Semua Bab Jadi Miskin Di Hadapan Mertua: Bab 381 - Bab 390
393 Bab
PATAH HATI ANAK PEREMPUANNYA
PATAH HATI ANAK PEREMPUANNYA!"Dek, kau kenapa? Kau menangis? Kau dari mana tadi?" tanya Dinda."Dari makam Ibu, Mbak," ucap Laras. Mendengar jawaban Laras, Dinda langsung terdiam. Dia bingung akan menjawab apa. Laras menyeka air matanya, dia menatap Dinda dengan tatapan nanar. Matanya berkaca-kaca tanda masih menyisakan tangisnya."Mbak, entah kenapa tadi Laras tiba-tiba merasa bersalah dengan Ibu," gumam Laras."Kenapa kau berpikir seperti itu, Dek? Jangan menyalahkan dirimu sendiri," ucap Dinda."Karena Laras menyetujui pernikahan Papa dan Bu Nafis, Mbak Dinda. Bahkan rasanya Laras seperti berkhianat kepada Ibu, Mbak," jawab Laras."Hust!!! Jangan begitu, Dek. Jangan pernah berkata seperti itu, Dek. Tidak ada yang mengkhianati Ibumu, sungguh. Memang terkadang di dunia ini tak semua berjalan sesuai apa yang kau inginkan dan semua ekspektasimu. Karena memang ada takdir terbaik yang sudah di tulis gusti Allah dan berjalan tidak sesuai keinginan kita, De
Baca selengkapnya
BU NAFIS CALON IBU TIRI YANG LEMAH LEMBUT!
BU NAFIS CALON IBU TIRI YANG LEMAH LEMBUT!"Iya Mbak, tapi kemungkinan memang aku dan Laras tak akan datang, Mbak. Kami masih berusaha untuk menerima semua ini dan butuh waktu," terang Laras."Iya, Dek. Mbak Dinda mengerti dan menurut Mbak Dinda itu juga bukan suatu perbuatan yang berdosa. Memang paling sulit itu adalah berdamai dengan keadaan kita sendiri, Mba Dinda paham itu, jadi tenanglah. Mbak Dinda tidak akan memarahimu, tak akan mengkritikmu, ataupun menyalahkanmu. Mbak Dinda akan mencoba untuk mengerti dan jika memang kau tak keberatan maka kau bisa bercerita kepada Mbak Dinda, apapun yang sedang kau rasakan. Jadi jangan kau pendam semuanya sendiri ya," kata Dinda."Dek, terlalu berat untukmu beban ini. Jadi bagilah kepada Mbak Dinda," sambungnya. Laras pun langsung memeluk Dinda. Dia sungguh terharu dengan semua ucapan Dinda. Tak menyangka jika akan mendapatkan kakak meskipun tak sekandung, tak sedarah, dan tak serahim, namun memiliki kebaikan hati seperti
Baca selengkapnya
NASEHAT DINDA UNTUK MERTUANYA!
NASEHAT DINDA UNTUK MERTUANYA!"Apakah papamu tidak mengatakannya padamu?" tanya Dinda dengan tanda tanya yang besar."Tidak Mbak. Papa tidak pernah mengatakannya kepadaku. Kata Papa kami tidak perlu tahu karena semuanya akan diurus Papa, kami hanya tinggal terima beresnya, sangking tinggal terima beresnya sampai kami tidak tahu apa yang sebenarnya Papa rencanakan dan bagaimana pernikahan mereka nanti. Papa hanya memberikan kami baju, mengajak kami shopping dan mengatakan ini akan dipakai untuk pernikahannya tanpa berkata apapun," terang Bu Nafis. Dinda hanya menghela napas panjang dan membelai rambut Laras. Mungkin ini juga yang menyebabkan Laras jauh dari Papanya. Karena pak Hendi tetaplah sama seperti lelaki di luaran sana yang tak mengerti jika wanita itu lebih memiliki perasaan yang mendominasi. Dia tak mau mendekatkan diri kepada anak-anaknya karena terlalu kaku, mungkin karena Pak Hendi yang memang terbiasa bekerja di luar kota."Iya Dek. Acaranya memang pagi
Baca selengkapnya
ANAK BU NAFIS MULAI SETRES MELIHAT KELAKUAN AJAIB IBUNYA!
ANAK BU NAFIS MULAI SETRES MELIHAT KELAKUAN AJAIB IBUNYA!"Kasihan sekali loh mereka nanti jika Ibu mempermasalahkan masalah sepele begitu. Jika masalah kecil di besar-besarkan maka kapan dekatnya juga? Bukankah Ibu juga ingin dekat dengan anak-anak sambung Ibu? Ibu tak ingin juga di benci Safira dan Laras kan?" tanya Dinda. Bu Nafis langsung diam mendengar semua ucapan Dinda. Ya sebenarnya kalau di pikir lagi, siapa yang tak ingin sih mendapatkan restu dari anak Pak Hendi itu. Apalagi kalau memang di pikir-pikir ya tidak begitu penting restu atau pun kehadiran anak sambungnya, apalagi jika dengan kehadiran anak sambungnya justru akan memperkeruh hubungan kekeluargaan mereka."Sebenarnya memang kehadiran mereka penting tak penting. Tanpa mereka pun pernikhan ini juga akan tetap berjalan sesuai dengan planning dan rencana kita sebelumnya. Tetapi kan pantasnya saja, lebih baik untuk bisa mendapat restu anak-anaknya," kata Bu Nafis dengan entengnya."Astaghfirullahalad
Baca selengkapnya
BERDANDAN RATU DAN ROMBONGAN DANYANGNYA!
BERDANDAN RATU DAN ROMBONGAN DANYANGNYA! Ternyata mereka baru pulang dari pasar sejak subuh untuk mengambil bahan-bahan yang akan dimasak. Sedangkan di dapur orang-orang sudah bersiap untuk membuat masakan karena ijab kabul akan dilakukan pukul sembilan pagi."Waalaikumsalam!" sahut mereka semua. Mbak Alif berjalan ke belakang menemui Dinda."Kok sudah banyak sekali yang datang di depan,Dek? tapi di dapur ini-ini saja? Kemana mereka semua?" tanya Mbak Alif heran dengan jumlah sandal yang ada di ruang tamu."Lihatlah Mbak kelakuan ibumu," bisik Dinda."Di mana ibu?" tanya Mbak Alif."Tuh di kamar. Kau akan terkejut dan membaca istighfar berkali-kali, Mbak," ucap Dinda."Memang ada apa sih, Din?" tanya Mbak Alif penasaran dan langsung menaruh belanjaan secara serampangan."Ada apa, Din?" bisik Mbak Eva tak kalah penasarannya."Lihat saja di dalam sendiri, Mbak. Ibu berbuat ulah apa. Tak asik dong kalau spoiler di depan," kata Dinda."Astaghfiru
Baca selengkapnya
SAHHH!
SAHHH!!!"Mereka jangan boleh masuk ke dalam! Jika tidak acaranya akan buyar," tegas Hasan."Benar itu," sahut Mas Zain."Wis kau ke dalam saja, San. Biar yang di luar Mas yang handle," perintah Mas Zain."Benar itu setidaknya ada satu orang yang di luar. Zain ini kan acara pernikahan Ibumu lebih baik kau yang masuk. Biarkan Mas Andri saja yang berjaga di luar," ujar Mas Andri."Tidak Mas, sampeyan saja. Sampeyan yang lebih tahu cara mengurus semua secara administrasi sedangkan aku dan Hasan tidak begitu mengerti. Justru jika kau ikut keluar akan repot nanti kita semua di dalam," usul Mas Zain."Benar itu Mas. Ayok, temani aku ke dalam yo. Biar Mas Zain saja yang di luar," usul Hasan. Akhirnya Mas Andri pun mengangguk."Kau yakin tidak apa-apa tak menyaksikan acara ijab kabul Ibumu?" tanya Mas Andri."Tak masalah, Mas. Tak apa-apa, aku akan berjaga di luar agar acara ini berlangsung dengan hikmat tak mengurangi kesakralannya. Daripada acara ini harus diganggu dengan tingkah laku merek
Baca selengkapnya
KELUARGA BARU, PERUBAHAN BARU, AWAL LEMBARAN BARU DAN KEHIDUPAN BAHAGIA.
KELUARGA BARU, PERUBAHAN BARU, AWAL LEMBARAN BARU DAN KEHIDUPAN BAHAGIA. "Sekarang Ibu tak perlu khawatir kesepian karena sudah memiliki Pak Hendi, begitupun dengan Pak Hendi sudah tak khawatir tidak ada apa-apa dengan putrinya. Karena rumahnya kan dekat. Insya Allah sebagai anak-anak dari Bu Nafis serta menantu, kami akan membantu sebisa mungkin," kata Mas Andri. "Terima kasih ya doanya, Le. Semoga memang ini membawa kebaikan untuk kita semua, pernikahan yang dilakukan di usia senja. Siapa yang menyangka jika kami akan berjodoh di usia setua ini, bahkan Nafis pun sudah memiliki cucu. Tapi memang pernikahan ini bukan pernikahan berdasarkan nafsu. Kami hanya ingin menghabiskan waktu tua bersama," ujar Pak Hendi. "Benar itu Pak Hendi, sekarang kau jangan memanggil Pak," kata Bu Nafis. "Lalu kami harus memanggil apa, Bu?" tanya Mbak Alif. "Apakah panggil Abah biar sama Seperti almarhum Abahmu?" pinta Bu Nafis. "Jangan Nafis! A
Baca selengkapnya
Rencana Dinda Untuk Menginap, Menghibur Anak Pak Hendi
Rencana Dinda Untuk Menginap, Menghibur Anak Pak Hendi "Mbak Alif pun bahkan tidak sadar jika Safira dan Laras tidak ada di sana. Jika bukan kamu yang perhatian sampai sedetail itu, mungkin kedua anak itu akan kelaparan dan justru akan tambah membenci Ibu. Ambilah Dek, ambillah sepuasnya. Mbak sudah memasak kan lebih dari cukup jika hanya kau ambil untuk kedua anak itu," perintah Mbak Alif."Semoga ini awal yang baik," Dinda yang di balas anggukan Mbak Aif.Dinda pun menganggukkan kepalanya dan tersenyum. Dia segera melanjutkan acara bungkus-bungkusnya, mengambilkan nasi dengan berbagai macam lauk dan berangkat ke rumah Pak Hendi, lewat belakang rumah untuk menuju ke sana. Terlihat pintu terkunci dengan rapat, DInda pun mengetuknya perlahan.'Tok tok tok'"Assalamualaikum," sapa Dinda."Assalamualaikum! Safira, Laras, Ini Mbak Dinda!" teriak Dinda dari luar."Waalaikum salam, iya Mbak," sahut suara seorang gadis dengan sahutan yang lirih.Dinda pun menghela napasnya, dia yakin seka
Baca selengkapnya
Kehidupan Lucu di Rumah Mertuaku
Kehidupan Lucu di Rumah Mertuaku"Apakah tadi ibu sudah kembali dari KUA, Mbak? Apakah mereka sudah sah menikah, Mbak?" tanya Safira."Sudah, Dek. Mereka sudah sah menikah. Taapi percayalah pada Mbak Dinda, bahwa meskipun mereka sudah menikah secara sah dalam agama dan negara, status Bu Nafis sekarang juga resmi menjadi Ibumu namun tak akan ada yang berubah. Mbak Dinda jamin itu," kata Dinda. Safira dan Laras menganggukkan kepalanya."Nah, sekarang mbak Dinda pulang dulu ya. Jangan lupa sholat magrib dan isya' nanti, kalian tidurlah dulu jika sudah mengantuk. Inysa' allah Mbak akan ke sini lagi. Namun, Mbak Dinda harus beres-beres dullu," jelas Dinda."Nanti kabari ya, Mbak," jawab Laras. Dinda menganggukkan kepalanya lalu pamit. Dinda berjalan perlahan sambil meninggalkan kedua anak itu di rumah di rumah Pak Hendi yang sepi. Dia bejalan pulang, jam hampir menunjukkan waktu ba'da ashar. Ternyata acara sudah berjalan cukup baik, bahkan acara sudah memasuki makan-makan."Loh, dari man
Baca selengkapnya
Batal Menginap Dan Ajakan Makan Malam Bersama
Batal Menginap Dan Ajakan Makan Malam Bersama"Sungguh lucu bukan kehidupan kita di rumah mertua ini?" ucapan dari Mbak Eva ini membuat Dinda langsung terdiam. Entah sampai kapan mereka akan hidup terus-terusan seperti ini. Dia hanya bisa berdoa sekarang agar tu pak Hendi bisa benar-benar membawa perubahan dalam keluarga sang suami. Pernikahan antara abu Nafis dan pak Hendi benar-benar merubah semuanya itulah harapan Mega dan Dinda sebagai seorang menantu yang tak pernah dianggap di keluarga mertua sendiri.Setelah sore acara selesai dan berlangsung di mana ada sesi khusus untuk foto-foto, tak ada foto Eva dan Dinda di antara banyak begitu banyaknya foto pernikahan Bu Nafis dan Pak Hendi. Bahkan yang membayari dan membiayai semua adalah Dinda, namun tak satupun foto wajah Dinda di album foto itu dan Dinda tidak mempermasalahkannya. Saat malam tiba, Dinda berpamitan kepada Hasan."Mas aku akan menginap di rumah Safira dan Laras untuk malam ini. Aku sudah berjanji tadi kepada mereka
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
353637383940
DMCA.com Protection Status