All Chapters of Gaji Yang Dirahasiakan Suamiku: Chapter 31 - Chapter 40
50 Chapters
BAB 31
Viona segera mematikan sambungan telepon itu lalu lekas memblokir Dimas. Napas wanita tersebut memburu mendengar ucapan pria tersebut lalu memilih mengabaikan hal ini karena beberapa pembeli sudah meminta agar dia lebih cepat mengantar karena tidak sabar untuk mencicipi. "Mau apalagi dia! Padahal dia sudah mengiyakan kalau gak akan menyusahkanku nanti," geramnya."Bahkan saat aku disini, dia sudah menikah lagi! Dasar lelaki bajingan, kamu memang pantas aku ceraikan," lanjut Viona. Ia segera melajukan kendaraan dan melakukan pekerjaan kembali. Mood sedikit berantakan akibat telepon dari Dimas, sedangkan pria tersebut berdecak kesal karena nomornya kembali di blokir. "Berani sekali dia! Awas aja kamu, Vio. Kamu pasti menyesal karena berusaha sok ingin bercerai denganku, siapa yang mau sama cewek jelek kaya kamu."Dimas mengepalkan tangan lalu suara panggilan dari istrinya membuat ia menoleh. Lambaian tangan Kania dibalas senyuman sebentar oleh lelaki itu, lalu lekas memasukan handpho
Read more
BAB 32
Ida merasa kesal mendengar perkataan Siti, wanita itu lalu membuat ancang-ancang melempar ke arah perempuan yang menghina anaknya. "Sabar, Bu ... biarin aja, gak usah ladenin Mbak Siti," seru Viona. Sedangkan Siti berlari sangat kencang takut dilempar sandal oleh Ida. Setelah wanita itu menghilang dari pandangan, Ibu perempuan tersebut menghela napas dan menjatuhkan benda yang dipakai di kaki."Rese banget dia, Nana. Harusnya kamu gak nahan Ibu, biar sendal Ibu melayang ke kepalanya," gerundel Ida. Viona mengulum senyum mendengar gerutuan sang Ibu, ia langsung memeluk pinggang wanita tersebut. "Makasih, Bu. Selalu membela dan melindungi Viona, maafin Viona yang belum bisa bahagiain kalian," lontar perempuan itu. Ida langsung melepaskan pelukan putrinya, lalu memegang pipi perempuan itu dengan tatapan tajam. "Jangan bilang gitu, kamu disisi Ibu sama Bapak aja, kami udah bahagia, Nana," omel Ida. Perempuan itu terkekeh mendengar omelan sang Ibu. Mereka saling berpelukan, lalu Id
Read more
BAB 33
Mata Kania membulat karena melihat perempuan yang belum pernah ia temui. Sedangkan beberapa orang ada di belakangnya, mereka ada yang penghuni kontrakan juga. "Dia pasti buat zina disini, Bu! enak aja main ena-ena di tempat ini. Padahal istrinya baru aja pergi, gak punya hati banget si Dimas!" sungut perempuan yang kontrakannya di sebelahan Dimas. Kania langsung menatap wanita yang tidak ia kenal itu. matanya bahkan mendelik kesal, sedangkan pemilik kontrakan masih menatap tajam istri siri Dimas. "Siapa kamu! kenapa kamu ada di dalam kontrakan Dimas, jangan mengotori kontrakanku dengan tindakan zina kalian," cecar pemilik kontrakan itu. Kini gantian Kania yang membalas tatapan tajam pemilik kontrakan ini, ia mengembuskan napas kesal. "Huh! ini karna Mas Dimas yang gak mau umumin pernikahan kami," gerutu wanita tersebut.Semua langsung saling pandang mendengar gerutuan Kania, sedangkan Sinta yang terganggu akibat suara bising segera keluar. Ia mengerutkan kening saat melihat bany
Read more
BAB 34
Dimas mendelik mendengar usiran dari bibir pemilik kontrakan ini. Sedangkan Kania menghentakan kaki, ia segera masuk ke kediaman sambil menarik suaminya. "Cepat rapikan barang-barang kalian! pokoknya saat pagi tiba kalian sudah pergi dari kontrakanku," teriak pemilik kontrakan tersebut. Lelaki yang berstatus suami siri Kania itu menyuruh sang istri untuk merapikan pakaian dan barang-barang yang penting. Sedangkan Dimas, pria tersebut mengambil air di teko dan menuangkan ke gelas lalu melangkah dengan besar menuju keluar kediaman. "Berisik!" sembur Dimas. Semua terkejut akibat tindakan Dimas, lelaki itu saat sampai keluar langsung menyiram wajah sang pemilik kontrakan. Sedangkan yang disiram gelagapan dan segera mengusap wajah lalu menatap tajam pria tersebut. "Aku bersyukur karena Viona meninggalkanmu! lelaki seperti kamu tidak pantas dengan wanita baik seperti dia," lontar perempuan itu. Mata Dimas melotot, lelaki itu mendekati sang pemilik kontrakan dan mendorong perempuan ter
Read more
BAB 35
Lima jam berlalu setelah kedatangan Dimas ke rumah sakit. Ia menatap kesal sang istri yang masih terbaring lemah di brankar. Lelaki itu mendengkus karena Ibu yang dia suruh datang kemari masih belum menampakan diri. "Euhhh ...." Suara lemah itu membuat Dimas yang sejak tadi memainkan handphone mendongak. Perlahan mata sang istri terbuka dan menoleh manatapnya dengan mata mengerjap-ngerjap. "Kamu ini gimana sih! Bikin panik aja. Ternyata kamu sakitnya gak terlalu parah, kamu buat Mas kaget tau," sembur Dimas. "Huh ... buang-buang duit aja," gumam lelaki itu pelan. Kania hanya menatap lemah sang suami, tubuhnya sangat terasa lemas. Ia bahkan biasa langsung membalas ucapan lelaki itu, kini dia hanya diam saja."H-haus, Mas," kata Kania pelan. Lelaki itu kembali mendengkus, tetapi segera mengambilkan gelas dan membantu sang istri siri untuk meneguk air. Ia sedikit mengangkat kepala wanita tersebut. "Lain kali kamu harus hati-hati," cecar sang suami.Kania hanya melirik lemah suamin
Read more
BAB 36
Kania menatap marah sang suami, karena dirinya dipaksa pulang dari rumah sakit. Padahal dokter menyarankan untuk menginap. Kini mereka berada di kediaman sang mertua dan lebih tepatnya, wanita tersebut berada di dalam kamar Dimas. "Udah jangan cemberut aja, jelek tau," tegur Dimas. Lelaki itu kini baru saja selesai membersihkan diri, ia segera berjongkok dihadapan sang istri. Lalu memegang lembut wajah wanita tersebut. "Coba kalau bibir ini senyum, pasti keliatan manis banget," kata pria tersebut. Setelah berkata demikian, Dimas langsung mendaratkan kecupan di bibir sang istri. Membuat Kania tidak tahan untuk berlama-lama kesal dengan lelaki yang berstatus suaminya. "Nah gitu, senyum, kan makin cantik." Wanita tersebut langsung mendorong lelaki tersebut, tetapi tidak terjadi apa-apa. Karena tenaganya masib sangat lemah, Dimas segera berdiri lalu melangkah ke lemari untuk mengambil pakaian. "Mas ... apa kita bakal tinggal bareng Ibu terus?" tanya wanita itu pelan. Mendengar per
Read more
BAB 37
Lelaki itu hanya memutarkan bola mata lalu memilih merapikan pakaiannya. Melihat sang suami telah bersiap pergi, ia mengerutkan kening menatap Dimas. "Mas, kamu mau pergi kerja? Aku kan lagi sakit, masa kamu pergi sih," kata wanita itu. Dimas melengos dan memilih pergi tanpa mengeluarkan suara. Sedangkan Kania langsung memajukan bibir karena tidak mendapatkan balasan sang suami, Mila hanya menepuk bahu menantunya agar sabar. "Udah jangan sedih gitu, dia juga pergi kerja buat ngusahain ngasih nafkah ke kamu, Kania. Kalau dia selalu cuti nanti dipecat gimana, nanti kamu gak dapet uang lagi dong dari anakku ini," lontar Mila. Wanita itu menghela napas lalu menganggukan kepala mengiyakan perkataan sang mertua. "Iya juga sih, kan cuma Mas Dimas yang hasilin uang. Kalau dia cuti berarti dihari dia cuti itu dia plong gak menghasilkan sama sekali," ujar Kania.Mila dan Hana keduanya menganggukkan kepala membenarkan kata Kania. Ia langsung diam dan memilih melihat kegiatan adik ipar lalu
Read more
BAB 38
Viona menghela napas saat semua pasang mata meliriknya. Melihat hal tersebut, Ida segera menarik lengan sang putri membuat mereka mendengkus. "Dih, denger suaminya bakal datang. Sombongnya perlahan muncul tuh," cibir salah satu dari mereka. Ida yang mendengar itu langsung melirik tajam wanita tersebut. Ia bersidekap dibalas tatapan perempuan yang mencibir anaknya. "Kamu ini kayanya seneng banget ngurusin orang lain ya? Harusnya mendingan kamu urusin anakmu tuh! Beberapa hari lalu kami liat putrimu itu peluk-pelukan sama Om-Om. Bahkan sesekali dia dicium lho," lontar Ida sinis.Mata wanita itu langsung membulat mendengar lontaran Ida. Ia mendekat dan mendorong bahu Ibu Viona membuat perempuan tersebut terdorong. "Mpok apa-apaan sih! Main dorong-dorong aja. Kalau Ibuku kenapa-napa gimana!" sentak Viona.Perempuan itu memutarkan bola matanya lalu menunjuk wajah Viona. "Bilangin Ibumu! Jangan main fitnah-fitnah anakku aja. Enak aja anakku dikatai lonte," geram perempuan itu. Viona m
Read more
BAB 39
"Ngapain kamu kesini! Bukannya sudah kami bilang, jangan ganggu anakku," sentak Ida. Emosi meluap saat melihat Dimas yang semakin mendekat. Bahkan tanpa sadar dia menposisikan anaknya di belakang, melihat reaksi wanita di hadapannya, lelaki itu menghela napas ia menghentikan langkah."Gak usah segitunya kali, Bu. Malu tuh diliatin orang, mendingan kita ke rumah Ibu aja. Bantu Viona beres-beres pakaian, aku mau ajak dia pulang sekarang, udah terlalu lama aku biarin dia disini," balas Dimas.Mata Ida membulat mendengar ucapan lelaki di depannya, ia berkacak pinggang memandang murka pria tersebut."Hahahaha ... kamu mau ajak anakku, pergi? Mimpi aja sana!" hardik wanita tersebut. Mereka terkejut dengan ucapan kasar perempuan itu. Bahkan Dimas sangat kaget dengan ucapan wanita dihadapannya yang biasa berkata lembut, kini meninggikan suara."Ibu, gak usah dengerin ucapan orang yang lagi marah, Bu. Saat ditelepon aku sedang marah, makanya berkata begitu," ujarnya. Dia terlihat masih ber
Read more
BAB 40
Beberapa bulan kemudian, senyuman terulas di bibir Viona kala mendengar ketuk palu yang menandakan jika dia telah bercerai dengan Dimas. Mereka segera keluar lalu lelaki itu lekas menarik lengan sang mantan membuat anak Ida memekik. "Lepaskan tanganmu!" sentak Jaka. Mata orang tua Viona itu langsung menatap tajam Dimas, sedangkan lelaki tersebut segera melepaskan cekalan dan mengangkat tangan seperti hendak ditanggap polisi. "Wohh ... tenang, Bu, Pak," lontar lelaki itu. Viona segera mengusap bekas cekalan sang mantan, sedangkan Dimas langsung melirik wanita tersebut. "Kamu pasti menyesal, liat saja! Pasti kamu bakal memohon-mohon buat dinikahin lagi," ucap Dimas dengan percaya. Wanita yang tengah diajak bicara oleh Dimas hanya memutarkan bola mata, lalu mengabaikan perempuan tersebut. "Hayu Bu, Pak. Kita pulang," ajak Viona. Mata Dimas melotot mendapati ia diabaikan, lelaki itu bahkan berteriak saat mereka mulai melangkah pergi. "Awas kamu, Viona! Aku bakal buat kamu berlutu
Read more
PREV
12345
DMCA.com Protection Status