Hana menghela napas pelan, mencoba meredam gelombang perasaan yang menyeruak dari sentuhan dan kata-kata Rayhan. Ia menunduk, membiarkan dagunya menyentuh dada suaminya yang hangat dan kokoh. “Aku cuma… belum terbiasa,” gumamnya pelan, nyaris tak terdengar. Rayhan tersenyum kecil, menggenggam jemari istrinya yang dingin dan membawanya ke dada kirinya. “Biasakanlah perlahan, Sayang. Aku akan sabar menuntunmu.” Kata-katanya bukan sekadar janji manis, Hana bisa merasakannya dalam cara Rayhan menyentuh dan menatapnya—penuh penghargaan, bukan sekadar nafsu. Mereka berdiri seperti itu dalam diam, hanya suara detak jam dinding dan hembusan lembut pendingin udara yang terdengar. Sampai akhirnya Rayhan mengecup kening Hana dengan pelan, lalu melepaskan pelukannya. “Masih ada waktu sebelum aku berangkat. Temani aku sarapan, ya?” pintanya. Hana mengangguk dan tersenyum kecil. “Aku masakin nasi goreng spesial, mau?” Rayhan memiringkan kepalanya, menatapnya penuh makna. “Kalau kamu ya
Last Updated : 2025-07-20 Read more