All Chapters of Kau Duakan Aku, Kubawa Anakmu Pergi : Chapter 41 - Chapter 50
105 Chapters
Bab 41
"Kamu gila ya? Sudah bagus dia perhatian sama kamu, malah kamu tolak! Aku yang jomblo aja pengen segera punya cowok, eh kamu malah buang berlian yang sudah nempel di badan kamu!" omel Aisha saat Aini menceritakan apa yang baru saja ia lakukan pada Khalid."Aku lagi hamil, Sha. Mana mungkin aku menerima laki-laki lainnya? Lagian aku masih trauma sama Mas Hisyam. Ditambah ketemu Mas Zain, astagaaa bikin aku sudah ngga mood lagi kenal sama yang namanya laki-laki.""Zain? Siapa dia?" tanya Aisha dengan dahi mengernyit. Sorot matanya tak lepas dari wajah Aini yang tampak sayu."Dia, emm diaa bukan siapa-siapa," elak Aini mencoba menutupi. Wajahnya celingukan saat mendapati tatapan Aisha tertuju padanya.Aisha yang sudah kenal lama dengan Aini tidak bisa diam saja melihat gerak-gerik Aini yang tak biasanya. Seperti ada yang sedang ditutupi. Mata Aisha memicing menatap wajah Aini yang menunduk sambil menautkan dua jemarinya.Melihat Aini yang tak biasa, Aisha segera duduk di samping Aini. Ia
Read more
Bab 42
"Makasih, Bu," ujar Aisha setelah menerima lembaran kembalian dari ibu penjual.Namun, setelah kaki Aisha melangkah hingga luar tenda, Aini masih mematung sambil memegang sesuatu di tangannya. Matanya terlihat serius menatap lembaran yang ia pegang."Ck! Kenapa lagi tuh ibu-ibu?!" gumam Aisha. Ia pun kembali menghampiri Aini yang masih berdiri."Woii, ayoo," pekik Aisha tertahan. Tangannya yang tak terlalu besar itu memukul pelan bahu Aini hingga membuatnya berjingkat.Lembaran kertas yang dipegang Aini pun terjatuh seketika."Apa, Sha? Berapa?" tanya Aini geragapan. Tangannya merogoh dompet yang ada di dalam tas di bahunya."Sudah dibayar dari tadi juga! Kamu kenapa sih?" Aisha memberondong Aini dengan cercaan. Matanya menelisik wajah sahabat rasa saudara itu, kemudian ia mengikuti gerak benda yang baru saja menempel di atas tanah.Aini menggeleng cepat. Ia lantas mengambil kembali foto yang terjatuh itu, kemudian langkahnya menyusul Aisha yang sudah memakai helm dan bersiap untuk ke
Read more
Bab 43
"Aini sudah memintanya untuk menjauhi Aini, Bu." Aini berujar dengan suara tertahan."Dia baik, Nak.""Tapi posisi Aini sedang tidak bisa menerimanya, Bu. Aini hamil, Aini seorang janda sementara dia, anak orang terpandang. Keluarganya punya bisnis yang bagus dan karirnya cemerlang. Apa Aini pantas mendapatkannya?"Strata sosial memang rawan membuat seseorang merasa insecure. Terlebih Aini berasal dari panti asuhan yang notabene tak tahu siapa ibunya. Aini tahu diri, sebelum banyak yang mencemoohnya soal ini. Bu Fatimah menghela napas panjang. Berat memang, tapi amanah tetaplah amanah yang harus disampaikan. Bagaimana pun respon Aini, ia tetap harus menyampaikan apa yang Khalid minta."Bagaimana dengan Zain?" tanya Bu Fatimah."Mas Zain sudah menikah, Bu. Aini merasa dunia ini tak berpihak pada Aini. Berat sepertinya untuk kebahagiaan itu datang menghampiri Aini," kesal Aini. Kepalanya menunduk, nelangsa merasai takdir yang selalu tak berpihak padanya. Hatinya nelangsa merasai ujian
Read more
Bab 44
"Aini dimana, Bu?" tanya Khalid ketika langkahnya baru saja terhenti di depan Bu Fatimah yang tengah membersihkan halaman bersama beberapa anak asuhannya.Khalid mengedarkan pandangannya ke seluruh penjuru halaman. Bahkan matanya mencari sosok yang ia cari di dalam ruang tamu yang pintunya sedang terbuka lebar.Nihil. Khalid tidak menemukan siapapun di dalam ruang tamu itu kecuali foto-foto kegiatan panti dan piagam yang lainnya."Baru saja naik ojek online. Mungkin sekarang masih dalam perjalanan menuju terminal." Bu Fatimah berujar pelan. Ia merasa bersalah karena tak bisa membantu Khalid akan permintaannya beberapa waktu lalu. Ia tak tega memaksa Aini untuk membuka hati setelah apa yang Aini saksikan."Baiklah, saya permisi," ujar Khalid yang setelahnya bergegas pergi meninggalkan halaman rumah Bu Fatimah yang luas.Bu Fatimah menatap punggung laki-laki yang sedang berjuang itu. Dalam hatinya, ada doa baik agar hubungan anaknya dan laki-laki itu kembali berjalan baik, bahkan lebih
Read more
Bab 45
Aini berlari meninggalkan Khalid yang sedang berdiri tercengang karena sikap kerasnya. Penjelasan laki-laki di depannya belum usai tapi Aini terlanjur marah dan pergi. Akhirnya, Khalid hanya bisa mematung sambil menatap punggung Aini yang kian menjauh dengan perasaan bersalah campur nelangsa."Aku belum selesai, Ai! Harusnya kamu dengarkan aku dulu," lirih Khalid dengan pandangan lurus kepada punggung Aini. Ia menyesali sikapnya yang membuat Aini mungkin merasa tak berarti.Khalid melemparkan tangannya kesembarang arah sebagai luapan rasa kesal dalam dirinya. Ia tak mungkin lagi mengejar Aini jika sudah dalam keadaan yang seperti ini, lebih baik memberi waktu sendiri dulu untuk menghargai Aini dengan segala keputusan yang telah dia ambil demi bisa bicara dengan baik dikemudian hari.Tak lagi mengejar Aini, Khalid pun akhirnya kembali ke mobilnya. Hatinya terus berdoa agar Aini tetap dalam keadaan baik dan tidak terjadi hal apapun sampai tiba saat yang tepat untuk Khalid menjelaskan s
Read more
Bab 46
"Murung aja, Ai," sapa Rama saat melihat Aini diam sambil melamun. Matanya menatap bagian luar toko melalui dinding kaca yang tepat berada di dekat meja kasir."Saya, emm saya mau," ucap Aini terbata. Ia ragu untuk mengungkapkan kegelisahannya."Mau apa, Ai? Saya dapat pesan dari Khalid untuk selalu menjaga dan membantu kamu setiap kamu butuh sesuatu." Rama berujar dengan mantapnya. Ia merasa bertanggung jawab atas diri Aini karena berdasarkan yang Khalid bilang Aini adalah calon istrinya.Aini menatap wajah Rama sekilas, lalu menunduk. Betapa bayang-bayang Khalid ada di manapun dalam dirinya. Ingin ia hidup bebas tanpa orang-orang yang pernah hadir di masa lalu dalam hidupnya, terlebih yang pernah menggoreskan luka."Saya mau resign." Akhirnya kalimat itu lolos dari bibir Aini."Lalu? Kamu akan kerja apa?"Aini kembali menunduk. Akta cerai sudah ada di tangannya. Tabungan pun dirasa cukup untuk memulai hidup baru tanpa bantuan Khalid sedikit pun. Tapi Aini masih belum tahu kerjaan ap
Read more
Bab 47
"Baru pulang, Nak?" tanya Bu Airin saat mendapati wajah putra sulungnya baru masuk ke dalam rumah. Wajah yang terlihat kusut dan murung itu membuat Bu Airin mengernyitkan dahinya.Khalid menjawab pertanyaan ibunya hanya dengan anggukan. Kaki yang jenjang itu pun berlalu meninggalkan ibunya yang masih memperhatikannya menuju ruang kamar."Kenapa Mas Khalid, Bu?' tanya Reina, adik Khalid. Ia menghampiri ibunya yang sedang berdiri di ruang tengah setelah melihat wajah sang kakak yang tak biasanya. Melihat sikap Khalid, Bu Airin urung duduk. Mata tua itu sibuk mengamati punggung putranya hingga menghilang di balik pintu kamar."Lagi patah hati mungkin." Bu Airin membalas tatapan Reina sekilas."Lagian nyari yang model gimana sih? Ngga nikah-nikah!" oceh Reina sambil menjatuhkan badannya ke atas sofa. Ia meraih remot televisi untuk mengganti chanel kesukaannya."Sudah, jangan ikut urus masalah Masmu. Nanti kamu kena omel." "Kebanyakan ngomel sih, sampai cewek-cewek pada takut buat deket
Read more
Bab 48
Aini sedang menikmati semangkuk cap cai pemberian Nanda. Perutnya lapar sehingga capcai itu langsung habis dalam sekali makan."Libur, Mbak?" tanya Aini saat ia melihat Nanda baru saja keluar kamar. Ia duduk di teras sejenak untuk melepas jenuh yang sejak tadi membuat kepalanya pusing."Iya libur, Mbak. Mari, Mbak. Saya mau ke rumah Mama dulu," pamit Nanda pada Aini. Ia mengangguk sopan sebelum badannya berbalik meninggalkan Aini di kursinya."Iya, hati-hati, Mbak," jawab Aini ramah. Matanya menatap punggung yang kian menjauh dari pandangannya.Ada sebuah rasa yang membuat Aini makin merasa tidak nyaman di tempat ini. Nanda, ya kebaikan Nanda padanya membuatnya khawatir akan Zain yang sewaktu-waktu bisa saja berbuat nekat pada Aini. Ajakannya untuk pulang kampung bersama waktu itu menjadikan peringatan pada Aini untuk terus mawas diri agar tidak terlena.Aini menyandarkan punggungnya di sandaran kursi rotan yang dipernis indah. Tempat yang kerap ia gunakan untuk melepas penat dan meng
Read more
Bab 49
Sebuah ball room hotel berbintang telah diubah menjadi sebuah venue pernikahan yang cantik. Aneka macam bunga hidup telah melekat di tiap sudut panggung pelaminan yang siap diduduki oleh kedua mempelai. Wangi bunga sedap malam menguar di seluruh ruangan karena berada di tiap sudut ruangan.Di depan pintu masuk, terdapat gapura pelaminan yang penuh dengan tatanan kembang melingkar dari ujung hinga ujung yang lainnya. Mulai dari gapura itu pula terdapat karpet merah yang digelar hingga tangga pernikahan. Karpet itu sebagai rute perjalanan pengantin hingga duduk di singgasana yang indah di atas panggung.Bibir Zahra merekah sempurna saat mendapati roncean melati telah melekat sempurna di atas kepala dan di bahunya hingga menjuntai ke depan dada. Wangi melati itu menguar di seluruh ruangan yang digunakan untuk merias kedua mempelai.Tak hanya itu, ada cunduk mentul berjumlah lima buah yang telah menancap tepat diujung sanggul yang memiliki arti khusus.Badan Zahra makin terlihat anggun de
Read more
Bab 50
Seseorang berlari dengan kencang dari seberang jalan lalu mendorong tubuh Aini ke tepi jalan. Badan orang tersebut oleng dan terserempet motor yang tengah melintas itu.Sayangnya, pengendara yang melintas itu tidak mau berhenti. Pengemudi motor itu makin menarik kencang tuas gasnya untuk menghindari kejadian naas itu.Sebuah benturan mendarat di dahi dan siku orang tersebut. Banyak warga yang berdatangan saat melihat tubuh tegap yang telah menyelamatkan Aini tergeletak di pinggir jalan raya. Laki-laki itu tak sadarkan diri."Bawa ke rumah sakit.""Bawa ke pinggir dulu, biar aman.""Ambilkan air putih, kasihan itu!"Teriakan beberapa orang yang tak sengaja melihat kejadian itu. Mereka berbondong-bondong mendekati tubuh yang tergeletak untuk menolongnya.Zain berlari mendekati Aini. Syok dan panik bercampur jadi satu memadati hatinya. Ia sedikit lebih tenang saat mendapati Aini tidak terluka sedikitpun. "Kamu ngga apa-apa?" tanya Zain khawatir. "Perutmu? Ada kram ngga?" Zain melihat p
Read more
PREV
1
...
34567
...
11
DMCA.com Protection Status