All Chapters of Bukan Budak Nafsu Majikan : Chapter 41 - Chapter 50
67 Chapters
41.
Alana sudah bangun lebih dulu karena tangisan Arsen. Ia tengah menyusui di samping Hamiz yang tengah tidur. Ia pandangi wajah suaminya yang sedikit tertutup rambut, kembali mengagumi ukiran wajah sempurna Hamiz. ”Mama yakin, Nak, Tuhan menciptakan papa pasti dengan kebahagiaan juga,” gumam Alana.Arsen kembali tidur setelah kenyang, Alana yang kesulitan kembali tidur. Jika sudah bangun, ia akan kesusahan kembali memejamkan mata. Yang ia lakukan hanya, melihat wajah Hamiz dari dekat. Matanya yang lentik, alisnya yang tebal, semuanya tak luput dari pujian yang dilontarkan di hati Alana. Ia benar-benar masih mengagumi Hamiz sejak dulu. Tentang apa yang sudah terjadi, Alana hanya tersenyum mengingatnya.”Sekarang hanya ada kita, Mas.””Jangan liatin aku terus, nanti makin cinta,” ujar Hamiz, suaranya serak.Alana tersenyum. ”Emang udah cinta, Bapak Hamiz.”Hamiz menarik Alana pada pelukan, membawanya pada keindahan cinta yang selama ini mereka rindukan. Tanpa paksaan, tanpa tangisan. Ha
Read more
42.
Niko tiba-tiba diam, memandang entah ke mana. Sandra melihat ponsel Niko yang menyala dan terdapat foto perempuan tengah tersenyum lebar. Perempuan itu berambut sebahu, namun dari wajahnya terlihat menyenangkan. Sandra semakin mendekat untuk melihat ponsel Niko, agar lebih jelas melihat potret wanita yang dijadikan wallpaper layar kunci. Niko mengambil ponselnya, Sandra mendengus.”Ngomong-ngomong, siapa itu, pacar kamu?” Sandra membereskan makanan karena Niko tidak mau menghabiskan sup buntut yang keasinan. Wajah Sandra berubah masam.”Apaan, sih,” ujar Niko. Ia risih karena Sandra masih orang lain menurutnya.Sedang bertanya-tanya, mata Sandra kian membesar karena ponsel Niko mendapat panggilan video dari wanita tadi. Ia mengeja nama kontak yang disematkan.”Kenapa?” Wajah Niko masam mengangkat telfon dari Alana. Sandra sedikit mengintip, melihat seorang wanita yang tengah tersenyum menatap Niko sedang berada di sebuah toko kue.”Kita ngobrol nanti di rumah kamu, gimana?” usul Al
Read more
43.
Dania sudah diperbolehkan pulang. Jack mendorong kursi roda untuk membawa Dania, kali ini tidak ke apartemen akan tetapi ke rumah jack. Sepanjang Jack mendorong kursi rodanya, Dania hanya diam, pandangannya pun kosong seolah tidak memiliki jiwa. Guratan kurang tidur kentara di wajah cantik Dania.Sejauh ini, Jack belum memberikan sepucuk surat dari Hamiz. Melihat Dania yang sering mengigau memanggil nama Hamiz, membuatnya tidak tega. Ia beranggapan membawa Dania ke rumahnya akan menjadi pelipur dan lebih aman karena ada ibunya yang mengawasi.”Hei, Leo,” sapa Jack.Leo memberikan pelukan untuk Dania, namun tidak menerima balasan. Dania hanya diam, memandang Leo linglung. Kembali menangis, menangkup wajah.”Leo, Sayang. Leo ke rumah dulu ya bantuin nenek.””Kenapa mami nggak mau peluk Leo, Papi? Leo udah mandi, kok,” sahut bocah cilik itu, lugu.Jack menggenggam tangan Leo untuk ikut mendorong kursi roda. Leo tersenyum senang, Jack tidak begitu merasa bersalah karena putranya kembali c
Read more
44.
Seluruh dunia Dania serasa berhenti. Langkahnya yang terbiasa melangkah bersama Hamiz beriringan, kini satu langkah itu berbelok karena memiliki tujuan yang berbeda. Dania masih di sana, di rumah Sarah, menangisi Hamiz begitu sesak. Sedangkan Hamiz hanya membatu, tidak menyuruh Dania menghentikan tangis atau menjadi penawar.Bibir Dania bergetar sejak tadi. Berbagai kata permohonan sudah ia katakan, namun tidak ada yang menembus ke relung hati lelaki yang ia cinta. ”Aku harus apa, Miz, sekarang,” kata Dania. Hamiz menyuruh Dania untuk berdiri, berkali-kali ia mengatakan akan mengantar wanita itu pulang. Tidak ada respon berarti dari Dania, justru wanita itu tetap berlutut di hadapan Hamiz.”Kalo emang tau bakal begini, aku nggak bakal mau iyain kamu nikahin anak pembantu itu. Waktu itu ... hati kamu masih sempurna buat aku.” Kenang Dania. Seberapa larut pun dirinya meminta Hamiz datang, ia akan datang. Bahkan berhari-hari Hamiz akan tetap tinggal di apartemennya jika ia meminta. Da
Read more
45.
”Maafkan orang tua kamu, agar kamu suatu saat lebih mudah menggapai maaf dari anakmu. Karena menjadi orang tua tidak mudah. Maafkan orang tuamu, meski mereka nggak sesuai seperti yang kamu bayangkan. Maafkan segala yang pernah terjadi di hidup kamu, di masa kecilmu. Orang tuamu pun pasti tidak menginginkan itu.”Alana meresapi ucapan Ustad Malik. Ia memang tengah mengikuti kajian karena Sarah sengaja mengundang ustad ke rumah untuk mengisi pengajian tahunan sembari membagi-bagikan sembako. Seolah relung hati Alana dapat dibaca hingga tema pengajian kali ini tentang orang tua. ”Salahkah aku?” gumamnya. Alana bertanya-tanya. Tidak ada yang ingin memiliki atau menjauh dari orang tua, jika tidak ada yang terjadi. Alana terlalu marah, sejak ibunya memaksa untuk tebal muka menjadi istri seorang Hamiz yang penting bergelimang uang, dan berujung amarahnya tak bisa ditanggulangi lagi saat ibunya menikah dengan Juragan Basuki.Orang yang dulu menjadi sumber kekuatan karena terlalu banyak duka
Read more
46.
”Kamu mau souvenir apa nantinya, Alana? Biar mamah yang cari. Intinya, pernikahan kalian ini semuanya ditanggung mamah. Kalian cukup bilang mau dekorasi gimana dan siapa yang mau buat make up-in kamu. Oh iya, kamu ada nggak temen di sini buat jadi braidesmaid? Nanti bilang ke Pak Alex, asisten Oma, biar urusin pembuatan kainnya.”Alana dan Hamiz terkekeh melihat Sarah yang antusias menyelenggarakan pesta resepsi. Sedari tadi, Sarah mendikte Alana dengan pertanyaan seputar resepsi impian Alana. ”Kamu nanti sore fitting ke bunda Anne Avantie buat gaun pengantin sama kamu, ya, Miz? Pokoknya, kamu buat gaun pengantin sesuka kamu yang terpenting masih enak dipandang. Setelah kamu dapet referensinya, bilang mamah biar mamah juga tau selera kamu kali aja ada yang harus dikoreksi,” lanjut Sarah. Hamiz mengusap punggung ibunya sambil terkekeh. ”Mah, ambil napas dulu pelan-pelan. Mamah semangat banget, sih?”Sarah merentangkan tangan agar Alana berdiri dari sofa dan menyambut pelukan hangat b
Read more
47.
”Aku harusnya udah masuk buat pemotretan, Miz, tapi Pak Dodo justru ngambil model lain nggak konfirmasi ke aku dulu,” keluh Dania. ”Aku nggak jadi pemotretan hari ini, padahal aku udah persiapin semuanya.”Hamiz memeluk Dania, mengusap punggung wanita ini agar lebih tenang. Dania sudah bangun pagi-pagi sekali seperti jadwal yang ditentukan oleh Pak Dodo untuk pemotretan busana musim panas kali ini. Akan tetapi, sesampainya ia ke studio, Pak Dodo justru menyuruh Dania pergi karena ada model lain yang menggantikannya.”Itu artinya, kamu yang udah cantik ini disuruh jalan-jalan sama aku,” hibur Hamiz. ”Ice cream?”Wanita itu mengangguk. Hamiz menggandeng tangan Dania untuk menjauhi studio foto menuju pantai. Sepanjang perjalanan Dania nampak murung, bahkan yang biasanya selalu memiliki cerita apa pun untuk menghidupkan suasana kini hanya diam. Dania kecewa, sudah lama ia mengidamkan pemotretan busana musim panas kali ini.Mobil Hamiz terparkir rapi, pintu mobil Dania dibuka oleh Hamiz un
Read more
48.
Dania sedang membereskan barang-barang yang ada di rumah Jack. Ia sudah memutuskan untuk kembali saja ke apartemen karena wanita ini hendak memulai kehidupannya yang dulu. Dania baru saja dihubungi salah satu pihak perusahaan untuk menjadi brand ambassador salah satu produk. Senyumannya secerah hari ini. Jack memandang senang karena Dania terlihat sangat bersemangat siang ini. Jack membantu mengikat kabel hairdryer untuk ditaruh di koper Dania, dan segera mendapat balasan senyum manis. Jantung Jack masih berdebar-debar mendapat senyuman dari Dania.”Aku bakal sering-sering ke sini buat tengok Amora, Jack. Maaf ngerepotin kamu lagi. Aku baru tanda tangan kontrak dan pekerjaan aku langsung harus terbang ke Palembang,” jelas Dania.Jack mengangguk paham. Melihat Dania kembali seperti semula sudah menjadi kebahagiaan baginya. ”Iya, kamu jaga diri baik-baik. Aku juga senin besok bakal ada interview, doain aja aku ketrima ya.”Wanita itu mengacungkan jempol pada Jack, disertai senyum leba
Read more
49.
Angin malam berhembus kencang. Arsen sudah terlelap di ranjangnya dari dua jam lalu, sedangkan Alana masih dengan hati gelisah menatap pekatnya malam yang dingin disertai angin dan hujan. Sejak kepergian Hamiz, cuaca selalu tak menentu. Agaknya September kali ini penuh dengan hujan, bergantian dengan kemarau. Bunyi ketukan di pintu kamarnya, membuat wanita berusia 22 tahun itu membuka dan segera bertatap muka dengan asisten rumah tangganya. Bi Sumi memberikan secangkir coklat panas, ia tahu betul majikannya tidak semudah itu terlelap saat hujan deras. Alana mengambil cangkirnya yang masih mengepul dengan hati-hati. Ia menuruni tangga jalan bersampingan dengan Bi Sumi. Sedari tadi, wanita setengah baya itu mencoba menebak-nebak apa yang dipikirkan wanita muda itu. Sejak kepergian Tuannya, majikannya menjadi murung.”Apa ada yang Mbak Dara pikirin?” tanya Bi Sumi hati-hati. Ia tidak mau begitu lancang karena tahu benar ia hanya seorang asisten rumah tangga.Wanita muda itu hanya mengg
Read more
50.
Beberapa orang memilih pergi meski hubungannya masih bisa diselamatkan. Bukan perihal hubungannya, melainkan masalah yang sebenarnya adalah orangnya. Untuk apa memperjuangkan orang yang tidak memiliki kecerdasan emosional? Ia bersalah, namun tetap bersikap seolah salahnya bukan apa-apa. Ya, itu sebagian dari uneg-uneg terpendam Hamiz. Ia memang mengetahui apa maksud Jack jika semuanya akan berjalan tidak sesuai keinginannya karena ini masih awal ia meninggalkan Dania setelah dua tahun berhubungan. Akan tetapi, Hamiz pikir jika cukup berjalan di dunia sendiri-sendiri agar proses lupa atau mengabaikan itu lebih cepat.Melihat kamera kecil di pot bunga yang ada di tengah meja, Hamiz menghela napas panjang berusaha tenang. Menghadapi wanita seperti Dania tidak bisa menggunakan emosi karena agaknya wanita ini sudah kebal. Yang dilakukan Hamiz, menepis pegangan tangan Dania, seraya mengambil ponselnya yang disembunyikan di dalam bunga mawar. Lelaki itu bahkan tetap memasang ekspresi datar
Read more
PREV
1234567
DMCA.com Protection Status