Lahat ng Kabanata ng Indra, Reinkarnasi Para Dewa : Kabanata 61 - Kabanata 70
76 Kabanata
Antara Pergi atau Tetap
Aku menatap langit-langit, mengatur napasku. Keringat membasahi tubuh, rambut berantakan. Tangan kujadikan bantal, kaki mengangkang. Latihan kali ini sungguh menguras tenanga, sekitar 3 jam kami berlatih tanpa henti.Bukan hanya luas, berbagai alat olahraga ada di ruangan ini. Kami fokus memperkuat fisik, terlebih musuh kami mempunyai tenaga yang besar. Sebelum kami berangkat, Warchi memberitahu kalau Anna merupakan anak keturunan dari Ras Luna, dimana kemampuannya bisa mematifulasi grafitasi. Dia bisa membuat gerakan kami menjadi berat atau ringan. Mungkin sekarang Anna sudah meningkatkan teknik sihirnya mencapai puncak, kekuatannya tidak terhingga.Aku ingat perkataan Same waktu itu. 'Perkuatlah fisikmu maka kamu akan meningkatkan teknikmu'.Rai berdiri, dia merahi bajunya, kedua pedangnya dia biarkan tergeletak di lantai. Rai mendekati kursi. Namun urung ketika Aruna memasuki ruangan memanggil nama kami."Aku membeli air unt
Magbasa pa
Narchi Dalam Bahaya
Kami terkepung oleh ratusan burung hantu, mereka berseru, terbang mengeliling kami. Sadam, rajanya mengepak-ngepakkan sayapnya yang besar, dia menatap kami dan tersenyum mengerikan.Aruna bersembunyi di balik punggung kami, dia menggigil ketakutan. Rai sudah menarik kedua pedangnya, aku mengepal jemari.Tapi bagaimana kami bisa melawan mereka kalau keadaanya seperti ini. Mereka bisa menyerang kami dari berbagai arah dan dalam jumlah yang sangat banyak, sekuat apapun kami bertahan, mereka akan menembus pertahan itu."Serang mereka, serahkan mereka padaku. Sudah dua malam aku tidak makan, perutku sangat lapar." Aku, Rai dan Aruna menutup telinga. Suara Sadam seperti membelah betung, telinga kami sakit tidak kuat mendengarnya.Ratusan burung hantu menderu, mereka terbang menyerang kami."Bagaimana ini." Aruna memegang lengan Rai dengan erat. Wajahnya memucat. Aku pindah ke belakang Aruna, melindunginya dari belakang.Merek
Magbasa pa
Pertarungan melawan Sadam
Ratusan burung hantu menyerang Harchi yang tergeletak lemas, Narchi membantu kakaknya berdiri.Rai memasang kuda-kuda, dia mengacungkan kedua pedangnya. "Kazakiri!" teriaknya.Busur angin berwarna biru berbentuk bulan sabit itu terbang mengiris burung hantu, ukurannya yang besar dapat menumbangkan banyak dari mereka.Aku tidak secapat Harchi, selama Sadam belum bangkit, aku sudah melompat membantu Harchi dan Narchi melarikan diri."Cepat lari," kataku.Sadam melesat terbang ke arah kami, sayapnya yang besar dapat membuatnya terbang dengan cepat."Makananku," ucapnya, mulutnya menyangkal siap melahap kami.Teng!Paruh sadam terkena Kazakiri Rai, tetapi tidak dapat mengirisnya, tapi itu kesempatanku. Aku melompat memukul kepalanya.Sadam menggelengkan kepalanya, menghilangkan pusing. Narchi berhasil melompat masuk ke dalam rumah. Rai merahi tanganku, menarikku masuk."Harchi, Narchi." Warchi meng
Magbasa pa
Pemakaman
Mereka sudah terbiasa mendengar nyanyian Sada yang tidak ada bagus-bagusnya itu. Warchi, Harchi, Narchi, dan Rai sudah tertidur pulas di posisinya masing-masing.Sedangkan aku dan Aruna masih begadang. Apa karena mereka tidak mengerti bahasa Sadam, mereka mendengarkannya seperti nyanyian malam.Rai memberitahu semua apa yang dia ketahui mengenaiku. Mulai dari aku yang norak, keluar dari hutan kehidupan, dia dan Aruna menjelaskannya secara lucu. Harchi dan Narchi tertawa mendengarkannya.Aku tertawa melihat mereka senang, tapi keadaan itu berubah saat Rai mulai menjelaskan pria itu, orang yang sangat aku benci. Begitu juga dengan Narchi, Harchi dan Warchi, mereka terkejut mengetahui aku merupakan anak dari pahlawan Kerajaan Manggo.Aku sangat bangga menjadi anak pahlawan Kerajaan Manggo jika orang itu bukan dia. Kenapa orang yang waktu itu aku kagumi berubah menjadi benci setelah mengetahui kenyataannya.Tangan Aruna sedang menar
Magbasa pa
Rencana Melawan Sadam
Pulang sekolah Harchi melempar tasnya ke meja makan, dia menarik kursi, menghembus napas kasar lalu duduk dengan kedua tangan terlipat di atas perut, wajahnya cemberut. "Malam ini aku akan melawan Sadam, kita tidak bisa terus-terusan diam seperti ini, sudah banyak korban yang berjatuhan. Tadi kepala sekolah mengusulkan akan menutup sekolah, anak-anak tidak boleh keluar rumah." "Mereka sekolah untuk melatih teknik sihir, kalau sekolah ditutup bagaimana mereka bisa melawan Sadam dan prajuritnya." Aruna meneguk Air."Menutup sekolah tidak mengurangi banyaknya korban yang berjatuhan." Rai membantu Warchi berjalan."Iya, itu malah memperlambat kita untuk melawan Sadam. Tujuan dibangunnya sekolah untuk melawan Sadam, kan?" Aku mengambil roti yang tersisa satu lembar di atas piring."Kamu tidak bisa melawan Sadam sendirian, Harchi." Warchi duduk di pinggir kasur."Bagaimana kalau kita minta bantu para murid senior, mereka sudah bisa menggunakan
Magbasa pa
Menyelamatkan Narchi
"Rai!" Aruna melompat turun menghampiri Rai."Aruna, Rai, Awas!" Aku berseru. Sadam sedang terbang ke arah mereka, dia mengubah paruhnya menjadi besi, siap menghunus mereka.Ratusan burung hantu menghalangi aku untuk menolong mereka. Burung hantu ini juga mulai ganas, menyerbu dengan kekuatan penuh.Harchi melompat di depan mereka. "Ball Magic. Pelindung." Sihir berwarna biru itu menjadi tapeng.Bummm.Ledakannya sungguh dahsyat. Daun-daun kering berhamburan. Aruna, Rai, dan Harchi keluar dari kepulan daun itu, melompat ke atas dahan.Angin menghembus kencang menerbangkan daun-daun. Sadam terbang tinggi, tubuhnya melayang di atas. "Tangkap gadis itu, targetku tidak boleh terlepas dua kali." Ratusan burung hantu menyerang Narchi dan aku yang berada di sampingnya."Bunuh mereka Narchi, kalau tidak mereka akan bangkit lagi," ucapku.BummmBummmBummmAku memukul burung itu sampa
Magbasa pa
Strategi yang Gagal
Aku, Rai, dan Harchi sedang berada di mulut gua. Lampu yang menempel di batang pohon sudah padam, matahari tenggelam, bulan naik ke puncang langit.Benar yang dikatakan Warchi, gua ini berada di kaki bukit, tepatnya berada di ujung Kota Tree, di hadapan kami dinding besar yang mengelilingi Kota.Di atas sana terdapat lubang kecil, bulan sedang berada di mulut lubang itu, aku bisa melihatnya dengan jelas. Betapa indahnya benda itu bersinar malam ini, tidak ada awan yang berarak menutupinya, juga burung-burung berterbangan.Mengenai burung, kali ini aku sangat benci dengan burung hantu, padahal semua jenis burung aku menyukainya dulu. Setelah ketemu Sadam aku malah kesal dengan burung hantu itu.Apa memang benar Sadam raja burung hantu. Hewan Special Abilities yang sudah kami jumpai sangat berbeda dengannya. Mereka mempunyai sedikit sihir, tapi ukuran tubuh mereka normal, tidak besar, adapun yang besar itu memang kekuatan sihirnya yang bisa mengubah tubuhnya besar. Jenis sihir Sadam me
Magbasa pa
Hanya Aku Harapan Mereka
Bukkk"Au." Aruna mengaduh.Rencana kami gagal, Sadam sudah mengetahuinya. Aruna dan Narchi berdiri, mereka menyeka bajunya, perlahan mundur ketika Sadam mendekatinya."Berani-beraninya kau menipuku!" Sadam mengarahkan sayapnya ke arah Aruna dan Narchi.TengggRai menahannya.Aku berlari, kemudian menarik kakinya. Sadam terjatuh. Harchi melompat dia mengeluarkan tekniknya."Ball Magic. Hancurkan!" BummmBola sihir berwarna merah itu tidak terlalu besar, tapi ledakannya membuat bumi bergetar."Cepat lari!" Rai berteriak.Kami berhamburan, berlari keluar gua."Kalian tidak bisa lari dari sini!" Bulu besi Sadam memotong tali. Sebuah batu besar menggelinding menutup mulut gua.Sadam tertawa. "Aku bukan kalian saja yang bisa bertarung dengan licik, aku juga bisa melakukannya. Kalian akan mati disini!"Sadam melesat menyerang kami. Aruna dan Narchi bersembunyi di
Magbasa pa
Lepaskan Adikku
Rai tidak berdaya, perutnya tertusuk. Aruna dan Narchi sedang mengobatinya. Harchi tidak bisa bertarung lagi, bulu emas Sadam membuatnya tertancap di dinding gua. Hanya aku harapan mereka, aku harus melakukannya.Sampai di tengah perjalanan, aku harap Sadam tidak menyadarinya, dia sedang menyembuhkan sayap emasnya.Senyap. Sadam tidak menyerang, dia juga kelelahan. Harchi menatapku penuh harapan, dia tidak mampu menarik tubuhnya keluar dari buku emas."Eh! Kau! Mau ngapain, anak muda!" Sadam melihatku, dia perlahan berdiri.Aruna dan Narchi terkejut, mereka yang sejak tadi tegang menyaksikanku."Kau tidak akan bisa menghancurkan gua ini!" Sadam menyerangku dengan satu bulu emasnya, sepertinya energinya mulai belum pulih.Aku menarik tubuhku, memanjat tambang dengan cepat, tetapi gerakan bulu emas Sadam lebih cepat, bulu itu menancap pahaku.Aku menyerngit, menahan sakit, pergerakan ku melambat. Namun, aku belum menyerah,
Magbasa pa
Target Selanjutnya, Rai
Kami semua terpaku. Narchi dimakan sekali lahap. Sadam melakukannya di depan kami. Aku sangat terkejut, bagaimana perasaan Harchi sekarang.Harchi memukul-mukul tanah, air matanya mengalir deras. "Maafkan aku …. Maafkan aku sebab tidak bisa melindungimu. Maafkan aku, Narchi …." Harchi menangis terisak-isak."Ini lezat sekali, tapi aku belum kencang." Sadam melirik Rai. "Selanjutnya pendekar itu." katanya.Aruna memeluk Rai, kepalanya menggeleng, matanya berkaca, bibirnya tertarik kebawah, dia memohon agar Sadam tidak mengambil Rai dari pelukannya.Aku tidak akan membiarkan Sadam memakan Rai, itu tidak boleh terjadi, bagaimanapun caranya aku harus menyelamatkan. Kalau Rai sampai dimakan, aku sangat bersalah dan hari ini merupakan hari yang sangat terburuk dalam hidupku. Aku tidak bisa berbuat apa-apa untuk menyelamatkan temanku, aku tidak berguna. Aku berusaha menarik tubuhku, aku harus menyelamatkan Rai, apapun resikonya, walaupun kulitk
Magbasa pa
PREV
1
...
345678
DMCA.com Protection Status