Semua Bab Cinta Satu Malam : Bab 21 - Bab 30
130 Bab
Bab 21. Penolakan
Athes menenggak vodka di tangannya dengan kasar. Sudah tiga hari sejak di mana Miranda mengungkapkan perasaan padanya, Athes tidak lagi bisa menghubungi Miranda.Beberapa kali Athes berusaha menghubungi Miranda, tapi wanita itu tidak menjawab satu pun telepon darinya. Bahkan saat meeting, Miranda sering meminta direktur perwakilan.Wanita itu tidak ingin bertemu dengan Athes. Dan ini benar-benar menyiksa Athes. Awalnya Athes pikir, dia akan biasa saja jika Miranda menghindar. Tapi kenyataannya, wanita itu telah berhasil membuat dirinya tidak bisa tenang.“Tuan Athes, apa Anda memanggil saya?” tanya Henrik saat memasuki ruang kerja Athes.“Ya, ada yang ingin aku tanyakan padamu,” jawab Athes dingin.“Ada apa, Tuan?” tanya Henrik sopan.“Apa kau pernah jatuh cinta? Dan apa kau pernah menyatakan perasaan cinta pada wanita?” Athes bertanya dengan raut wajah dingin, tanpa ekspresi dan pandangan lurus ke depan.Kening Henrik berkerut mendengar pertanyaan Athes. Dia tampak bingung dan tak me
Baca selengkapnya
Bab 22. Hanya Menginginkanmu
“Nona Miranda.”Langkah Miranda terhenti kala dia baru saja keluar dari kamar, dia berbalik dan mengalihkan pandangannya, menatap pelayan yang berdiri tidak jauh darinya.“Ada apa?” tanya Miranda dingin.“Maaf, Nona. Tapi Tuan Ryhan baru saja kembali dari Singapore. Dia menunggu Anda di ruang kerjanya,” jawab sang pelayan memberi tahu.Miranda membuang napas kasar. “Katakan pada ayahku, aku harus ke kantor. Banyak pekerjaan yang harus aku selesaikan. Nanti aku akan menghubunginya kalau aku sudah tiba di kantor.”“Nona, Tuan Ryhan tadi berpesan beliau ingin langsung Anda bertemu dengannya,” jawab sang pelayan itu lagi.Miranda berdecak tak suka. Hal yang membuat Miranda kesal adalah sifat ayahnya itu terlalu egois dan tidak suka dibantah. Seperti saat ini, dirinya harus ke kantor tapi mau tidak mau dirinya harus menemui ayahnya.Tanpa berkata apa pun, Miranda melangkahkan kakinya menuju ruang kerja ayahnya. Raut wajah kesal begitu terlihat. Masih banyak pekerjaan yang harus dia kerjaka
Baca selengkapnya
Bab 23. Kedatangan Valerie
Miranda menatap wajah Athes yang tengah tertidur pulas. Rahang tegas, hidung mancung, alis tebal milik pria itu benar-benar membuatnya sangat tampan.Ya, Miranda mengakui tidak ada wanita yang tidak luluh dengan wajah tampan Athes. Pria itu mampu membuat para wanita berdesir kala di dekatnya. Di usia yang sudah matang, membuat sosok Athes Russel banyak dikagumi para kaum wanita.Miranda membawa tangannya menelusuri wajah tampan Athes. Senyum di bibir Miranda terukir kala dia mengingat percintaan panas yang telah mereka lakukan. Dia mengingat Athes meginginkannya lagi dan lagi. Bahkan Miranda tidak akan lupa saat Athes memuja setiap inchi tubuhnya. Namun ketika Miranda hendak menurunkan tangannya, dia terkejut tiba-tiba Athes menarik tangannya, dan mengeratkan tubuhnya ke dalam dekapan pria itu.“Athes, kau sudah bangun?” Miranda mendengkus kesal melihat Athes yang pura-pura tertidur. Jika seperti ini, dirinya akan malu. Terlebih tadi dia membayangkan apa yang terjadi sebelumnya. Astag
Baca selengkapnya
Bab 24. Hasrat Yang Tersalurkan
“Miranda, kau dari mana? Aku sudah menunggu di kantormu berjam-jam.”Suara Helen berseru kala melihat Miranda masuk ke dalam ruang kerja. Ya, sudah sejak tadi dia menunggu sahabatnya itu. Tapi dia tidak kunjung datang. Hampir saja dia ingin pergi, karena terlalu kesal menunggu lama.“Helen? Kau di sini?” Miranda terkejut melihat Helen berada di ruang kerjanya. Terlebih dia menatap wajah kesal Helen yang membuatnya tersenyum. Kini Miranda mendekat, dan langsung duduk di hadapan Helen.Helen mendengkus tak suka. “Iya! Aku di sini! Kenapa kau tidak menjawab teleponku! Menyebalkan sekali!”“Ada yang harus aku selesaikan,” jawab Miranda seraya menyandarkan punggungnya di kursi.“Apa yang kau selesaikan?” Helen bertanya dengan tatapan penuh selidik.“Aku membahas kerja sama dengan Tuan Athes Russel,” jawab Miranda lagi.“Kau selalu membahas kerja sama dengan Tuan Athes. Atau jangan-jangan kau memiliki hubungan khusus dengan Tuan Athes Russel?” Helen memicingkan matanya, menatap curiga. Ya,
Baca selengkapnya
Bab 25. Permintaan Marco
Miranda mematut diri di cermin. Dia memoles wajahnya dengan makeup sedikit tebal namun tidak berlebihan. Pagi yang cerah, dia memilih memakai dress berwarna merah dengan tali spaghetti dipadukan dengan lipstick merah yang membuat semua orang melihatnya akan terpesona pada penampilan Miranda hari ini.“Well, Nona Miranda. Kau ingin menggoda para investor yang datang ke perusahaanmu hingga kau berpenampilan begitu memukau hari ini?”Suara Helen berseru dari arah belakang. Dia berdiri di ambang pintu kamar Miranda. Sejak tadi tatapannya terus teralih pada Miranda yang tengah berias.“Kau sudah datang?” Miranda menatap Helen dari pantulan cermin. Dia tidak menanggapi perkataan konyol sahabatnya itu.“Sudah. Aku tidak mau melewatkan sarapan dengan keluargamu.” Helen mendekat, dengan santai dia duduk di atas meja. “Terutama kakakmu itu. Tadi aku berpapasan dengannya,” tambahnya dengan dengan senyuman di wajahnya.Miranda menghela napas dalam. Kemudian dia membalikkan tubuhnya menatap Helen.
Baca selengkapnya
Bab 26. Lunch Bersama
Miranda mengembuskan napas kasar. Dia menjatuhkan tubuhnya di atas ranjang. Tatapan Miranda terus menatap kesal layar ponselnya. Sejak tadi dia berusaha menghubungi nomor ponsel Athes, tapi tidak ada satu pun jawaban dari pria itu. Hanya tadi siang Athes mengirimkan pesan pria itu sibuk dengan pekerjaannya. Mau tidak mau Miranda harus berusaha mengerti. Walau tidak bisa dipungkiri Miranda begitu merindukannya.“Miranda.” Suara Helen memanggil Miranda dengan keras, membuat Miranda menghentikan lamunannya.“Helen? Kau sudah pulang?” Miranda mengalihkan pandangannya pada Helen yang baru saja pulang. Ya, hari ini Miranda begitu sibuk dengan pekerjaannya. Sedangkan Helen disibukkan dengan belanja seharian. “Aku ingin memberitahumu sesuatu.” Helen meletakkan tasnya di atas meja. Lalu duduk di samping Miranda seraya mengambil bantal dan memangkunya.“Kau ingin memberi tahuku apa?” tanya Miranda seraya menatap Helen.“Tadi saat aku tengah berbelanja di butik, aku tidak sengaja melihat mobil
Baca selengkapnya
Bab 27. Ungkapan Hati
“A-Athes?”Miranda tampak begitu terkejut melihat Athes yang kini mendekat ke arahnya. Iris mata peraknya menatap raut wajah Athes yang tampak menahan amarah yang telah tersulut dalam dirinya. Bahkan Miranda melihat jelas geraman tertahan Athes. Miranda hanya menghela napas panjang melihat wajah kekasihnya itu. Ya, Miranda yakin Athes akan salah paham padanya.“Tuan Athes?” Marco menyapa kala Athes tiba di hadapannya.Athes hanya mengangguk singkat saat Marco menyapa dirinya. “Tuan Marco, apa yang membawamu ke sini? Apa kau memiliki janji makan siang bersama dengan Nona Miranda?” Dia berkata dengan formal, menambahkan kata ‘Nona’. Meski dirinya dipenuhi dengan api kemarahan, namun Athes tetap berusaha untuk tidak menunjukkannya. Karena memang Marco tidak mengetahui hubungannya dengan Miranda.“Ah, iya. Aku memiliki janji makan siang bersama Nona Miranda. Kami juga membahas tentang beberapa kerja sama kami.” Marco menjawab dengan nada yang terdengar santai. Namun tersirat penuh ketegas
Baca selengkapnya
Bab 28. Mencoba Menggoda
Athes mengisap rokok dengan kuat dan mengembuskan ke udara. Pandangannya kosong dengan pikiran yang menerawang ke depan. Dia tidak menyangka beberapa jam lalu dirinya mengatakan kata cinta pada Miranda. Sebuah ungkapan yang tidak pernah diucapkan dalam hidupnya.Kini semua menjadi rumit. Dia sebentar lagi akan menikah dengan Valerie. Sedangkan dia tidak mungkin melepaskan Miranda. Jika saja Miranda tahu mengenai Valerie, wanita itu pasti akan membencinya. Tidak, Athes tidak akan membiarkan itu. Dia tidak akan membiarkan Miranda mengetahui semua ini. Dia harus mengambil keputusan sebelum semuanya terjadi.“Athes, apa yang kau pikirkan?” Suara lembut Miranda, membuyarkan lamunan Athes. Dia melangkah mendekat, tubuhnya masih terbalut oleh bathrobe dengan rambut yang dililit oleh handuk.“Kau sudah selesai mandi?” Athes tersenyum melihat Miranda di hadapannya.“Iya.” Miranda duduk di pangkuan Athes, lalu dia mengaitkan tangannya di leher pria itu. “Dress-ku robek akibat ulahmu. Apa kau su
Baca selengkapnya
Bab 29. Incident
Athes menyandarkan punggungnya di kursi seraya memejamkan mata lelah. Pikirannya terus memikirkan kejadian tadi malam. Dia tidak menyangka bisa mengendalikan dirinya. Bahkan, dia mampu menunggu hampir tiga puluh menit sampai Henrik datang. Harusnya, dia tidak mungkin bisa menahan hasrat ketika ada yang memasukkan obat dalam minumannya.Ya, Athes tidak pernah berpikir Valerie akan berani melakukan hal itu. Wanita itu memasukkan obat perangsang dengan dosis tinggi. Athes harus berendam di air dingin, mengurangi rasa sakit yang membakar seluruh tubuhnya. Beruntung, dia hanya menunggu tiga puluh menit. Entah apa yang terjadi jika dirinya menunggu harus lebih lama dari itu.“Tuan Athes.” Henrik melangkah masuk ke dalam ruang kerja Athes.“Kenapa kau di sini? Bagaimana perusahaan?” Athes menatap dingin Henrik yang berdiri di hadapannya. Pagi ini Athes memang memutuskan untuk tidak ke kantor. Dia memilih untuk bekerja di rumah. Pikirannya yang kacau membuat dirinya enggan datang ke kantor.“
Baca selengkapnya
Bab 30 – Kepercayaan Miranda
Miranda menjatuhkan tubuhnya, terduduk di sofa kamar. Dia tampak kesal saat tadi dia menghubungi Athes, tapi pria itu langsung memutuskan sambungan telepon. Padahal dirinya belum selesai bicara. Dan karena hal itu juga langsung membuat mood Miranda berantakan hingga memutuskan untuk pulang ke rumah. Saat tadi dia menghubungi Athes, dirinya sudah berada di jalan menuju perusahaan pria itu. Namun, hanya penolakan yang didapatkannya.“Menyebalkan sekali.” Miranda menggerutu seraya menyandarkan punggungnya di sofa. Dia menengadahkan kepalanya, menatap langit-langit kamar. Perlahan, Miranda mulai memejamkan mata. Entah kenapa tubuhnya begitu lelah. Belakangan ini dia harus dibebankan pekerjaan, dan hampir setiap hari dia kesal pada Athes.“Miranda, kau sudah pulang?” Helen berdiri di ambang pintu, dia sedikit heran melihat Miranda berada di dalam kamar. Pasalnya tadi pagi sahabatnya itu sudah berangkat ke kantor.“Aku sedang malas di kantor,” jawab Miranda dingin. Dia masih memejamkan mata
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
...
13
DMCA.com Protection Status