Semua Bab Istri Penebus Dosa: Bab 21 - Bab 30
113 Bab
Sudah Pernah Diteror
Penolakan Tama membuat atmosfer yang melingkupi kamar Elvina langsung memanas. Syera yang tidak ingin ikut campur memilih berpura-pura tidak mendengar dan menggendong Elvina yang menangis. Tampaknya bayi itu juga tak ingin pergi ke mana-mana. “Apa? Tidak boleh? Kamu pikir kamu bisa melarang Mama membawa cucu Mama sendiri? Kamu tidak boleh egois, Tama! Mama juga berhak mengasuh Elvina. Apalagi kalau kamu terus mempertahankan pembunuh itu di sini, lebih baik Elvina tinggal bersama Mama!” tegas Bianca yang mulai tersulut emosi. Tama memijat pelipisnya yang berdenyut. “Ma, aku tidak melarang. Tapi, sebelum aku menemukan kejelasan tentang kecelakaan Kirana, aku tidak mau Elvina lepas dari pengawasanku. Mama bisa mengasuhnya di sini.”Syera yang diam-diam mencuri-curi pandang sontak memalingkan wajah ketika Tama melirik ke arahnya. Berpura-pura kembali mengajak Elvina mengobrol, padahal tengah menajamkan telinga dan mendengarkan pembicaraan orang-orang di dekatnya. Syera cukup terkej
Baca selengkapnya
Yang Lugu Lebih Pandai Menusuk
Syera duduk bersebrangan dengan Tama nyaris menyemburkan air minumnya saat mendengar jawaban enteng lelaki itu. Bukan hanya petugas kapal di hadapan mereka yang terkejut, tetapi juga beberapa rekannya yang berada di dekat sana. Tidak banyak orang yang mengetahui pernikahan mereka. Terlebih, di tempat ini ada lebih banyak karyawan keluarga Tama yang bekerja di kantor ataupun tempat lainnya. Sudah jelas mereka tidak mungkin mengetahui pernikahan Tama dan Syera. Syera berdeham keras, sengaja menginterupsi Tama agar segera meralat kalimat yang terlontar dari mulut lelaki itu sebelumnya. Namun, sang empunya malah bersikap santai, seolah tidak melakukan kesalahan apa pun, dan hanya meliriknya sekilas. “Aku tidak masalah satu kamar dengan karyawan lain kalau pemilik kamarnya juga tidak keberatan.” Karena Tama tidak bisa diajak berkompromi, Syera memutuskan membuka suara. “Bisa tolong tunjukkan di mana kamarnya? Aku harus menyimpan barang-barangku.” Sedari tadi Syera sudah menahan malu ka
Baca selengkapnya
Kamu Sudah Datang Bulan?
Syera yang sudah tersulut emosi, tanpa sadar langsung mendorong wanita berseragam pelayan di hadapannya itu. Ia mengedarkan pandangan, menatap tajam orang-orang yang sedari tadi begitu asyik menggunjingkan dirinya. “Kalau kalian tidak tahu apa yang terjadi sebenarnya, lebih baik diam dan jangan asal menuduh!” tegas Syera dengan wajah mengeras. Syera tak ingin melakukan ini kalau saja mereka tidak menguji kesabarannya hingga ke ambang batas. Sedari tadi ia sudah mencoba bersabar dan menulikan pendengarannya. Akan tetapi, mereka terus saja berkicau seolah-olah dirinya tidak berada di sini. Syera sengaja ingin menyibukkan diri di sini karena tak bisa tidur lagi. Namun, sepertinya ia salah memilih tempat. Suasana hatinya yang memang sedang tidak terlalu bagus malah semakin kacau. Bahkan, orang-orang yang ada di sini lebih berani mengatai dirinya dibanding para pelayan di kediaman Tama. “Justru karena kami tahu, makanya kami berbicara seperti itu,” jawab wanita yang berdiri di samp
Baca selengkapnya
Alat Tes Kehamilan
Mual yang menderanya tiba-tiba menguap tak bersisa. Pertanyaan Tama berhasil membuat Syera membeku. Namun, sepersekian detik kemudian wanita itu kembali menetralkan ekspresinya. “Kenapa Tuan bertanya seperti itu?” Diam-diam Syera kembali mengedarkan pandangan ke sekitarnya. Ia sedikit lega menyadari hanya mereka saja yang berada di sana. Semoga benar-benar tidak ada orang yang mendengar percakapan mereka. Karena itu bisa menimbulkan banyak spekulasi negatif. Pertanyaan yang Tama berikan sukses menyentil sudut hati Syera. Ia baru ingat kalau hingga saat ini dirinya belum mendapat tamu bulanannya. Tetapi, Syera tak ingin berpikir macam-macam. Mungkin saja tamu bulanannya sedikit terlambat datang karena dirinya kelelahan. Di tengah kekhawatiran yang perlahan-lahan mulai menggerayanginya, Syera berusaha meyakinkan diri jika tidak akan ada yang terjadi padanya. Gejala yang ia alami saat ini hanyalah karena masuk angin dan kelelahan, bukan karena alasan lain. “Kamu tidak mungkin melupaka
Baca selengkapnya
Akting yang Buruk
Syera membuka matanya perlahan-lahan, samar-samar garis yang tertera pada alat tes kehamilan itu mulai terlihat. Tentu saja ia sangat berharap hanya ada satu garis di sana. Namun, tampaknya semesta sedang tidak berpihak padanya. Dua garis berwarna merah itu terpampang jelas di depan matanya. Syera spontan membekap mulutnya yang nyaris memekik. Kakinya mendadak lemas hingga tubuhnya meluruh di lantai toilet yang dingin. Setetes cairan bening lolos dari manik matanya yang menatap nanar benda pipih di tangannya itu. “Ti-tidak mungkin! Kenapa harus seperti ini?” gumamnya lirih. Meskipun belum memiliki pengalaman, Syera tahu apa artinya dua garis yang melintang pada alat tes kehamilan itu. Dirinya hamil. Peristiwa malam itu meninggalkan satu nyawa di rahimnya. Betapa bodohnya ia tidak memikirkan kemungkinan ini sebelumnya. Seharusnya Syera lebih cepat melakukan pencegahan dengan cara apa pun. Sekarang semuanya sudah terlanjur terjadi. Wanita itu meremas piyama tidurnya sembari mena
Baca selengkapnya
Siap Berpisah?
Kepala Syera nyaris terbentur dashboard mobil ketika Tama tiba-tiba menginjak rem tanpa sebab. Jantungnya berdetak keras, seolah akan keluar dari tempatnya. Wanita itu kontan menoleh ke samping, melirik tajam Tama yang dengan santai kembali melajukan mobilnya. “Kalau Anda ingin bunuh diri, jangan libatkan aku. Masih ada banyak hal yang belum kirain dan aku tidak mau mati muda!” gerutu Syera sinis. Cukup lama Tama tidak memberi tanggapan apa pun dan fokus menatap jalanan di hadapannya. Syera menebak jika aksi membahayakan yang lelaki itu lakukan barusan adalah imbas dari pertanyaannya. Pertanyaan itu juga spontan tercetus dari mulutnya. Syera menghela napas berat. Seharusnya ia sadar diri jika Tama tidak mungkin melepasnya semudah itu. Lelaki itu sangat terobsesi mengikatnya dengan kontrak seumur hidup. Sangat mustahil Tama tiba-tiba membiarkan dirinya hidup bebas di luar sana. “Memangnya kamu siap berpisah dengan anak itu?” Tama yang cukup lama terdiam akhirnya membuka suara.
Baca selengkapnya
Sikap yang Berubah
Pesan itu berhasil membuat senyum Syera memudar. Ia lupa kalau Viandra juga ikut serta dalam liburan ini. Seharusnya, kalau Tama memang tidak memiliki niatan mengabulkan keinginannya, lelaki itu tidak perlu menjanjikan apa pun. “Apa dia tidak bisa mengirim pesan yang lebih enak dibaca?! Atau setidaknya meminta maaf karena membatalkan janjinya sendiri?!” gerutu Syera seraya menekan tombol close pada layar ponselnya dan langsung menyimpan benda pipih itu di tempat semula. Syera mengelus perutnya dengan ekspresi muram. “Kita harus terbiasa dengan hal-hal seperti ini, oke? Meskipun daddymu seperti itu, Mommy tetap menyayangimu. Kita pasti bisa melewati semuanya bersama-sama.” Mungkin Syera yang tadi berharap terlalu tinggi. Berpikir Tama akan semudah itu mengabulkan permintaannya yang pasti terkesan konyol di mata lelaki itu. Ia terlalu antusias sampai lupa jika dirinya tidak sepenting itu di mata Tama. Setelah ini, Syera tidak akan meminta apa-apa lagi. Kalaupun kebetulan menginginkan
Baca selengkapnya
Mewujudkan Fantasimu
“Kamu punya kenalan yang tinggal di dekat sini?” tanya Tama yang tidak jadi melahap masakan buatannya. Tentu saja Syera langsung menggeleng. Jangankan kenalan, dirinya saja belum pernah menginjakkan kaki di tempat ini sebelumnya. Terlebih dirinya juga jarang keluar dari vila, tidak banyak orang yang ia temui selain orang-orang yang menempati tempat ini. “Kamu makan saja, biar aku yang menemuinya.” Tama langsung mendorong kursi yang di tempatinya dan bergegas beranjak pergi dari sana. Syera yang juga penasaran memilih mengikuti Tama sembari menyuapi Elvina. Ketika hendak berbelok ke lorong yang terhubung dengan pintu utama, ia malah mendapati suaminya sedang berdebat dengan seseorang di dekat pintu samping. Syera mengerutkan keningnya saat melihat Dareen yang tampaknya ingin masuk, namun dihalangi oleh Tama. Meskipun sebenarnya tak ingin ikut campur, rasa penasaran membuatnya tanpa sadar melangkah mendekat ke sana. Syera baru tahu kalau Dareen juga berada di tempat ini karena s
Baca selengkapnya
Tak Pantas Cemburu
Awalnya Tama hanya memberi kecupan-kecupan kecil di sudut bibir Syera. Namun, lama-kelamaan kecupan itu berubah menjadi cumbuan yang lebih intens dan menuntut. Syera yang minim pengalaman kewalahan mengimbangi gerakan lelaki itu. Sama seperti yang terjadi di toilet tempo hari, Syera sama sekali tak kuasa untuk melawan. Ia hanya mencengkeram kedua bahu Tama yang tampaknya tidak berefek apa pun pada lelaki itu. Terlebih, wanita itu juga tak ingin membuat Elvina yang masih terlelap nyenyak di sampingnya terjaga. Perilaku Tama belakangan ini selalu mengejutkannya. Dimulai sejak insiden di toilet itu, fakta tentang kehamilannya, dan apa yang baru terjadi kemarin hingga semalam. Semuanya diluar dugaan Syera yang sudah memikirkan segala kemungkinan terburuknya. “Kenapa kamu hanya diam?” Tama menghentikan cumbuannya sejenak dan mengangkat kepala. Menatap Syera yang tampak salah tingkah dalam kukungannya. “Aku tahu kamu bisa merespon, aku ingin tahu bagaimana responmu.”“A-aku tidak tah
Baca selengkapnya
Aku Menginginkanmu
“Bibi juga tahu tentang kalung ini?” tanya Syera spontan. “Tuan Tama mengatakan kalau kalung ini sangat mirip dengan kalung milik mendiang istrinya. Bahkan, awalnya Tuan bersikukuh kalau kalung ini milik Nyonya Kirana.”“Ternyata itu kalungmu? Maaf, kupikir itu kalung Nyonya Kirana,” balas Utari yang belum mengalihkan pandangan dari kalung di tangan Syera itu dengan sorot yang sulit diartikan. “Apa boleh aku melihatnya sebentar?” Syera mengangguk sekilas dan memberikan kalungnya pada Utari. Membiarkan wanita paruh baya itu menelisik kalung peninggalan sang ibu. Dan hingga saat ini dirinya masih belum menemukan jawaban mengapa kalungnya bisa sama persis dengan milik Kirana. Tetapi, apa pun alasan kesamaan itu, Syera yakin orang tuanya pasti tidak memiliki hubungan dengan keluarga Kirana. Apalagi sampai mencuri, seperti yang pernah Tama tuduhkan waktu itu. Kesamaan ini pasti karena kebetulan saja. “Apa Bibi tahu sesuatu tentang kalung ini? Tuan mengatakan kalau kalung seperti ini
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
...
12
DMCA.com Protection Status