Kau Duakan Aku, Kubawa Anakmu Pergi

Kau Duakan Aku, Kubawa Anakmu Pergi

By:  Safiiaa  Completed
Language: Bahasa_indonesia
goodnovel16goodnovel
10
5 ratings
105Chapters
32.8Kviews
Read
Add to library

Share:  

Report
Overview
Catalog
Leave your review on App

Tuduhan Hisyam tidak akan membuat status janin dalam rahim Aini lepas darinya. Namun, Aini tetap memilih pergi untuk mendapatkan kehidupan yang lebih baik dengan bantuan Khalid yang telah memendam lama perasaannya. Tetapi siapa sangka jika ditempatnya yang baru, ia malah bertemu dengan Zain, lelaki dari masa lalu yang telah ia pendam dalam hati. Akankah Aini berpaling dari usahanya untuk menerima Khalid demi Zain? atau ia lebih memilih kembali kepada Hisyam setelah menyadari semua kesalahannya? Lantas bagaimana dengan Khalid?

View More
Kau Duakan Aku, Kubawa Anakmu Pergi Novels Online Free PDF Download

Latest chapter

Interesting books of the same period

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Comments
user avatar
Zaid Zaza
Kerren Bangett! Rugi Kalau nggak Baca!! Izin promo Thor. Yok mampir di novel: "ROH KAISAR LEGENDARIS"
2024-02-03 14:50:53
0
user avatar
Viala La
Bagus kk ceritanya, follback aku y kk..
2023-08-06 18:00:41
1
user avatar
Mama Kiswah
keren, Kak ceritanya... doble bab dong...
2023-07-31 23:51:14
1
user avatar
Meriatih Fadilah
cerita baru nih , semangat .........
2023-07-06 00:56:08
1
user avatar
Goresan Pena93
semangat aayang
2023-07-04 19:25:33
1
105 Chapters
Bab 1
Bab 1 "Mas Hisyam," lirih Aini tak percaya. Dadanya tiba-tiba saja berdenyut nyeri saat melihat gambar dalam layar ponsel yang ada di sebelah wadah kecil berisi urine miliknya. Benda pipih hasil tes kehamilan itu jatuh ke lantai saat mata Aini makin jelas mengamati sebuah rekaman video singkat yang dikirim oleh seseorang. Uluran tangan Hisyam menyentuh ujung bibir perempuan di depannya dalam video tersebut membuat dadanya bak dihantam palu godam. Udara yang bebas dalam ruangan kamar yang lumayan besar itu tiba-tiba terasa sulit untuk dihirup oleh hidungnya. "Tak mungkin begini," lirih Aini. Ia masih tidak percaya dengan apa yang dilihatnya. Pikiran baik masih terus menusuk-nusuk pikirannya karena tak mau percaya dengan video tersebut. "Ngga mungkin! Mas Hisyam ngga mungkin selingkuh!" gumam Aini lagi. Ia segera mengetik pesan balasan untuk pengirim video tersebut. Aini Aku ngga percaya. Ini pasti cuma temenan aja. Aisha Ngga percaya ya sudah, kamu boleh datang untuk memastikann
Read more
Bab 2
"Mas, dengarkan penjelasanku dulu," teriak Aini lantang. Ia berusaha meraih lengan suaminya tetapi Hisyam menggeser badannya. Hisyam memalingkan wajahnya dari hadapan Aini. Sakit hati dan kecewa berjejalan dalam hatinya. Ia tak tahu harus bahagia atau bersedih."Ngga perlu menjelaskan. Foto itu sudah membuktikan semuanya." Zahra menyahuti. Ia tak mau membiarkan Hisyam luluh akan ucapan Aini."Ayo, Mas. Kita pergi saja," ajak Zahra kemudian. Ia memeluk lengan Hisyam dengan eratnya dan menggandengnya menuju mobilnya terparkir.Seulas senyum miring terbit dari bibir Zahra yang kemerahan. Hatinya bersorak penuh kemenangan. Usahanya dan kesabarannya akhirnya membuahkan hasil.Aini menunduk sambil menikmati hujan tangis di wajahnya. Betapa suami yang dicintainya tega membiarkannya dalam keadaan seperti ini. Laki-laki yang mengambil alih tanggung jawab dari keluarganya kini telah ingkar akan janji setia yang diucapkannya semasa ijab dulu.Langkah Aini gontai meninggalkan tempatnya terduduk.
Read more
Bab 3
Bab 3"Ibu, tolong percaya pada Aini. Aini tidak mungkin melakukan hal keji itu. Janin ini darah daging Aini dengan Mas Hisyam." Aini meraih pergelangan kaki Bu Laras. Ia berharap hati Bu Laras luluh dan mau memaafkan serta memberinya kesempatan sekali lagi. Tidak ada yang dimiliki oleh Aini selain keluarga dari suaminya. Ia yang berasal dari panti asuhan merasa memiliki keluarga sempurna saat menjalin hubungan dengan Hisyam. Lelaki baik yang mau menerima keadaannya sebagai gadis yatim piatu. Sayangnya laki-laki itu mudah dihasut akan kabar yang belum jelas kebenarannya.Namun kini, bayangan kisah hidupnya yang malang tengah mengancam masa depan janin yang dikandungnya. Aini tidak mau anaknya merasakan hal yang sama seperti dirinya.Bu Laras terdiam melihat Aini yang terus memohon padanya. Hati dan pikirannya sedang berperang untuk menolong menantu yang sudah disayangi layaknya anaknya sendiri."Maafkan Aini, Bu," lirih Aini lagi."Maafkan Ibu, Aini. Ibu hanya bisa memberimu kesempat
Read more
Bab 4
Bab 4"Ibu kenapa?" tanya Aini panik saat melihat tubuh Bu Laras sudah tak sadarkan diri.Hisyam dan Zahra pun turut berlarian menghampiri sumber suara itu."Ibu kenapa, Dek?" Suara Hisyam membuat Aini yang sudah berada di depan Bu Laras segera menoleh. Binar matanya menyiratkan rasa cemas yang teramat."Ngga tau, Mas. Ibu jatuh sendiri," balas Aini sambil berusaha mengangkat lehernya hendak dipeluk."Tunggu, jangan dipeluk begitu. Biarkan saja tergeletak." Hisyam berjalan mendekati tubuh ibunya. Ia memeriksa denyut nadi di lengan dan lehernya. "Telepon rumah sakit aja, Mas," ucap Zahra yang turut mengikuti langkah Hisyam masuk ke dalam rumahnya."Ah ya, kamu benar. Cepat ambil ponselnya!" titah Hisyam. Ia lantas dibantu Aini membawa tubuh Bu Laras ke dalam kamar sambil menunggu ambulan datang.Tubuh Bu Laras yang sudah tak sadarkan diri itu dibaringkan di atas tempat tidur di kamar Bu Laras. Hisyam berjalan mondar-mandir sambil melipat tangannya di pinggang sambil menunggu datangnya
Read more
Bab 5
Bab 5 Suasana rumah sakit mendadak sunyi saat dokter mengabarkan kondisi Bu Laras makin memburuk. Operasi yang dilakukan tidak membuat kondisinya makin baik, tetapi malah makin membuat kondisi pasien drop. Hisyam berjalan mondar mandir di depan ruang ICU. Hati dan pikirannya sedang kacau. Bagaimana tidak, nasib rumah tangganya sedang diujung tanduk sementara ibunya tiba-tiba mendapatkan musibah. Wanita yang ia sayangi, yang seharusnya menjadi penguat saat dirinya sedang terombang-ambing masalah malah turut menderita seperti ini. Hisyam bak kehilangan satu sayapnya untuk terbang mengarungi samudera kehidupan. Aini duduk di kursi tunggu sambil menunduk. Hatinya diliputi rasa bersalah karena sedikit banyak musibah ini terjadi setelah dirinya bertengkar dengan Hisyam. Bahkan untuk duduk di dekat suaminya saja Aini tak punya nyali. "Maafkan aku, Mas," lirih Aini. Linangan air matanya tak membuat Hisyam menoleh sedikitpun. "Memberimu maaf pun tak membuat Ibu kembali seperti sedia kala.
Read more
Bab 6
Bab 6"Rasain," ucap Zahra setelah Hisyam berlalu dari hadapan Aini. Ia melipat kedua tangannya di depan dada sambil tersenyum miring menatap Aini yang sedang dirundung luka."Kamu!" geram Aini. Ia kemudian berlari menghampiri Hisyam yang tengah berjalan menjauhinya. Wanita hamil itu tak bisa diam begitu saja."Mas tunggu!" ucap Aini sambil menarik lengan Hisyam. Ia tak terima dengan ucapan Hisyam yang tanpa dipikir matang-matang. Pernikahan itu bukan mainan yang bisa seenaknya saja melontarkan kata talak."Apalagi? Kamu sudah selingkuh, masalah ini membuat ibu jatuh dan meninggal. Apalagi yang bisa kujadikan alasan untuk mempertahankan kamu di sisiku?"Kepala Aini terasa berputar mendengar ucapan Hisyam. Kecelakaan yang menimpa Bu laras bukan salahnya. Itu murni kecelakaan yang tidak ada sangkut pautnya dengan dirinya. Selingkuh? Apalagi itu. Aini tidak bisa diam saja. Perlahan ia mengatur ritme napasnya agar bisa berbicara dengan jelas."Mas, aku sedang hamil. Apa tidak ada sedikit
Read more
Bab 7
"Aisha?" pekik Aini kaget. Ia tak menyangka jika bertemu dengan Aisha di pinggir jalan raya seperti sekarang ini."Kamu ngapain di sini? Aku habis dari rumahmu tapi kata perempuan itu kamu sedang keluar. Tapi kok kamu di sini? Ngapain bawa tas segala?" tanya Aisha penasaran. Ia memegang tas di depan Aini untuk memastikan isinya.Aini menatap nanar wajah Aisha. Ia pun lantas menceritakan semua yang terjadi. Urut dan runut. Hingga Aisha turut geram akan sikap Hisyam dan juga Zahra itu."Lalu sekarang kamu mau gimana?""Aku ngga tau, Sha. Aku bingung. Aku juga lagi hamil," jawab Aini pasrah. Tangannya mengusap perut yang masih rata itu. Aisha terdiam. Ia tampak berpikir. Hari mulai larut, tak mungkin ia membiarkan sahabatnya terlunta-lunta di jalan raya seperti ini."Ngekos di tempatku aja gimana?" tawar Aisha."Memangnya ada kamar kosong?""Kayaknya ada. Coba nanti kita tanya ibu kos dulu, kalau ngga ada kamu bisa tidur di kamarku sementara.""Kamu beneran?""Beneran lah. Kapan aku boh
Read more
Bab 8
Bab 8"Sha," panggil Khalid saat Aisha sedang mengambil barang di dalam gudang.Urung membawa barang tersebut, Aisha menoleh ke arah Khalid. Ia berjalan dengan tergesa, khawatir atasannya itu membutuhkan sesuatu yang urgen."Iya, Pak?" Aisha berujar setelah memangkas jarak. "Saya boleh tanya sama kamu?" tanya Khalid ragu. "Soal?""Aini."Aisha tersenyum kecil. Ia berjalan untuk lebih dekat dengan Khalid yang sedang duduk di sudut ruangan. Sebuah tumpukan kardus menjadi sasarannya untuk meletakkan berat tubuhnya yang ringan itu."Ada masalah apa dengan Aini?" tanya Khalid langsung. Ia tak mau basa-basi sebab takut Aisha akan seperti Aini tadi. Laki-laki yang di name tag nya bertuliskan Khalid Aditya itu tak mau menyia-nyiakan kesempatan yang datang dengan tidak sengaja."Bapak kok tiba-tiba tanya begitu?""Kemarin saya bertemu dengan Aini di rumah sakit. Tampaknya sebuah pertengkaran terjadi dan suaminya menunjuk ke arah saya dengan penuh amarah. Saya jadi merasa tidak enak. Khawatir
Read more
Bab 9
Bab 9"Ai, jangan murung aja dong. Jalan aja yuk?" ajak Aisha sore itu. Sepulang kerja, Aini lebih banyak murung di dalam kamarnya. Ia meringkuk di atas kasur sambil menikmati kesedihannya sendiri."Enggak, ah. Aku tidur aja." Aini menjawab usai mengubah posisi tidurnta menjadi berhadapan dengan Aisha. Melihat wajah Aini yang memberenggut membuat dahi Aisha mengernyit penuh tanya."Eh bumil ngga boleh sedih loh! Ini anak yang kamu idamkan sejak dulu kan? Jadi jangan membuat usahamu sia-sia hanya karena meraka tidak menghargai usaha kamu untuk mendapatkan anak ini. Percaya deh, suatu saat Mas Hisyam akan bertekuk lutut memohon ampunan kamu untuk bisa kembali menjadi ayah anak ini kembali.""Kamu ngomong apa! Mana ada!" Aini melengos, meskipun sebenarnya ia juga memiliki harapan yang sama."Beneran! Percaya aku deh! Nyesel tuh pasti dia nanti. Tuduhan dia ngga beralasan soalnya. Asal aja main percaya omongan perempuan itu.""Tapi sebenarnya sudah lama aku merasakan ada yang tidak beres
Read more
Bab 10
Bab 10"Waah, sebuah kebetulan yang menyenangkan bisa bertemu kamu di sini," ucap pemilik pantulan di cermin itu. Aini melengos. Hendak pergi, tapi ia sudah terlanjur basah bertemu di sini. Dengan sangat terpaksa Aini meladeni sapaan perempuan yang telah berhasil memporak-porandakan rumah tangganya."Sudah move on rupanya. Senang sekali bisa berjumpa denganmu di sini," sambung perempuan itu lagi sambil menatap Aini dengan senyuman meremehkan."Move on dong. Buat apa bersedih kehilangan orang yang tidak bisa menghargai darah dagingnya sendiri," sahut Aini cepat. Tanpa menunggu jawabannya, Aini pergi dari ruangan toilet khusus perempuan.Aini berjalan tergesa menuju meja tempat Aisha duduk. Ia membanting badannya dengan keras di kursinya."Kenapa sih?" tanya Aisha kaget melihat perubahan ekspresi Aini. Saat sebelum pergi, wajahnya biasa saja tetapi setelah kembali wajah ayu itu berubah murung."Aku ketemu Zahra di toilet.""Zahra? Sama siapa?" tanya Aisha sambil melirik kanan dan kirin
Read more
DMCA.com Protection Status