All Chapters of Disukai Jin Pelindung Anak Asuh: Chapter 11 - Chapter 20
34 Chapters
BAB 11
"Apa alasannya dia gak ngebolehin Kak Kei nemenin kamu main?" Pertanyaan itu kembali terlontar di mulut Keinara dengan perasaan yang masih syok. "Itu karena Kak Kei lagi hamil anaknya," jawab Vanya dengan rintihan. Entah gadis itu harus mempercayai cerita anak asuhnya, tapi yang dikatakan seorang anak kecil bukanlah isapan jempol belaka. Semua menjadi nyata tatkala sang pengasuh mulai merasakan sesuatu yang menggelitiki di dalam perutnya. Kepalanya menunduk ke arah perut yang mulai membuncit meski tak besar. "Nggak ... nggak mungkin! Aku gak mau hamil." Bulir air mata itu mulai keluar dari matanya yang bening, sedang Vanya juga ikut menangis karena cemas dengan keadaan kakak asuhnya. Keinara tak bisa menerima kenyataan bahwa dirinya tengah mengandung bayi setan dari sosok yang entah apa namanya. Tentunya perut yang semakin membesar itu diketahui oleh Yura dan Lian. Kejadian yang amat janggal, terlebih semenjak Keinara dikatakan hamil, semakin banyak teror tak masuk akal di dalam r
Read more
BAB 12
Seketika Vanya menoleh ke arah sang pengasuh, tapi tatapannya terfokus pada perut Keinara yang semakin lama membesar dan menggembung. Hujan keringat di tubuh gadis itu membuat si anak asuh merasa cemas. Beranjak dari tempat tidur, tapi kakinya tak bisa digerakkan. Seperti terdapat tangan yang memeganginya, suara gadis kecil yang malang itu pula seakan dibungkam. Sementara sang pengasuh berusaha untuk terbangun dari mimpi buruknya, berjuang untuk bangun. Namun saat netra indah terbuka, sosok wajah setengah hancur itu berada dekat dengannya. Keinara merasa sangat ketakutan, apalagi Vanya yang hanya bisa menangis. Tubuh sang pengasuh cantik itu seakan terbelenggu oleh tubuh aneh Kiyo. Jari-jemari bercakar yang mengusap perutnya membuatnya semakin mengembang. Melihat sang jin pelindungnya tengah menyerang pengasuhnya, Vanya berusaha untuk bersuara memanggil Kiyo agar menghentikannya. "K ... Ka ... Kak." Suaranya tertahan, tapi ia tak mudah menyerah. Seraya dalam hati berdoa agar gang
Read more
BAB 13
Di sepanjang perjamuan malam itu, mata sang nenek terfokus pada perut pengasuh Vanya yang membuncit. Tatapan sinis dan penuh kecurigaan itu membuatnya salah paham dengan menantunya sendiri. "Sudah berapa bulan?" tanyanya pada Keinara. "Sudah enam bulan." Gadis itu menunduk seraya mengusap perutnya. Sang nenek kembali bertanya, tapi kali ini pertanyaan itu akan menguras hati gadis muda. Wanita tua itu seperti menuduh Lian telah berselingkuh dengan Keinara. "Kamu hamil sama siapa?" Sontak Keinara tersentak mendengarnya lalu memasang wajah sendu. Tak disangka apa yang ditanyakan nenek dari Vanya itu telah membuat murka Kiyo. Diliriknya makhluk yang sudah memasang wajah amarahnya ke arah sang nenek. "Bu, gak baik tanya begitu." Yura menghentikan tindakan ibunya itu, tapi jika seorang wanita sudah curiga tentu akan sulit untuk mereda. "Apa kamu gak curiga sama suamimu, Yur?" "Tapi---""Seorang gadis pengasuh, wajahnya cantik pula. Pasti dia suka merebut suami orang, mana mungkin ng
Read more
BAB 14
Keinara terhenyak sesaat mendengar bisikan itu. Raganya seakan dibawa melayang menuju ke sebuah tempat yang entah apa namanya. Ia tersadar bahwa dirinya sudah tak ada lagi di dalam kamar kosong, melainkan berada di luar rumah dengan suasana yang berbeda. Matanya menatap sekeliling, melihat bahwa rumah yang kini menjadi milik keluarga Lian tampak berbeda dan di belakang bangunan antik itu terdapat sebuah pondok mebel. Suara deru mesin pemotong kayu terdengar keras dan di sela-sela suara itu telinganya mendengar jeritan kesakitan seorang pemuda. "JANGAAAAAAN! SAKIIIIIIIIT!"Teriakan yang begitu memilukan itu membuat perhatian Keinara terpancing dan segera berlari menuju ke halaman belakang rumah. "Haaah? Apa ini?!"Keinara membulat matanya melihat kejadian yang menyeramkan. Seorang pemuda tampan sudah mulai menemui ajalnya, keadaannya begitu memprihatinkan. Mesin pemotomg kayu itu telah memotong beberapa bagian tubuhnya hidup-hidup.Tubuh pemuda itu hampir terbelah dan lehernya nyari
Read more
BAB 15
"Astaga! Ibu!" Yura bangkit dari duduknya dan segera berlari menuju ke kamar ibunya. Dengan mata kepalanya yang melihat keadaan sang ibu begitu memprihatinkan. Tubuhnya kejang, suaranya tertahan seperti dicekik, matanya melotot menatap ke langit sembari tangannya menunjuk ke sisi kamar. "Ibu, kenapa? Ibu, sadar, Bu!" Yura berusaha menenangkan sang nenek, tapi kejang wanita itu tak bisa dihentikan. Sang ibu muda itu segera menghubungi suaminya, takut jika sesuatu hal terjadi pada ibunya dan ia butuh bantuan Lian. Tangannya gemetar menggenggam ponsel, sambungan telpon kini mulai terhubung."Halo? Pa, cepetan pulang. Ibu kejang-kejang!" tangis Yura yang mulai merasa cemas. Kabar darurat ini tentunya membuat Lian ikut khawatir, ia segera menghubungi dokter untuk datang ke kediamannya itu sedang dirinya bergegas pulang sembari berharap sesuatu yang lebih buruk tak akan terjadi. *Beralih pada suasana perkuliahan, Keinara terduduk. Tangannya menggenggam sebuah pensil dan melukiskan se
Read more
BAB 16
Yura dan Vanya mulai panik, sedang Keinara mulai melayang ke arah mereka dengan penuh amarah. Wanita muda itu berusaha untuk membuka pintu, tapi tak berhasil. Suara teriakannya sambil menggebrak-gebrak pintu terus dilakukan agar suaminya mendengar, tapi semua sia-sia karena tak ada siapapun yang dapat mendengar."PAAA, TOLOOONG!""Papa ... tolongin kami ... huhuhu."Vanya menangis seraya berlindung di tubuh ibunya, sesekali ia melihat ke arah Keinara yang sudah berdiri tepat di depannya. Rupa cantik itu berubah menjadi menyeramkan, kedua bola mata sang pengasuh berubah menjadi putih, lidahnya yang panjang mulai menjulur lalu melilit kaki Yura hingga wanita itu terjerembab. Begitu erat lilitan itu sampai-sampai tak dapat bangkit, tubuh sang ibu muda sedikit terseret. Wanita itu kini menjerit keras kesakitan membuat putri kecilnya menangis, tapi ia harus bertindak demi menyelamatkan ibunya. "Kak Kiyo jahat! Aku benci Kak Kiyo!" Vanya melontarkan semua rasa bencinya pada sang sahabat
Read more
BAB 17
Yura bersimpuh di depan putrinya seraya mengatakan sesuatu tentang Kiyo, bagaimana pun juga mereka harus terbebas dari teror ini. "Kamu gak rela Kak Kiyo pergi?" Wanita itu memandangi wajah putrinya lekat-lekat.Kepala gadis kecil itu menggeleng, kini rautnya menunjukkan ada sebuah tekanan yang tergambar jelas. Vanya seakan diintai oleh sesuatu yang tak kasat mata, tentunya adalah Kiyo yang seakan mengikuti langkahnya dengan penuh amarah. Gadis itu kemudian berbisik ke telinga ibunya, mengatakan perihal Kiyo."Kak Kiyo pengen sama Kak Kei terus."Kalimat yang jelas, tapi Vanya tidak bida mengatakannya dengan rinci. Yura memandang ke arah Lian dengan penuh tanda tanya tersimpan di kepala mereka. *Hujan deras disertai petir yang menyambar ke segala arah. Pasangan suami istri itu terduduk di ruang tamu membahas perkataan Vanya, meski cukup singkat tapi Yura mulai mengerti apa maksudnya. "Kiyo sepertinya jatuh cinta pada Keinara, dia tidak mau beranjak dari rumah ini." Kepala Lian me
Read more
BAB 18
"Maaf, maksud anda apa ya?" Keinara merasa kebingungan, tapi lagi-lagi Zein hanya bisa tersenyum lalu mengusap kepala gadis itu dengan lembut. "Ah, gak apa-apa. Kamu jangan pikirkan itu," ujarnya. Lian kini memgantar Zein berkeliling ruangan demi ruangan, terutama yang sering mendapat gangguan arwah penasaran Kiyo. Sesekali Vanya melarang mereka untuk mendekat ke titik dari sudut ruangan, gadis itu berkata Kiyo akan marah jika mereka mendekati titik yang sering muncul penampakan pemuda itu. Meski ragu, tapi Zein menuruti apa kata dari si gadis kecil itu. Mereka melanjutkan berkeliling sampai akhirnya mereka kembali ke ruang tamu. "Jadi gimana, Pak Zein?"Pria yang kira-kira berusia lebih dari Lian itu menopang dagunya seraya berpikir, mata keriputnya mulai menatap sekeliling ruangan hingga tertuju pada salah satu kamar yang ada di ruang tamu itu. Langkahnya mendekati pintu itu lalu menyentuh telapaknya di sana. Mata terpejam, seketika kejadian demi kejadian menyeramkan itu terlih
Read more
BAB 19
Kerumunan orang yang penasaran itu memenuhi halaman belakang rumah, tak sedikit pula ada yang membantu proses penggalian itu. Yura segera membawa Vanya dan Keinara menjauh dari tempat mereka terduduk, sedang Zein mulai merapalkan sebuah mantera dan berkomat-kamit berdoa. "Apa ini berhasil?" tanya Keinara yang sedikit cemas entah mengapa. Tepat setelahnya, sang bayi yang digendongnya mulai menangis kencang. Seberusaha mungkin pengasuh muda itu menenangkannya, tapi tetap bayi itu terus menangis dengan suara yang nyaring. "Kei, apa gak sebaiknya kita bawa masuk saja," usul Yura. Wanita itu merasakan ada hawa yang tak baik setelah gundukan tanah itu digali, pikirnya bayi itu merasakannya. Samar ujung mata Yura menangkap sosok seorang kakek tua berdiri dari kejauhan melihat mereka. Wanita itu cepat menyadari bahwa itu adalah Ki Jatmika. "Keinara, Vanya, kalian masuk ke dalam. Nanti Mama nyusul," titahnya pada mereka. Yura mengendap melangkah, tatapannya terfokus pada sang kakek. Dari
Read more
BAB 20
Suasana semakin kacau di halaman belakang, Lian merasa amat terpukul dengan kejadian ini. Zein meminta untuk dihentikan penggalian ini karena semakin tak kondusif, tapi ada sebuah kendala yang tak wajar di sana. "Kenapa kalian masih di situ? Ayo, naik ke permukaan!" titah pria itu. "Tubuh kami tidak bisa digerakkan!" Semua orang yang ada di sini terkejut, segera mereka mencoba untuk menolong dua penggali. Sementara itu mereka yang kerasukan segera dibawa ke rumah cenayang, sisanya Zein akan menanganinya. Mata batinnya mengatakan roh-roh jahat itu seakan diperintah oleh sosok yang lebih kuat dari mereka. Salah satu roh merasuki raga seorang gadis, terus memberontak tak ingin disembuhkan. "AKU TAK INGIN KELUAR DARI SINI!"Suara bariton itu tak membuat Zein gentar, telapaknya menempel di dahi gadis itu seraya merapalkan mantera agar roh itu tenang. "Sekarang katakan, siapa yang menyuruhmu kemari?" Alih-alih menjawab, roh yang merasuki tubuh itu malah tertawa menggelegar di dalam r
Read more
PREV
1234
DMCA.com Protection Status