All Chapters of ANAK TUKANG CUCI PIRING : Chapter 41 - Chapter 50
63 Chapters
Bosan Menangis
“Imas, kamu lagi apa? Ada Bu Yuni ke sini, Nak.” Suara lembut Ibu dari balik pintu membuatku segera menghapus air mata.Semenjak ditalak oleh Pak Abi aku sering menghabiskan waktu di kamar. Entah untuk menenangkan diri, atau menangis sampai terlelap. Ya, aku pun memutuskan untuk memanggilnya dengan sebutan itu kembali.“Sebentar, Bu.” Walau merasa malas, aku pun bangkit dari pembaringan, mendekat ke arah lemari plastik yang baru dibeli Ibu beberapa hari lalu, katanya dia punya uang dari sang menantu kebanggaannya itu.Ah … entah bagaimana perasaan Ibu juga Bapak kalau mereka tahu tentang kabar menyakitkan ini. sungguh, aku belum siap memberitahu mereka. Hati kecilku berharap, Pak Abi akan menarik perkataannya sebelum orang tuaku benar-benar tahu.Setelah berganti pakaian, aku menggapai bedak untuk menutupi mata yang sembab. Setidaknya dengan menggunakan make up, wajah sedihku tak terlalu kentara.Kuhela napas dalam-dalam sebelum keluar kamar. Merasa sudah siap, aku pun menekan dan men
Read more
Abidzar VS Azzam
ABIDZAR POV“Mau Tante yang berangkat atau kamu saja, Bi?” “Biar aku saja. Titip Syifa, ya, Tan.” Aku menoleh pada pintu ICU. Di dalam ada ayah yang menunggu buah hatiku yang sudah terbaring beberapa lama.“Ya sudah, hati-hati, ya. Jangan banyak pikiran.” Tante mengingatkan. Aku hanya mengangguk.Sebenarnya berat meninggalkan Syifa walau hanya beberapa jam saja, aku juga sudah tidak semangat bekerja semenjak beberapa musibah menimpa.Ya, aku tahu jika manusia pasti selalu memiliki ujian. Namun kali ini, aku merasa ujian dariNYA sangat lah berat. Setelah kehilangan cinta pertamaku beberapa tahun ke belakang, aku juga harus dihadapkan dengan kepahitan lain. Merasa seperti disambar petir di siang bolong, tiba-tiba saja makhluk yang melahirkanku ke dunia ini dihinggapi sebuah penyakit lalu pergi begitu cepat.Sungguh seperti mimpi, jika Ibu akan meninggalkanku di saat kondisi seperti ini. Padahal aku belum bisa membahagiakannya, belum bisa sempurna membuat dia tersenyum.Lalu sekarang,
Read more
Bertemu Mantan Suami
IMAS POVSetiap hari, aku selalu mencoba bangkit, terus berusaha berjalan walau tertatih-tatih. Ujian datang yang bertubi-tubi rasanya berhasil menghantam jiwa raga ini.Kehilangan mertua yang kucinta, kandasnya rumah tangga, lalu ditinggal pergi janin di dalam perut ini. Andai saja aku tak meletakkan iman di dada, mustahil diri ini masih menjadi orang normal seperti biasa.“Imas, mau berangkat?” tanya Ibu saat Subuh ini aku hendak bersiap ke tempat mempelai wanita yang hendak kudandani.“Iya, Ibu. Sebentar lagi jemputan datang,” jawabku seraya mengemasi beberapa barang yang hendak kubawa.Satu bulan ini, jadwalku sebagai perias pengantin cukup padat. Aku memang sudah memiliki sertifikat lulus dari tempat kursus Teh Santi, dan kini aku sering mendapatkan job sebagai MUA resmi, bersama Abel yang selalu mengantarku ke mana-mana sekaligus menjadi jasa pembuat henna.“Temui dulu Nenekmu, Imas. Sepertinya dia menunggumu.” Aku langsung terdiam saat mendengar perkataan Ibu. Tanganku yang ten
Read more
Tiga Lelaki di Malam Ini
“Kamu jadi MUA ya, sekarang?” tanya Ridwan, di hadapannya aku hanya bisa mengangguk singkat.Suasana teramat begitu canggung. Walau dulu kami satu kelas saat di Madrasah Aliyah, tapi aku tidak pernah bertukar kalimat dengan lelaki berkulit putih itu. Selama mengenyam pendidikan, aku memang tak pernah bergaul dengan siapa pun, entah itu murid perempuan, apa lagi murid laki-laki. Padahal, ternyata mereka begitu menerimaku dengan baik saat acara reuni beberapa bulan lalu.Untuk mengalihkan perasaan tak menentu, aku celingukkan mencari Ibu. Padahal tadi beliau sudah bilang, hendak ke rumah Nenek kembali karena masih ada banyak petakziah yang datang.“Aku ganggu, ya?” katanya lagi membuatku terpaksa menatapnya, kupaksakan bibir ini untuk tersenyum lalu menggeleng.“Sebenarnya, aku ke sini sama Kakek, tapi beliau masih di rumah almarhum Nenekmu.”“Oh …,” jawabku datar, bingung harus berkata apa. Sekarang aku tahu, dia ke sini memang untuk bertakziah.“Kakekmu kenal dengan Nenekku?” Giliran
Read more
Pilih Siapa?
“Beli sate di mana, Pak?” tanyaku saat melihat Bapak membuka sebuah bungkusan sate yang begitu banyak.“Dari Haji Saedi, Imas. Tadi beliau ke sini, mau ketemu kamu. Tapi kamunya belum pulang.” Terdiam aku mendengar jawaban Bapak. Sepertinya status baruku ini sudah sampai ke mana-mana. Sehingga setiap hari ada saja tamu lelaki yang datang ke rumah. Anehnya, kenapa mereka tidak menemuiku saat masih gadis? Kenapa mereka seolah tertarik dengan status jandaku? Entah lah, pikiran para lelaki itu terlalu rumit untuk kumengerti.“Ayo, makan dulu, Imas. Kamu pasti capek.” Bapak bersuara lagi hingga aku tersadar kembali.“Iya, Nak. Makan dulu, kalau gak mau satenya, Ibu ambilkan menu lain. Tadi Ibu masak ayam serundeng sama semur tahu.” Karena tubuh memang sangat lelah, aku pun tak menolak ajakan mereka.Kami pun makan bersama di depan televisi, Ibu juga mengambilkan masakannya karena beliau tahu aku jarang memakan makanan pemberian lelaki-lelaki yang datang ke rumah.Bukan sok jual mahal, tap
Read more
Undangan Mantan
“Selamat, ya, Teteh.” Abel memelukku erat sekali, entah kenapa aku merasakan ketulusan kasih sayang anak ini, padahal kami kenal baru beberapa bulan, tapi aku sudah menganggapnya sebagai adik kandung sendiri.“Ini semua berkat kamu juga, Bel. Kalau nggak ada kamu, mungkin aku gak akan pernah bisa buka butik ini,” ucapku saat kami melepas pelukan.“Kok berkat aku, sih?” Wajahnya langsung berubah.“Iya, lah. Kalau gak ada kamu, siapa yang mengantarku ke tempat para pelanggan? Tahu sendiri aku gak bisa motor, gak punya juga.” Mendengar ucapanku, Abel malah terkekeh.“Nggak, lah. Semua ini berkat usaha dan kerja keras Teteh. Nah, mendingan nanti Teteh beli motor saja, kalau sewaktu-waktu Abel gak bisa nemenin Teteh ngejob, Teteh bisa pergi dan bawa motor sendiri.”“Kok bicaranya begitu, sih, Bel?”“Ya ‘kan manusia itu gak selamanya gak punya urusan mendadak atau dikasih kesehatan setiap hari. Jaga-jaga itu perlu.”“Iya, sih. Tapi bagaimana mau belajar motor, pakai sepeda saja aku gak bisa
Read more
Jodoh Imas?
“Benar tidak mau kuantar?” tanya Pak Azzam untuk kesekian kalinya saat aku hendak pulang bersama Ilham. Aku pun menggeleng sembari mencoba melukis senyum.“Ya sudah, kalau begitu hati-hati di jalan, ya?” “Terima kasih,” jawabku singkat. Lelaki bermata bening itu tersenyum.“Ayo, Ilham.” Lekas aku mengajak adik semata wayangku untuk melangkah, aku tidak ingin berlama-lama berada di hadapan Pak Azzam. Selain malu karena tak bisa menahan tangis di hadapannya, aku juga tidak mau orang-orang berasumsi aneh karena melihat kami berdua.“Imas?” panggilnya saat aku baru berjalan. Dengan tangan yang masih berada di kedua pundak Ilham, aku menghentikan langkah, menoleh dan menatapnya kembali.“Kalau ada apa-apa, hubungi saja aku. Jangan sungkan,” katanya dengan senyuman meneduhkan hati. Bukan senyuman menggoda laksana beberapa lelaki yang setiap malam selalu datang ke rumahku.“Insyaallah,” jawabku, kemudian kembali balik badan dan memerintah Ilham untuk kembali berjalan.Sesak di dada kembali
Read more
Lelaki Bermata Bulan Sabit
*BAB 48*Tak hentinya bibir ini tersenyum melihat sepasang calon pengantin yang sedang melakukan fitting baju di butikku. Mereka nampak begitu bahagia dan berkali-kali berkata suka dengan busana hasil rancanganku sendiri.“Buat tanggal berapa tadi?” tanyaku sambil membuka buku catatan.“Tanggal sembilan belas, Teteh.”“Baik. Berarti baju resepsinya dua kali ganti, ya. Yang merah maroon sama lilac,” ucapku lagi, wanita yang usianya mungkin sepantar dengan Sri itu mengangguk tersenyum. Setelah selesai berbincang, mereka memberikanku uang sebagai kesepakatan kerja sama.“Alhamdulillah, Teh. Seminggu ke depan kita full ngejob,” kata Abel sambil menyunggingkan senyum saat dia juga menerima uang pembayaran untuk jasa henna miliknya.“Iya, Bel. Kamu sehat-sehat, ya. Jangan makan seblak terus, makan sayur sama buah, minum vitamin juga, biar kondisi badan kita selalu fit.”“Siap, Bu Komandan! Ih, bentar, ya. Aku mau ke kamar mandi dulu.” Abel langsung berlari kecil, aku hanya bisa tersenyum k
Read more
Diary Emmeryl
Lelaki bermata bulan sabit itu kembali hadir di dalam mimpi setelah aku melakukan salat istikharah beberapa kali. Sejujurnya, aku masih ingin sendiri, masih ingin menikmati peran seorang wanita dengan kebebasan tanpa harus memikirkan rumitnya sebuah percintaan.Namun di sisi lain, aku selalu terpikir akan perkataan Bapak mengenai banyaknya lelaki yang datang ke rumah untuk mempersuntingku.Kedatangan mereka pasti membuat para tetangga risi, sehingga Bapak dan Ibu juga ikut merasa tak nyaman. Mau tidak mau waktu kami selalu terganggu setiap harinya. Satu-satunya cara agar para lelaki itu berhenti mendatangi rumah ini adalah dengan pernikahanku.Tapi apa iya aku harus menikah dengan Emmeryl? Lelaki yang begitu singkat hadir di hidupku dibanding dengan kaum-kaum adam lain. Bahkan aku sendiri tidak yakin, aku juga tidak mau dipinang hanya karena sebuah alasan bakti. Aku ingin dicintai sepenuh hati, seperti rasa seorang lelaki yang kasihnya masih kurasa sampai kini.Ya, Azzam Faturrahman.
Read more
Lima Ratus Juta
ABIDZAR POV“Sayang, kopinya.” Tak kugubris kehadiran Dewi yang sepertinya kembali membuatkanku kopi. Setiap malam dia memang selalu melakukannya, bukan hanya kopi, berbagai macam minuman telah dia sajikan, namun entah kenapa aku tak pernah berselera menyentuh apa pun karyanya.“Kamu lagi lihatin apa, sih? Serius banget.” Dia kembali bersuara, sementara aku masih enggan menatapnya. Sekarang aku malah beranjak dari sofa dan ikut serta meraih laptop di atas meja.“Abi!” panggilnya membuatku menjeda langkah.“Kamu kenapa, sih? Makin hari, sikapmu itu makin mirip es batu tahu, nggak!” Sepertinya kesabaran Dewi sudah berada di luar batas.“Kamu ini anggap aku apa?” lanjutnya, suaranya terdengar serak.“Kenapa kamu nikahin aku kalau gak bisa memperlakukanku layaknya seorang istri!” Tak bisa kujawab perkataannya, setelah membuang napas yang terasa berat, aku kembali berjalan, menaiki tangga dengan cepat dan tak mempedulikannya walau terus memanggil namaku.Segera kuletakkan laptop dan menutu
Read more
PREV
1234567
DMCA.com Protection Status