Semua Bab Pengantin Pengganti untuk CEO Arogan: Bab 11 - Bab 17
17 Bab
11. Yang pertama
"Haruskah kita melakukannya sekarang? Aku membutuhkanmu, Arletta. Aku ingin kau memuaskan aku," bisik Davian tepat pada telinga gadis itu.Sebuah bisikan yang mampu membuat Arletta mengeratkan rematan tangannya pada pakaian yang saat ini dia kenakan.Hingga entah bagaimana, pada akhirnya bibir pria itu sudah berhasil mendarat tepat pada bibir Arletta. Untuk kali kedua, pria itu kembali menikmati bibir yang membuatnya merasa mabuk. Melupakan sejenak kepenatan yang saat ini dia rasakan atau bahkan kembali mengenang Tiara yang begitu dia rindukan.Dia tahu Arletta berbeda dengan Tiara. Baik itu dari segi fisik atau pun sikap, bahkan keahlian mereka berbeda dalam berciuman.Jelas Tiara lebih unggul. Wanita itu selalu mampu mengimbangi ciumannya yang diberikan oleh Davian. Sangat berbeda dengan Arletta yang masih terasa kaku. Membuat Selanjutnya lebin mendominasi pagutan tersebut.Meski begitu, Davian tak masalah. Dia yang bisa memimpin. Akan lebih baik juga jika dia bisa membuat Arletta m
Baca selengkapnya
12. Keluh kesah yang tertahan
Pagi kembali menyapa, dan Arletta sama sekali tidak tahu kalau keluarga Davian masih berada di rumah itu. Mereka menginap, dan Arletta sekarang baru saja melangkahkan kakinya keluar setelah dibangunkan oleh Davian saat jam sudah menunjukan pukul delapan pagi.Davian membangunkan Arletta untuk mengajaknya sarapan bersama. Dan begitu Arletta melangkahkan kakinya menuju dapur, dia sudah mendapatkan beberapa tatapan yang tajam. Tatapan yang diberikan seolah tengah menghakimi Arletta.Totalnya ada sepuluh orang di sana. Termasuk Davian dan juga Dayanti. Serta enam orang di sana yang telah memberikan tatapan tak ramah pada Arletta. Menatap Arletta yang seolah telah melakukan kesalahan besar karena baru saja bangun terlambat di antara yang lainnya. Padahal, Davian sendiri yang membuat Arletta kelelahan semalam sampai tak sadar tertidur selama itu katena tubuhnya benar-benar terasa lemas.Bahkan, Arletta saja masih merasakan ngilu di bawah sana sampai saat ini."Selamat pagi. Maaf aku terlamb
Baca selengkapnya
13. Membuat kesepakatan
Terdiam dengan segelas air hangat yang berada di tangannya, kepala Arletta terus menunduk dengan sisa air mata yang sudah mengering di pipinya. Dia mencoba terus terdiam dengan beberapa perasaan yang saat ini tengah dia rasakan. Di mana perasaan kacau adalah yang paling mendominasi sekarang.Jemarinya terus bergerak mengetuk sisi gelas yang saat ini ada di tangannya. Dia Terus membiarkan keheningan menyelimutinya bersama dengan pria yang saat ini duduk di hadapannya. Peia yang beberapa saat lalu telah menjadi saksi segala keluh kesah yang dia keluarkan. Keluh kesah yang berusaha dia tahan."Jadi, apa yang kamu inginkan sekarang? Bercerai?" tanya Davian begitu saja.Dia sudah mendengarkan semuanya dari Arletta. Dia mendengar jelas jika gadis itu juga memang menyesal telah melakukan pernikahan ini. Davian sadar betul kalau gadis itu memang tersiksa dengan keputusan yang dia buat ini. Maka dari itu Davian sudah memberikan penawaran untuk bercerai padanya.Ini bukan seperti Davian memang
Baca selengkapnya
14. Masa lalu yang datang
"Arletta, ya?" tanya orang itu dengan senyuman yang sudah dia lukiskan.Sementara yang disebutkan namanya itu tetap bergeming. Dia masih terkejut hingga tak dapat berkata apa pun. "A—apa yang kau lakukan di sini?" tanya Arletta saat dia sudah mulai berusaha berbicara di antara kekakuan yang dia rasakan.Hingga pertanyaan itu membuat pria di depannya menganggukkan kepalanya. "Mau bertemu dengan Kak Davian. Tapi, ngomong-ngomong senang bertemu dengan mu di sini," ucapnya.Sementara Arletta kembali terdiam di tempatnya tanpa mengatakan apa pun lagi. Karena pada faktanya, pria yang saat ini berdiri di hadapannya adalah orang yang dia kenal.Sangat Arletta kenal dengan baik."Jadi boleh ak—""Siapa, Arletta?!"Suara Davian terdengar semakin mendekat pada tempat di mana Arletta berada sekarang. Karena nyatanya, pria itu memang tengah melangkahkan kakinya untuk mendekat ke arahnya. Davian yang kembali keluar dari kamarnya setelah dia memeriksa ponselnya dan mendengar bel rumahnya yang berbu
Baca selengkapnya
15. Bulan madu
Entah hanya firasat Arletta atau memang benar jika Ghava mengarahkan sorot matanya itu padanya. Seolah apa yang dia katakan memang ditujukan untuk Arletta. Apa yang dimaksud pria itu mencoba mengarah pada Arletta, meski Arletta sendiri tidak tahu apa maksud pria itu mengarah ke arahnya."Sayang sekali, harusnya kalau memang itu adalah sesuatu yang kau inginkan, kejar sampai dapat!" Tegas Davian pada Ghava.Dia memecah keheningan yang sempat terjadi. Hingga akhirnya Arletta menghela nafasnya tak ketara dengan Ghava yang langsung terkekeh pelan untuk merespon apa yang dikatakan oleh pria itu di sana."Ya, harusnya begitu. Tapi, tak masalah. Mungkin memang harusnya seperti ini," ucap Ghava yang nampaknya berusaha bersikap tenang. "Ah, kak Davian. Sepertinya aku tidak bisa lebih lama berada di sini. Aku harus segera pulang karena aku juga belum bertemu mereka sama sekali," ucap Ghava yang pada akhirnya bangkit dari duduknya.Davian mengernyit menatap Ghava di
Baca selengkapnya
16. Kau hanya istri pengganti!
 ***Berjalan dengan tergesa, kini Arletta sudah menghampiri Davian yang baru saja keluar dari rumahnya. Pria itu hendak pergi ke kantornya, tapi Arletta mencegatnya sebelum pria itu pergi dari sana. "Apa maksud kau berbulan madu?!" Tegas Arletta langsung pada pria itu.Iya, dia masih tidak mengerti dan perlu jawaban jelas dari Davian akan apa yang sebelumnya mereka bahas beberapa waktu lalu bersama orangtuanya. Arteta masih ingin menanyakan apa alasan Davian menyetujui hal itu. "Memangnya kenapa? Apa kau tidak suka?" tanya Selatan tanpa merasa bersalah sama sekali. Seperti biasa, raut wajah pria itu malah terlihat cukup datar. Terkesan tak perduli dan tidak tertarik akan apa yang baru saja Arletta katakan padanya. Arletta menggelengkan kepalanya begitu saja. "Ini bukan tentang suka atau tidak suka. Tapi, masalahnya untuk apa?!" "Kau masih gadis saat menikah denganku. Kurasa, aku juga perlu m
Baca selengkapnya
17. Bulan madu
Entah bagaimana, sekarang Arletta sudah berada di dalam pesawat yang sama dengan Davian. Pesawat yang dia tahu akan menuju sebuah pulau di Indonesia. Apalagi kalau bukan Bali? Tempat yang banyak dikunjungi untuk berlibur.Ini bukan kali pertama untuk keduanya pergi ke sana. Arletta sudah pernah pergi ke sana saat dia melakukan study tour beberapa tahun yang lalu. Sementara Davian juga pernah beberapa kali pergi ke sana saat harus mengurus pekerjaannya.Alasan Davian memilih tempat ini juga karena dia tidak mau memilih tempat yang jauh dan akan membuat mereka kesulitan untuk bicara pada orang-orang di sana. Meksipun alasan utamanya tetaplah Tiara. Kekasihnya itu pernah mengatakan ingin sekali berbulan madu di sana. Keinginan Tiara yang sekali lsgi akan Davian wujudkan meski yang bersama dengannya adalah wanita lain. "Aku mau tidur dulu. Katakan kalau kita akan segera sampai nanti. Aku lelah, semalaman aku tidak cukup tidur karena Sena terus menangis," ucap Arletta yang kini sudah memb
Baca selengkapnya
Sebelumnya
12
DMCA.com Protection Status