahnya itu. Bisa saja dia langsung pergi, tapi Athes tahu, ayahnya itu akan membuat keributan.Dengan raut wajah begitu dingin dan sepasang iris mata tajam, Athes melangkah masuk ke dalam ruang kerjanya.Seketika Athes terdiam kala melihat Aaron duduk di kursi kerjanya. Ayahnya itu tampak begitu arogan. Kini Athes mendekat ke arah Aaron, dan tatapan yang menatap dingin ayahnya itu.“Ada apa kau ke sini, Dad?” tanya Arthes dengan nada dingin dan tidak ramah.“Begini caramu menyambut kedatangan
Magbasa pa
PREV
1
...
34567
...
13
DMCA.com Protection Status