Semua Bab Disukai Jin Pelindung Anak Asuh: Bab 21 - Bab 30
34 Bab
BAB 21
Genggaman yang lembut itu membuat Keinara mengingat sesuatu, dirinya juga pernah seperti ini dahulu tapi entah dengan siapa. Sementara Kiyo mengajaknya berkeliling desa dan suasananya membuat gadis itu pangling, ia tak yakin jika dirinya berada di dunianya sendiri. "Lumayan beda," ucapnya. "Ya, Kei. Ini adalah suasana jaman dahulu desa tempat kita tinggal."Kiyo menunjuk ke arah sebuah pohon yang menjadi tempat pertama kali pemuda itu bertemu dengan Keinara saat masih kecil. Pohon itu adalah kenangan bagi Kiyo dan pemuda itu selalu menanti sang gadis pengasuh sampai dirinya tiada pun penantian itu masih dilakukannya. "Kamu ingat tempat itu? Kita dahulu pernah bertemu di sana."Keinara menatap ke arah pohon besar itu, diingatannya ia pernah bertemu seorang anak lelaki misterius. Seperti hologram yang menunjukkan memori, bayangan dua anak kecil yang terduduk saling bercengkrama. Di titik ini, Keinara mulai mengingatnya. Kembali Kiyo mengajaknya ke tempat-tempat penuh kenangan. Semu
Baca selengkapnya
BAB 22
Keinara tak mengerti apa yang terjadi, tapi saat sebuah cahaya menyilaukan matanya dan membawanya kembali ke di masa ia hidup, seluruh orang di rumah Lian mengelilingi raganya. "Kak Kei!" seru Vanya menghamburkan diri ke pelukan pengasuhnya. Gadis itu menatap sekeliling. Dalam ingatannya sebelum memasuki masa lalu, dirinya terduduk di dekat tangga dan diserang oleh gadis yang kerasukan. Ia mendapati dirinya berada di dalam kamar. "Kei, syukurlah kamu sadar. Sudah dua hari ini kamu tak sadarkan diri," ujar Yura membuat gadis itu terkejut. "Apa, Bu? D-dua hari?" Kepalanya begitu pusing, ia tak mengerti apa yang terjadi. Semua begitu cepat dan Keinara juga belum sempat melepas rindu. Suara tangis bayi mulai terdengar memilukan, seakan haus pelukan ibunya. Segera Keinara beranjak dari tempat tidurnya untuk menghampiri bayinya.Banyak hal yang terjadi selama dua hari itu. Teror dari penghuni rumah yang menuntut balas semakin menjadi semenjak gundukan tanah di bawah pohon besar itu di
Baca selengkapnya
BAB 23
"Permisi. Ada yang bisa kami bantu, Mas?" Pria muda itu tak sedikitpun membuka mulut, membuat hawa sekitar semakin suram. Sekali lagi mereka mencoba bertanya hingga akhirnya pria muda itu mulai menjawab. Dengan suara yang pelan dan lirih, pria itu mengatakan maksud kedatangannya. "Antarkan saya ke toko mebel."Tiga pria yang tengah berpatroli desa itu saling menatap dengan raut keheranan, pasalnya semenjak tragedi terbunuhnya Kiyo, toko mebel itu tutup sampai saat ini. Tak pernah ada yang membicarakan atau bertanya tentangnya karena ada suatu hal yang membuat mereka semua ketakutan. "M-maaf, Mas. Tapi di sini gak ada toko mebel sama sekali. Dulu pernah ada, tapi sekarang ditutup.""Oh, gitu ya~." Suaranya yang begitu lirih bersamaan dengan kepalanya yang menoleh perlahan ke arah tiga pria itu. Pria asing itu menunjukkan sebuah kejutan yang membuat ketiganya merasa ketakutan, bahkan tak mampu bergerak. Dengan wajah yang setengah hancur dan kedua bola matanya yang keluar menoleh ke
Baca selengkapnya
BAB 24
Matanya memandang menelisik sekitar hutan, termasuk mobil terbengkalai itu. Keadaan mobil itu sangat kontras dengan yang ia temui waktu itu, seperti sebuah kejadian naas baru saja terjadi. Perlahan kaki Keinara melangkah mendekati mobil yang kosong tanpa pemilik. Tak ada tanda-tanda kehidupan meski lampu dari mobil itu masih menyala. Semakin dalam ia mencari bahkan di belakang mobil ini, tak ada satupun tanda-tanda yang mencurigakan. Di titik ini, Keinara mulai merasa kebingungan. "Sepertinya tidak ada apa-apa di dalam sini. Lalu apa yang aku cari?" gumamnya seraya melangkah berbalik. Tepat dimana ia melangkah, sesuatu berupa benda yang berdaging tak sengaja tersenggol oleh kakinya. Ia menunduk mencoba memastikan benda apakah yang baru saja mengenai ujung sepatu pantofle-nya. Terlihat ada sebuah tangan yang menjulur dari kolong mobil, telapaknya menengadah seakan meminta tolong. Keinara yang sedikit ragu dengan apa yang dilihatnya kini mulai memberanikan diri. Ia berjongkok lalu
Baca selengkapnya
BAB 25
"Hah?" Keinara memekik tak percaya. Sungguh seperti bertemu musibah di hari bahagia, sekujur tubuhnya membeku dan ia seakan terpatri bersimpuh. Apa yang ia firasatkan itu benar-benar nyata, Kiyo pasti akan memgincar keluarga Vanya. "Beneran, Van?" Gadis kecil ini mengangguk mantap, ada sebuah ketakutan dari wajahnya yang lugu. Lirikan mata mungil itu seakan menunjuk ke arah tangga seperti memberi tahu bahwa di rumah ini bukan hanya mereka bertiga saja. Tepat saat itu juga angin dingin terasa di kedua bahunya. Dari ujung matanya nampak sosok berwajah hancur berdiri di sampingnya. Keinara tahu bahwa Kiyo ada di dekatnya, tapi kali ini wujud tubuhnya sungguh berbeda. Bersamaan dengan itu, bayi yang digendongnya menangis sangat kencang.Vanya bangkit lalu menarik tangan Keinara menjauh dari sosok itu, mengajaknya ke tempat yang lebih terang. Jendela di dapur itu tampak terbuka, membawa cahaya mentari yang masuk menembus kaca-kaca bening. Di sini, Keinara mulai mengatur napasnya."Van,
Baca selengkapnya
BAB 26
Pintu itu dibukanya perlahan, decitannya membuat bulu roma berdiri. Tampak lorong-lorong rumah sakit yang sepi dan sedikit gelap, menyisakan lampu yang menerangi koridor. Keinara merasa ragu, matanya menatapi suasana yang senada dengan rumah Lian. Langkahnya perlahan keluar sembari menimang-nimang bayinya. "Anakku, tenang ya, Sayang. Ibu ada di sini," bisiknya. Kakinya terus melangkah menembus remang cahaya, tapi sejauh apapun itu bayinya tetap menangis dan semakin kencang tangisannya. Keinara hanya mampu menenangkan putrinya, tapi tak bisa menenangkan hatinya yang dilanda ketakutan. Sampai ia melangkah melewati kamar mayat, terdengar suara troli ranjang yang berisi seperti ditabrak ke dinding ruangan. Lampu yang menyorot koridor berkedip, tapi tangis bayinya perlahan mereda. Lirikan matanya yang kecil melirik ke arah pintu kamar mayat, seakan penasaran ada apa di sana. Mata Keinara mulai menatap ke pintu itu, suara bising troli ranjang itu masih terdengar. Namun ia yakin pintu i
Baca selengkapnya
BAB 27
***Terminal begitu ramai, tapi tak membuat Yura dan Keinara kehabisan tiket. Mereka segera menaiki bus lalu duduk tepat di kursi sesuai dengan tiket. Sambil menggendong bayinya, gadis pengasuh itu memandang ke jendela bus seraya memikirkan bisikan Kiyo yang tampak lembut di telinganya. Keinara sudah ingat tentang semuanya dan ia juga ingat akan rasa cintanya pada Kiyo semasa pemuda itu hidup dahulu. Traumanya perlahan menghilang, tapi ia tidak bisa menerima jika Kiyo akan melakukan hal sejauh ini pada orang lain. "Keinara, maafkan saya." Yura dengan sesal mengatakan permohonan maaf terhadap semua yang terjadi. "Tidak, Bu. Anda tidak sama sekali salah."Wanita muda itu memandang ke arah Vanya yang terlelap dalam tidurnya. "Sayang ya dia harus berpisah dengan sahabatnya dan kamu pasti sudah mencintai makhluk itu, bukan?"Perempuan berwajah manis ini hanya terdiam saat Yura mengetahui bahwa Kiyo dan dia pernah saling mencintai. Ditatapnya bayi mungil yang terlelap dalam dekapannya,
Baca selengkapnya
BAB 28
***Kepulan asap kemenyan membawa aroma menyengat di ruang tamu, beberapa lilin dipasang melingkari kemenyan itu. Dua orang pria tengah melakukan ritual pemanggilan arwah demi urusan yang tak jelas. Zein memulai ritual itu, sedang Lian duduk terdiam sembari mengikuti instruksi darinya. Mereka melakukannya untuk mencari jawaban. Saat ritual ini berlangsung, peristiwa yang janggal terjadi. Angin kencang berhembus, jendela terbuka dan menutup dengan sendirinya. Semua benda yang ada di sana bergetar dan berjatuhan. Lian amat ketakutan, berpikir bahwa makhluk ini begitu kuat. "A-apa-apaan ini?" "Dendam telah membuat energi negatif di sekitar begitu kuat." "Apakah dia itu Kiyo?" Tepat saat ayah dari Vanya itu menanyakan tentang Kiyo, sebuah getaran begitu kuat datang membuat barang di sekitarnya porak-poranda. Cahaya merah menyala terpancar dari ruangan kosong dan dengan seketika pintu terbuka, menunjukkan sosok yang amat menyeramkan. Zein dan Lian memandang serentak ke arah makhluk
Baca selengkapnya
BAB 29
***Mata Lian mengerjap saat matahari pagi menyinari wajahnya. Perlahan netranya membuka, sesekali menyipit hingga ia tersadar bahwa raganya tak lagi berada di dalam rumahnya. Ia seperti terlempar jauh ke perkebunan pisang milik warga. Kepalanya amat pusing, ia tak dapat berpikir lagi tentang semua hal semalam sehingga dirinya berada di tempat tak terduga. "ZEEEEIIIN!" serunya memanggil sang rekan. "LIAN!" Terdengar suara dari arah lain memanggil namanya. Bergegas Lian menghampiri sumber suara itu. Dari kejauhan, seseorang melambai padanya dan itu adalah Zein. Ia berlari menghampiri sahabatnya dengan penuh perasaan panik. "Zein! Kau tak apa?" tanyanya menghampiri tubuh yang lunglai. "Makhluk itu sangat kuat, kita harus menghentikannya.""Jangan hentikan dia!" Seorang kakek berbaju serba hitam kini muncul di hadapan mereka. Mata sang kakek tampak memutih menatap ke arah dua pria itu, lalu mengajak untuk ikut bersamanya. Zein memandang aneh kepada sang kakek, ia lalu bangkit. "S
Baca selengkapnya
BAB 30
"M-maksud Kakek apa?" tanya Lian yang tampak kebingungan.Ki Jatmika terdiam sejenak sembari menyalakan kemenyan dan asapnya mengepul mengenai wajahnya. Lian dan Zein hanya bisa menunggu apapun itu yang dikatakan olehnya. "Manusia memang mudah terhasut, bahkan tak pernah menggali apa yang sebenarnya terjadi.""Kami butuh jawaban yang sebenarnya terjadi pada kami," sahut Zein. Kakek itu hanya tertawa mendengar jawaban dari Zein, tangannya menabur pasir di atas kemenyan yang masih terbakar. Sesekali meniupnya dengan keras sampai asap-asap itu mengepul dengan cepat melayang terbang ke angkasa. "Dia akan terkena teror ini.""Dia?" pekik Lian dan Zein bersamaan. ***Freddy terduduk bersantai di tepi kolam renangnya sambil meneguk sebotol alkohol. Sesekali tertawa memikirkan bagaimana kebodohan Lian yang sudah menerima rumah itu. "Hampir saja dia curiga tentang rumah itu. Aku berharap dia tak mencariku lagi untuk menanyakan tentang rumah itu. Lagipula rumah itu adalah hasil curian, 'ka
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1234
DMCA.com Protection Status