All Chapters of Kusesali Usai Istriku Pergi: Chapter 51 - Chapter 60
110 Chapters
51. Surat Untuk Alya (2)
Surat rat Untuk Alya (2)***Kubuka pelan surat tersebut, kertas berwarna biru muda terlipat rapi.Dengan dada yang berdegup kencang, saya mulai menekuri kata demi kata yang tergores di atas kertas tersebut.---"Alya adikku.Mbak minta maaf, karena selalu membuatmu repot. Bahkan setelah kepergianku.Aku tahu, kamu marah dengan keputusan mbak saat itu, yang memilih untuk tetap bertahan di samping mas Andra. Namun kamu juga harus tahu, kenapa Mbak melakukan itu semua.""Kamu pernah bilang, kalau mbak menyia-nyiakan sisa hidup mbak dengan mencintai orang yang tidak mencintai kita. Namun, kamu tidak akan pernah tahu, kalau apa yang mbak pertahankan bukan sekadar cinta, tapi sebuah keluarga.""Dan kamu akan tahu apa yang mbak rasakan, jika sudah merasakan jatuh cinta. Hatiku berada di posisiku, Alya. Mungkin kamu akan berubah pikiran.Bukan berarti mbak ingin kamu sengsara, bukan.""Satu lagi, mbak titipkan Hanna dan Haikal dulu. Karena kamu yang sudah membantu merawat mereka sejak masih
Read more
52. Beri Aku Jawaban, Mas
Beri Aku Jawaban, Mas!****"Apakah kamu tidak menyukaiku?" Tanya Alya.Darahku berdesir ketika pertanyaan demi pertanyaan menyentuh gendang telingaku. Aku mencoba memandang wajah Alya sambil membayangkan kalau yang saat ini yang berdiri di depanku adalah seorang gadis yang baru menginjak dewasa dan dia adalah adik dari mendiang istriku.Akan tetapi, yang tampak di pelupuk mata, justru seorang gadis cantik dengan tatapan sayu yang menghujam jantung. Dia sama sekali tidak terlihat seperti bocah ingusan, namun gadis yang beranjak dewasa. Hal itu membuat dadaku semakin berdegup kencang. Dan sebagai laki-laki, aku tahu perasaan apa yang saat ini menghinggapiku hingga mampu membuatku kehilangan kata-kata."Alya, aku akan mengantarmu pulang. Tidak baik jika kamu berada di sini terlalu lama. Besok aku akan menjemput anak-anak setelah mobilku keluar dari bengkel," kataku berusaha agar Alya segera pulang."Mas ... jawab dulu pertanyaanku," ucapnya kukuh."Apa yang ingin kamu dengar dariku, Al
Read more
53. Seutas Rindu
Seutas Rindu****Dari tempatku berdiri, aku bisa melihat mereka yang duduk di ruang tamu dengan jelas melalui jendela kaca. Alya tampak anggun dalam balutan gamis warna jingga, dia duduk sambil menundukkan wajah di sebelah ibunya, bu Ima, yang juga mantan ibu mertuaku. Sementara Rio duduk di depannya, aku hanya bisa melihatnya dari samping sehingga tidak bisa melihat ekspresi wajahnya. Mas Ilham? Dia terlihat santai sambil sesekali melempar senyum, pasti mereka sedang membicarakan sesuatu yang lucu dan menarik."Mas Andra, mari masuk," ucap mang Ujang, yang tanpa sadar membuatku tergagap karena kaget.Aku yang tergagap karena kaget, buru-buru melempar senyum pada lelaki paruh baya tersebut."Tidak usah Mang, saya akan datang lagi besok. Sepertinya mereka sedang ada acara keluarga," jawabku setelah berhasil menetralkan perasaan."Loh, Mas Andra kan, juga bagian keluarga," ujar mang Ujang.Aku tersenyum menanggapi ucapan lelaki setengah baya itu yang sudah bekerja di keluarga Laila cuk
Read more
54. Turun Ranjang
Turun Ranjang ***Ibu masih berdiri di depanku, wajahnya masih terlihat syok. Aku tahu, mungkin beliau terlalu menyayangi Laila sebagai menantunya, sehingga tidak rela jika ada sosok wanita yang yang mungkin akan bernasib sama saat menikah denganku nantinya. Ibu pernah bilang padaku saat aku pertama kali menyampaikan keinginanku untuk menikahi Laila waktu itu. Keputusanku yang begitu cepat untuk segera menikah setelah tiga bulan berkenalan, membuatnya tidak percaya dengan niat baikku saat itu. Meski akhirnya aku harus menyakiti hati Laila dalam waktu yang lama, namun saat memutuskan untuk menikah dengannya kala itu, aku benar-benar tulus mencintainya. Aku jatuh cinta dengannya pada pandangan pertama, saat dia menatapku dengan bola matanya yang bulat ketika aku hampir menyerempetnya saat itu. Meski sebentar, namun bayangan wajahnya selalu hadir dalam ingatan, membuatku melupakan lara ketika harus kehilangan Sania. Akan tetapi, siapa yang akan menduga jika kemudian Sania kembali hadi
Read more
55. Rio Mundur
Rio Mundur****Alya masih mematung di tempatnya, mata sayunya menatapku dengan tatapan yang --- entah.Akan tetapi, sekilas aku menangkap kerinduan di sana. Jika benar, untukku kah rindu itu?"Alya, masuklah."Aku membuka pintu mobil dan memintanya untuk masuk. Rasanya tidak nyaman jika tetap berada di sana sambil menerima pandangan penuh selidik dari orang-orang yang kebetulan melewati kami.Perlahan Alya meletakkan bobot tubuhnya dan berusaha memasang sabuk pengaman."Biar aku bantu," kataku cepat sambil meraih sabuk pengaman di sebelahnya.Darahku berdesir kala wajahku berdekatan dengannya, aku bahkan sampai menahan napas beberapa saat sambil menekan sesuatu yang bergejolak di hati. Terlebih ketika aroma lembut yang menyentuh indera penciumanku, untuk beberapa detik, aku benar-benar merasa seperti terhipnotis. Hingga aku merasakan tangan Alya perlahan mendorong tubuhku untuk menjauh darinya."Su--sudah selesai," kataku gugup sambil menarik tubuhku menjauh darinya.Aku melempar pan
Read more
56. Dia Pantas Untukmu
Dia Pantas Untukmu ****"Dasar brengsek kamu!! Itu sama saja kamu meremehkan dirimu sendiri, karena mundur begitu saja." Aku membalas pesan Rio dengan penuh emosi.Bisa-bisanya dia mengatakan hal itu padaku."Ha ha ha ha ...."Sialan! Bahkan Rio hanya membalas pesanku sambil tertawa."Bro, kamu tahu apa yang paling kubenci dari dirimu? Karena kamu brengsek! Aku berpikir, dengan menikahi Alya, aku bisa memberimu pelajaran tentang bagaimana sakitnya ditinggalkan serta bagaimana caranya menghargai perasaan orang lain. Namun aku harus berpikir ulang untuk melakukan itu. Kamu tahu kenapa? Karena aku tidak ingin melihat Alya bersedih, aku tidak mampu menatap wajah murungnya saat dia berada di sampingku. Andai aku bersikukuh untuk meneruskan hubunganku dengan Alya, aku hanya akan bersanding dengan raganya yang kosong, sementara hati dan pikirannya untuk orang lain. Aku tidak ingin itu terjadi nanti."Kuremas ponsel setelah selesai membaca pesan Rio yang panjang lebar. Aku tidak menyangka ji
Read more
57. Tentang Sania
Tentang Sania***Kumasukkan kembali surat tersebut dalam amplop dan bergegas keluar kamar.Sementara jariku dengan lincah mencari kontak Sania yang sempat kublokir beberapa waktu yang lalu untuk menghubunginya. Tidak ada respon, bahkan, sepertinya nomornya juga sudah tidak aktif lagi.Ke mana aku harus mencari Sania? Haruskah aku mendatanginya ke rumah orang tuanya? Sepertinya aku memang harus mencarinya ke sana. Karena itulah satu-satunya tempat yang kutahu, tempat di mana dia akan pulang.Aku masih ingat dengan jelas rumah megah itu, tempat keluarga besar Sania tinggal. Dan hari ini, aku kembali berdiri di depan gerbang yang menjulang tinggi. Rumahnya tampak sepi, tidak kulihat penjaga yang selalu berada di post depan rumahnya. Kucoba untuk mengintip dari celah pagar, tetap tidak terlihat siapa-siapa di dalam sana."Bapak mau mencari siapa?" Seorang pria berseragam putih dan celana biru menghampiri. Dia adalah satpam perumahan. "Saya temannya Sania dan ingin bertemu dengannya," j
Read more
58. Mencari Sania
Mencari Sania***“Sebaiknya mas Andra segera pergi ke alamat tersebut, saya bisa pulang sendiri,” kata Alya sewaktu-waktu setelah kami sampai di tempat parkir."Jangan berpikir yang aneh-aneh, Alya. Aku akan mengantarmu pulang. Tentang Sania, aku tidak harus menemuinya sekarang.""Mas Andra yakin? Bukankah lebih cepat bertemu dengannya akan lebih baik?" Ucap Alya."Tidak. Aku tidak ingin bertemu dengan Sania sekarang. Lagi pula, aku tidak yakin dia mau bertemu denganku setelah semua yang terjadi di antara kami berdua. Lagi pula, Yuri pasti memberitahunya kalau aku sedang mencari keberadaannya. Dan bisa jadi, dia akan pergi ke suatu tempat tempat karena tidak ingin bertemu denganku."Alya menarik napas dalam, dia menyandarkan punggungnya ke sandaran mobil sambil melipat kedua tangannya di dada. Pandangan matanya lurus ke depan."Kenapa Mas Andra tidak mengkonfirmasi dulu ke rumah sakit tersebut tentang penyakit Sania? Maksudku, cari tahu secara detail, apa sebenarnya penyakit yang sed
Read more
59. Tidak Butuh Maafmu
Tidak Butuh Maafmu****Alya sedikit menjauh dariku begitu dia mendengar apa yang baru saja dikatakan Sania. Bahkan Alya yang tadi terlihat santai saat turun dari mobil, kini terlihat tegang. Dia terlihat sekali sedang menahan amarah, kedua tangannya terkepal.Melihat hal itu, aku merasa tidak enak hati dengan Alya. Karena akulah yang memintanya bahkan bisa dibilang sedikit memaksa untuk menemaniku ke sini."Sania, jangan seperti itu. Kedatangannya ke sini bermaksud baik, dia turut prihatin atas apa yang menimpamu," ucapku berusaha membuat Sania tenang.“Andra….” Seorang wanita paruh baya muncul dari dalam rumah dan berjalan mendekatiku.“Tante Muti,” ucapanku sambil tangannya bermaksud menyalaminya.Wanita paruh baya itu menyambut uluran tangan meski sedikit enggan."Bicaralah di dalam, jangan di luar seperti ini. Meskipun rumah kami tidak lagi sebagus dan semewah dulu, kami tetap ingin menghargai tamu yang datang," ucap Tante Muti sinis. Entah apa tujuannya berkata seperti itu, mung
Read more
60. Ketahuan
Ketahuan ****Sania masih menunggu jawabanku, namun aku tidak ingin memberitahu padanya tentang status hubunganku dengan Alya. Aku tidak ingin emosinya semakin tidak stabil, terlebih di saat dia seperti itu. Entah terbuat dari apa sebenarnya hati dan perasaan wanita, sebaik apapun aku menyimpan rapi suatu perasaan, mereka selalu bisa mengetahuinya, termasuk Sania yang mencium hubungan spesialku dengan Alya."Aku akan membawamu masuk sekalian pamit dengan tante Muti," kataku sambil mendorong pelan kursi rodanya.Sania terlihat kecewa dan protes dengan jawaban yang kuberikan, namun aku harus melakukan itu semua demi kebaikannya. Setidaknya, sampai dia benar-benar siap untuk mengetahui semuanya. Karena, cepat atau lambat, dia juga harus tahu tentang hubunganku dengan Alya."Kenapa terburu-buru sekali Andra?" Tanya tante Muti saat aku pamit dengannya."Seringlah datang ke sini, Sania butuh seseorang yang bisa membuatnya kembali bersemangat untuk hidup," ucap tante Muti lagi ketika belia
Read more
PREV
1
...
45678
...
11
DMCA.com Protection Status