All Chapters of DENDAM SANG PANGLIMA: Chapter 51 - Chapter 60
143 Chapters
Pergesekan Antar Dua Pasukan
Wanita itu menutup matanya sesaat setelah melepaskan tembakan.Lalu ia membuka kembali matanya. Dan mendapati pria itu telah tergeletak bersimbah darah."Aku benar-benar membunuhnya?" ucapnya seraya menatap kosong seorang pria yang berlumuran darah di depannya."Ya kau telah melakukannya," ucap Adam.Wanita itu masih tak menyangka telah melakukan tindakan yang belum pernah ia lakukan selama hidupnya.Namun kini hatinya merasa puas. Rasa dendamnya kini dapat terbalaskan.Kemudian wanita itu menoleh ke arah tiga pria yang tengah meringkuk penuh ketakukan. Dengan senyuman manisnya ia menatap mereka.Lalu wanita itu melangkah perlahan dengan berlenggak lenggok menghampiri mereka."Kalian mau menikmati tubuhku kan? Sini...," ucap gadis itu, seraya memperlihatkan tubuhnya."Yang benar saja! Kami boleh menikmati tubuhmu?" Dua pria itu masih saja sempat-sempatnya membatu memandangi tubuhnya yang indah. Padahal mereka tengah terluka di kakinya."Ya, ayo silahkan," ucap gadis itu, menantang.Du
Read more
Mengintai Para Pemberontak
"Jika kalian menembak. Maka kami tak segan-segan menghabisi komandan kalian!" ancam Adam kepada para prajurit pemberontak.Mereka pun lantas terdiam. Namun mereka tetap menyusun strategi untuk melepaskan sang komandan dari tangan Pasukan Republik.Para pasukan kemudian kembali melangkah ke arah mobil lapis baja. Yang berjarak beberapa kilometer dari desa Dasfer. Sementara desa Asfer kini telah dijaga ketat oleh beberapa pasukan Republik.Di dalam langkah pasukan. Para pasukan pemberontak itu terus mengikuti langkah mereka.Penjagaan ketat tengah disiagakan dengan mengarahkan pucuk senjata ke arah para gerombolan pemberontak.Sementara, para pasukan Republik tengah menggiring sang komandan menuju ke mobil lapis baja yang masih terparkir di dekat jembatan.Tiba-tiba, salah satu pasukan pemberontak membuat suatu provokasi."Lepaskan komandan kami!""Lepaskan atau kami akan menghabisi kalian di sini!"Teriak salah seorang prajurit pemberontak itu, dengan begitu berapi-api.Tentu saja hal
Read more
Penyusupan
Letnan Lehman bersama pasukannya menghampiri Adam yang tengah bersembunyi di sebuah bukit di antara lebatnya pepohonan."Jendral Adam berada di bukit sebelah barat! cepat kita ke sana!" seru Letnan Lehman kala melihatnya dari kejauhan menggunakan teropongnya.Lalu para Pasukan mendaki sebuah bukit itu dengan sedikit bersusah payah karena medan yang dilalui begitu licin.Sesampainya di atas bukit, dan berada tepat di belakang Adam. Letnan Lehman menepuk pundak Adam yang tengah memperhatikan musuh dari kejauhan."Bagaimana Jendral?!" seru Lehman.Adam langsung menengok ke belakang."Hey Lehman!, saya sedang memantau pergerakan musuh dari atas sini. Lihatlah mereka," ucap Adam.Lehman mengangkat teropongnya dan menyorot ke kejauhan. Dimana para pasukan musuh tengah berjalan beriringan ke suatu tempat."Mereka berada di sana rupanya," ucap Lehman."Ayo! kita mesti ikuti mereka," ucap Adam. Adam keluar dari persembunyian dan diikuti oleh pasukan lainnya.Selang beberapa jam perjalanan di
Read more
Menangkap Brigjen Edward
Sementara, lampu sorot raksasa masih juga menyorot ke segala arah. Yang dikendalikan seorang penjaga bersenjata di atas menara.Salah satu prajuritnya yang merupakan seseorang penembak jitu langsung maju ke hadapan Adam. "Mohon izin Jendral. Bolehkah saya melumpuhkan dulu seseorang yang berjaga di atas sana?" tanya seorang penembak jitu.Lalu Adam menjawab, "Boleh, tapi pasukan musuh jangan sampai tau penjaga di atas sana dilumpuhkan," perintah Adam."Baik Jendral," ucap prajuritnya.Sang penembak jitu itu lantas membidik sang penjaga dari sebuah celah dedaunan. Sebuah senjata kedap suara diarahkan.Dan seketika, dalam hitungan detik selongsong peluru melesat dan menjatuhkan sang penjaga di atas menara itu."Bagus," ucap Adam, lalu menepuk pundaknya.Lampu sorot raksasa itu terhenti. Lantas Adam menengok ke seluruh prajuritnya."Arahkan senjata kalian ke markas itu. Tembak semua prajurit yang ada di sana setelah melihatku keluar," ucap Adam."Siap laksanakan Jendral!" jawab para pasu
Read more
Kerinduan Adam Kepada Keluarga Kecilnya
"Pasukan, lakukan penjagaan ketat di sekitar Markas. Waspadai adanya gerakan balasan dari kelompok musuh!" Perintah Adam kepada pasukannya."Siap Jendral!" Jawab para pasukannya.Kemudian, ia melangkah keluar dari ruangan yang gelap itu.Edward dan komandan pemberontak memandang Adam dengan raut wajah sinisnya."Arogan sekali dia. Dipikir kita tak bisa melawan orang seperti dia. Jika saja tanganku tak diborgol seperti ini. Tentu akan ku hajar wajahnya," bisik Edward menggerutu di samping Sang Komandan."Tenang saja, Sedikit lagi dia pasti akan dapat masalah besar. Para mafia dan Pasukan lain akan membalasnya dengan lebih kejam." Jawab Komandan berbisik.Adam yang tengah melangkah keluar dapat mendengar jelas bisikan itu. Ia langsung berbalik badan menoleh ke arah mereka berdua.Tanpa berbasa basi, Adam menghampirinya dengan mata terbelalak."Kau mau menghajarku?!" Seru Adam kepada Edward."T–tidak. Aku hanya sedang berbincang saja dengan dia masalah suatu hal yang tak penting," jawab
Read more
Kematian Dody Di Apartemennya
"Tentu saja aku tak akan menolaknya!" jawab Adam dengan antusiasnya.Lusiana pun tertawa kecil menanggapi ucapan Adam. Lalu ia mengangkat kepalanya dari atas dada Adam yang atletis itu. Dan terlentang di sampingnya."Pelan–pelan ya," ucap Lusiana, dengan lembutnya.Adam tersenyum. Lalu mengangkat tubuhnya dan bersiap untuk sebuah permainan.Di bawah siraman sinar rembulan, dari balik jendela yang terbuka lebar sesekali bergoyang dipermainkan angin malam.Mereka memadu kasih di atas ranjang bertabur bunga. Kasur yang bergetar seiring suara desahan nafas yang menderu. Seakan mengisyaratkan sebuah kenikmatan dari sebuah peraduan.Hingga tak terasa, malam semakin larut. Mereka masih juga terjaga, tenggelam dalam puncak asmara.***Di kala pagi telah menjelang. Secercah sinar menyelinap masuk melalui jendela yang terbuka lebar.Adam membuka matanya perlahan. Dan mendapati Lusiana yang begitu cantik telah rapih tengah duduk di hadapan meja rias sedang berdandan."Lusiana, kamu sudah bangun
Read more
Mengungkap Kematian Sersan Dody
"Astaga!""Dody!"Adam seketika berlari ke arah tubuh Dody yang terbujur kaku.Lalu ia memperhatikan sekujur tubuhnya. "Aku lihat tak ada sama sekali luka di tubuh Dody. Ini menjadi tanda tanya besar. ""Pengawal, cepat panggil polisi. Biar tim mereka yang menanganinya," Adam memerintahkan Sang Ajudan."Siap Pak!" jawab pengawalnya. Lalu ia langsung menelepon polisi.Beberapa saat kemudian, polisi pun datang ke unit apartemen. Police line dibentangkan.Seorang kepala unit reserse menghampiri Adam. "Selamat siang Jendral Adam, kami akan mengusut tuntas kasus ini. Kami akan memegang penuh kepercayaan Jendral kepada kami.""Terima kasih. Saya harap anda bisa mengabarkannya langsung kepada saya setelah keluar hasil penyelidikan," ucap Adam."Siap, Kami tidak akan menyembunyikan apapun kepada Bapak," ucap kepala reserse itu.Adam tersenyum. Lalu menepuk pundaknya. "Baiklah, saya harus pergi. Saya harap kasus ini dapat terungkap sampai ke akarnya," ucap Adam."Baik Pak, percayakanlah pada k
Read more
Pengkhianat
"Setelah dilakukan otopsi. Kami menemukan adanya zat berbahaya dalam tubuh Bapak Dody. Kami menduga adanya unsur kesengajaan dari seseorang dengan menggunakan alat yang disuntikkan ke tubuh beliau," ucap seorang dari tim forensik."Apakah sudah ditemukan sidik jari atau sebuah barang bukti dari lokasi kejadian?" tanya Adam."Tidak, kami tak menemukannya. Kami kira seseorang ini merupakan pembunuh profesional. Dia dapat menghilangkan jejak. Bahkan bau dari mayat itu sendiri.""Tapi kami berjanji, setelah ini kami akan melakukan investigasi lebih dalam untuk mengungkap siapa dalang dari pembunuhan ini Pak," ucap seorang dari tim Forensik kepolisian."Saya mengapresiasi kinerja kepolisian dalam hal ini. terima kasih banyak telah membantu kami. Yasudah, aku akan pergi. sampai jumpa," ucap Adam, seraya berdiri dari bangku besi.Lalu ia berjabat tangan dengan seorang tim Forensik yang merupakan perwakilan."Terima kasih juga Pak. Kami sangat mengapresiasi usaha Bapak dalam membantu kami," u
Read more
Melalukan Test Terhadap Para Ajudan
Adam berhasil menembak mati seorang pengkhianat yang menodongkan senjatanya ke kepala Paul.Suara letupan senjata itu membuat Lusiana histeris.Lalu Adam mengarahkan pucuk senjatanya ke kepala sang pengawal yang mengendarai mobil."Maaf Pak, saya bukan pengkhianat. Saya diancam oleh orang tersebut!" ucap Pengawal itu."Bohong kamu! Kalau kau bukan pengkhianat kenapa kau menuruti saja perintahnya! Kau juga bersenjata!" Seru Adam."S–saya...""Sudah! Jangan banyak beralasan! Hentikan mobil ini sekarang!" seru Adam. "Ba–baik Pak," ucap seseorang itu dengan gemetaran.Sementara kaca jendela di sisi kanan masih terbuka lebar setelah Adam berhasil memasukinya.Dari belakang mobil yang melaju cepat, ternyata para pemberontak telah mengikutinya dan melajukan mobil ke arah kaca yang terbuka lalu mengarahkan senjatanya.Adam langsung menutup kaca jendela mobil rapat–rapat untuk melindungi Lusiana dan Paul.Darr!Satu tembakan ke arah kaca mobil dapat dibendung dengan kaca anti peluru."Ku kata
Read more
Kawan Menjadi Lawan
Adam mengambil sebatang cerutu dari atas meja. Lalu menghisapnya dengan perlahan.Pandangannya seketika menoleh ke arah sang kepala pelayan yang tengah berdiri di sampingnya."Kepala pelayan. Tolong buatkan aku kopi hitam," ucapnya."Siap pak, mohon ditunggu sebentar," ucap sang kepala pelayan. Lalu ia melangkah ke arah dapur.Beberapa saat kemudian, seorang pelayan cantik dengan rambutnya yang terurai membawa nampan berisi secangkir kopi."Ini Pak Kopinya," ucapnya dengan lembut.Dengan perlahan-lahan ia meletakkan secangkir kopi itu ke atas meja."Terima kasih ya," ucap Adam, tersenyum lalu mengambil secangkir kopi hitam di hadapannya.Pelayan itu pun tersenyum, lalu berbalik badan menuju ke arah dapur.Adam lantas menyeruput kopi hitam itu dengan nikmatnya. Dengan ditemani sebatang cerutu pada jemarinya.Tiba-tiba Paul menghampiri. "Ayah!" teriak Paul memanggil. Lantas Adam tersenyum dan mengusap rambut anak itu."Dimana ibumu?" Tanya Adam."Ibu sedang menelepon temannya di kamar,
Read more
PREV
1
...
45678
...
15
DMCA.com Protection Status