All Chapters of Dibuang Mantan, Dinikahi Sultan: Chapter 21 - Chapter 30
37 Chapters
Bab 21 POV Rayhan
Sebenarnya apa sih maunya Anisa ini? Dia terlihat masih begitu mencintai ku, tapi kenapa sangat sulit bagi dia mengatakan bahwa Dito itu anak ku. Aku tahu dia tak pernah menikah semenjak kepergiannya itu. Apa sebenarnya alasannya?Andai dia bisa jujur, bicara kalau Dito itu memang anakku, aku nggak akan segan menikahinya dan mencari cara supaya bisa pisah sama Hana. Karena dengan Hana pun aku sama sekali nggak bahagia. Nggak akan mungkin kami bisa hidup bahagia tanpa cinta dan kasih sayang di dalamnya.Sebelum aku mencari tahu sendiri tentang siapa ayah Dito sebenarnya, aku akan berdamai dulu dengan Hana. Aku akan bersikap baik dengannya agar suatu hari dia bisa menerima keputusanku untuk tak lagi bersama.Hari ini aku merasa lelah hati, aku memilih untuk pulang ke rumah dan beristirahat. Namun, tak juga bisa memejamkan mata. Tiba-tiba, terbesit dalam pikiran untuk pindah rumah saja. Yah, aku merencanakan untuk hidup berdua saja dengan Hana di rumah kami. Dengan begitu aku akan lebih l
Read more
Bab 22 Semena-mena
Mas Rayhan membawa ku pindah dari rumah orang tuanya. Rumah yang lebih kecil dari rumah papa, tapi begitu asri dan nyaman tentunya."Ngapain ngikut ke sini? Kamar kamu di sana. Bukan di sini. Jangan harap saya masih mau tidur sekamar sama kamu lagi. Ingat di sini kamu nggak perlu nyiapin apapun keperluan ku. Sudah sana pergi!" Meski mas Rayhan sudah sering melontarkan kata-kata kasar seperti itu dan aku sudah biasa tetap saja hatiku sakit.Aku pun menarik koper berisi pakaian ku ke salah satu kamar yang ada di lantai satu ini. Namun sebelum aku sampai di kamar itu, langkahku terhenti saat mendengar suara ketukan pintu utama rumah ini.Tok tok tok"Permisi," suara yang tak asing bagi ku, aku melihat ke lantai atas, siapa tahu mas Rayhan mendengar dan langsung menemui orang yang ada di luar sana. Namun, sepersekian menit, mas Rayhan tak kunjung muncul."Hmmm," menghembus napas panjang dan mulai berjalan untuk melihat siapa yang datang.Sesuai dugaan ku, dialah bang Ridwan. Lelaki yang p
Read more
Bab 23 Berkunjung
"Oh rupanya si Ridwan itu mantan kamu, pantesan" ucap mas Rayhan saat mobil ini baru saja melaju. Sontak aku terkejut dibuatnya."Tahu dari mana?""Nggak perlu tau kamu saya tahu dari mana. Yang jelas kalian pasti udah ...,""Udah apa, Mas? Nggak usah mengada-ada,"ucapku lantang. Enak saja dia ingin menuduhku yang tidak-tidak. Memangnya aku ini wanita murahan, hmm? "Yah memang apa lagi yang lelaki dan perempuan dewasa lakukan selain ...,""Selain apa?" ku patahkan terus ucapannya, aku sudah mulai geram dibuatnya."Stop di sini! Stop!" pekikku. Mas Rayhan pun menghentikan laju mobilnya. Memberhentikannya di tepi jalan. Kebetulan di jalanan sunyi.Aku bangkit dari dudukku dan mencoba meraih kerah baju mas Rayhan. Membuka satu persatu kancing kemejanya."Hana, jangan gila kamu! Mau apa kamu ini?"Mas Rayhan menepis tanganku. Namun aku tak putus semangat. Kembali aku membuka kancing kemeja itu."Jangan kurang ajar, Hana!" sentaknya."Kamu kan yang udah ngajarin aku buat kurang ajar, sek
Read more
Bab 24 Tidur Satu Kamar
Selesai makan malam, kami terlibat obrolan di ruang keluarga.Mas Rayhan duduk di sofa yang sama dengan mama, sementara aku duduk berseberangan dengannya."Gimana, Ray? Udah di atur belum jadwal bulan madunya? Mama sama papa udah nggak sabar pengen punya cucu dari kalian," ujar mama sambil mengelus punggung tangan mas Rayhan yang kini berada di pangkuannya.Aku dan mas Rayhan saling pandang. Tak tahu harus berkata apa, karena memang sampai saat ini aku sama sekali belum di sentuh olehnya. Entah lah mungkin mas Rayhan belum selesai dengan kisah masa lalunya. Cukup sadar dan tahu diri saja siapa diri ini, mungkin inilah resiko menikahi tanpa cinta."Yah, sabar aja dulu, Ma! Kan nggak harus bulan madu kalau untuk pengen punya cucu. Di rumah juga kan bisa. Iya, kan?" Tika menimpali. Mas Rayhan tampak mengangguk kecil seakan membenarkan ucapan adik perempuannya itu."Iya juga sih," jawab mama dan itu membuat perasaan mas Rayhan lega. Itu tampak dari raut wajahnya. Ia membuang pandangan k
Read more
Bab 25 Rekreasi Berdua Saja
"Minggir! Jangan modus kamu!" pekikku sambil menyingkirkan tubuh lelaki itu dari diriku."Salah kamu lah, kenapa tarik saya? Kan jadi jatuh saya. Dasar modus!" cibirnya kemudian merapikan penampilannya dan berlalu menuju ranjangnya."Beginikah cara kamu berterimakasih sama orang yang udah bantu kamu menjaga kesehatan mama kamu supaya nggak kena serangan jantung, hah? Kamu suruh saya tidur di sini? Ok kalau gitu saya mau balik ke kamar saya aja, biar mama tahu kalau kita itu sebenarnya pisah ranjang," ancamku. Aku hanya ingin mengaduk-aduk perasaannya saja, sekalian memberi pelajaran agar jangan sembarangan memperlakukan wanita secantik aku."Hmm," mas Rayhan menghembus nafas kasar, "Ya sudah, maaf." Dia pun berlalu ke tempat tidur. Tidur dengan posisi memunggungi ku.Kalau seperti ini ceritanya, gimana mau ambil hati dan buat dia baper? Yang ada emosi mulu. Hmmmh apa mau dikata? Biarpun malam ni gagal, masih ada hari esok. Aku sunggingkan senyum sebelum akhirnya memilih tidur di sofa
Read more
bab 26 Rayhan yang Menyebalkan
"Maafin saya ya, Mas," ucapku ketika aku dan mas Rayhan berjalan keluar dari arena Dufan. Sedari tadi hanya diam dan aku tak tahan jika terus begini.Mas Rayhan hanya diam sambil tatapannya fokus pada jalan. Hingga dirinya memberhentikan mobil di sebuah restauran.Kami masih saling diam, hingga ..."Kamu mau di sini terus? Saya laper, pengen makan," ucapnya.Aku pun segera membuka safety beltku, begitu juga dengan dia. Mas Rayhan berjalan mendahuluiku, tak perduli kalau aku ini istrinya."Mas, saya ke kamar mandi sebentar ya," ucapku yang sedari tadi memang sudah menahan ingin buang air kecil."Terserah," jawabnya sambil membuang pandangan. Aku pun berlalu pergi."Hana," panggil seseorang wanita, aku baru saja keluar dari dalam kamar mandi. Rina mungkin sengaja menungguku keluar dari dalam kamar mandi ini."Rina, kamu di sini juga?" tanya ku sambil mengedarkan pandangan. Aku berusaha mengulas senyum termanisku. Padahal rasa sakit ini masih saja ada saat dengan mudahnya ia menerima ban
Read more
Bab 27 Dustanya Anisa
"i-iya, Ma. Soalnya di sana seru banget. Jadi nggak pengen cepat-cepat pulang." Hana mengulas senyum sambil merangkul pinggang Rayhan.'Syukur deh, memang jago banget aktingnya,' batin Rayhan sambil tersenyum juga, memperlihatkan barisan gigi putih nan rapinya itu."Oh gitu, ya udah nggak usah khawatir ya sayang! Nanti kapan-kapan kita kesana lagi. Oh iya, mama cuma mau bilang, kebetulan papa keluar kota selama dua hari, jadi dari pada mama sendiri di rumah mending mama nginap lagi di sini, bolehkan?""Boleh dong, Ma," sambut Hana. Kemudian berjalan berdampingan menuju pintu utama rumah itu."Mmh tapi, Ma. Kan di rumah ada bibi. Kasian dia kalau di tinggal di rumah sendiri," ujar Rayhan sambil mengejar langkah wanita di hadapannya. Ia harus menggagalkan Inggit supaya tidak melanjutkan nginap di rumah ini, sebab ia sudah tidak tahan sekali berdekatan dengan Hana. Bersama Hana terus menerus membuat dirinya tak punya waktu sendiri dan itu sangat menyebalkan baginya."Kamu ngapain mikirin
Read more
Bab 28 Belum Move On
"Susah banget sih, si Rayhan ini dihubungi. Handphonenya di luar jangkauan," Inggit terus menelpon Rayhan untuk meminta izin membawa Hana ke klinik kecantikan. Meski Inggit sudah mengatakan kepada Hana bahwa Rayhan tak akan keberatan jika Hana pergi bersamanya, tetapi Hana tetap pada pendiriannya. Tidak akan pergi tanpa izin dari Rayhan."Oh, bentar! Coba mama telpon Ridwan. Siapa tahu dia tahu kemana Rayhan." Inggit lun langsung mencari nomor Ridwan di ponselnya dan melakukan panggilan.Tak butuh waktu lama untuk panggilan itu diangkat. [Selamat siang Bu Inggit,] ucap Ridwan di seberang telepon.[Apa Rayhan lagi sama kamu? Kenapa handphonenya mati ya?][Oh, pak Rayhan nya lagi meeting dengan klien, Bu. Kemungkinan sebentar lagi keluar dari ruangan,] jawab Ridwan seadanya.[Ok, terimakasih,]Setelah panggilan itu berakhir, Inggit masih saja merasa dongkol. Pasalnya, nomor handphone Rayhan sejak pagi tadi sudah tidka aktif. Terhitung sudah lima jam Rayhan tak bisa di hubungi."Ya udah d
Read more
Bab 29 Diamnya Hana
Setelah hatinya sedikit tenang, Hana pun berlalu ke kamarnya dengan map yang diberikan oleh Ridwan tadi. Sementara Rayhan baru saja keluar dari dalam kamar mandi."Dari bang Ridwan," ucap Hana sambil meletakkan map itu di meja telat di hadapan Rayhan berdiri. Setelah itu putar arah dan akan keluar dari kamar ini. Karena bertemu dengan Rayhan akan semakin memperburuk suasana hatinya.Lebih baik ia memilih sendiri dulu dari pada bersama Rayhan, Hana belum siap untuk mendapat sebuah kata-kata kasar lagi malam ini."Tunggu!" ucap Rayhan sebelum Hana memutar handle pintu. Hana mematung, fokus mendengarkan apa yang akan dikatakan Rayhan."Jadi udah ketemu sama mantan?" tanya Rayhan."Seperti yang kamu tahu.""Menikmati? Bahagia?" cecar Rayhan lagi dan Hana tak mengerti maksud dari pertanyaan itu."Maksud kamu apa, Mas?" Rania berbalik dan menatap Rayhan dengan tatapan tajam."Jangan bohongi diri kamu, kalian pacaran lebih dari lima tahun dan rasa itu nggak mungkin berakhir begitu saja. Saya
Read more
Bab 30 Berusaha Minta Maaf
Hari ini malas sekali rasanya Rayhan untuk pergi ke kantor. Suasana hatinya sedang tidak baik-baik saja karena Hana yang masih marah padanya.Seharian di kamar membuat dirinya lapar dan memilih turun ke lantai bawah menuju dapur. Hana baru saja selesai dengan makannya, ia hanya memasak mie instan, itupun hanya di rendam beberapa menit dengan air panas dan langsung ia santap.Hari ini moodnya juga sedang tidak baik. maka dari itu ia memilih berdiam diri di kamar yang baru saja dikosongkan oleh Inggit.Keduanya berpapasan di pintu yang menghubungkan antara dapur dan ruang tengah. Tak saling sapa walaupun Rayhan sengaja menyentuh jari-jemari Hana sebagai suatu gurauan.Namun Hana sama sekali tak memperdulikan itu. Ia tetap fokus menuju kamar, dan membiarkan Rayhan berpikir untuk mengisi perutnya sendiri. Hana tidak masak sesuatu untuk Rayhan, ia tak perduli dan sesekali ingin memberikan lelaki itu pelajaran."Ya ampun, nggak ada makanan. Gimana sih? Lagi marah ya marah aja, tapi jangan s
Read more
PREV
1234
DMCA.com Protection Status